empat

5 1 0
                                    

"Libur semester jalan yuk, kemana gitu, sebelum pulkam. Ajak Hanna sama Hasna juga."

"Mau liburan kemana emang?" tanya Sinta yang tengah rebahan sambil memainkan ponsel.

Mona yang ikut rebahan di samping sahabatnya itu menyahut, "Ya nggak tahu, makanya ini rencanain dulu. Lagian UAS udah selesai kemarin."

"Gue dua hari lagi mau pulang sih, bareng sama pacar gue."

"Dih, kalau gini gagal sebelum ngerencanain dong. Lo nggak bisa apa pulangnya diundur?" Mona memanyunkan bibirnya. "Ayo dong liburan bareng, ntar pas udah semester enam ke atas kita makin susah buat jalan bareng tahu, tugas makin numpuk." Gadis itu masih berusaha membujuk Sinta.

"Ya udah, ntar gue ngabarin Hussain dulu," tukas gadis Mabela itu. Ia langsung membuka room chat dengan sang pacar, meminta maaf dan mengabarkan kalau ia tak bisa ikut pulang dalam waktu dekat.

Rautnya langsung sumringah setelah mendengar jawaban sahabatnya. "Asik, gitu dong! Nanti gue chat Hanna sama Hasna deh, kita bahas di grup."

"Eh, mau kemana lo?" tanya Mona saat melihat Sinta bangkit dari tempat tidur.

Tanpa menoleh pada lawan bicara, ia menyambar uang milik mereka berdua yang sengaja telah disiapkan sejak mereka pesan makanan. "Ambil pesenan, Abang Gojeknya udah di depan tuh." Kemudian ia lari keluar kamar.

Mona hanya membulatkan mulutnya berbentuk 'o'. Lantas gadis asal Semarang itu ikut bangkit dan beralih duduk di karpet. Beberapa detik setelahnya, ia dikejutkan notifikasi ponsel sahabatnya. Gadis itu mengambil ponsel Sinta, terlihat dari lock screen menampilkan pesan dari pacar sahabatnya dan grup kelas. Mona tak ada niatan untuk membuka meski ia tahu password ponsel itu, alhasil ia kembalikan ke tempat semula.

Tanpa menunggu waktu lama, Sinta kembali dengan tangan yang menenteng plastik berisi roti gembong. Ikut duduk di atas karpet, mengeluarkan isi plastik gadis itu pun berujar, "Nih, punya lo yang rasa milo." Ia menaruh roti itu di depan sahabatnya.

Senyum Mona merekah ketika pesanannya tiba, gadis itu langsung membuka kardus dan memotong satu bagian roti gembong. Dalam satu gigitan rasa milo begitu nikmat, sayang sekali roti gembong itu dingin. Dulu ia kira sajian roti gembong sekilas seperti roti bakar yang hangat, ternyata ekspektasi menentangnya. Namun tetap saja rasanya enak. "Oh ya Sin, tadi gue lihat ada chat dari pacar lo tuh," tutur Mona di sela-sela kunyahannya.

"Ntar deh gue bales, mau makan roti dulu."

"Dari dulu ada yang mau gue tanyain tapi lupa," tukas Mona yang kembali memotong rotinya. "Kok lo bisa awet banget sama Hussain?"

"Karena kita punya komitmen, kalau ada apa-apa di antara kita diomongin," jawabnya tenang. "Lagian gue percaya kalau dia rumah buat gue, begitupun sebaliknya. Dulu ... awalnya gue nggak seyakin ini sih, tapi dia terus yakinin gue."

"Bentar, kalian pacaran pas SMA tapi udah cinta sedalam itu? Gila ..." Dia tak habis bikir dengan sahabatnya. Kok bisa ya masih SMA tapi sudah seyakin itu, begitu pikir Mona.

"Ya karena kita udah nyaman dan percaya satu sama lain mau gimana lagi? Nggak ada yang perlu diraguin, Mon." Gadis itu mendengus, selalu saja ia mendapatka pertanyaan seperti ini.

🌼🌼🌼

"Akhirnya selesai juga," ujar pemuda Pamungkas dengan lega. "Tinggal serahin ke dosen, semoga nggak ada revisi lagi. Sumpah gue muak banget revisi terus."

Pemuda yang satunya tak berniat membalas ucapan sahabatnya. Dia memilih membereskan barangnya dan segera pulang untuk istirahat, otaknya sudah lelah berpikir seharian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Feeling Like I DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang