'saatnya memulai hidup baru kau dan aku menyatu membentuk keluarga kecil kita'
***
Widya sudah bangun pukul setengah lima. Dia segera salat subuh yang diimami Smith. Lalu sehabis itu sementara Smith mandi, dia sibuk menyiapkan sarapan. Tak selalu Widya yang menyiapkan sarapan. Kadang Smith. Namun, pagi ini Widya sudah berjanji dia yang akan memasak. Semalam dia sudah memasak nasi dan pagi ini akan membuat nasi goreng. Menu sarapan yang paling disukai Smith sejak menikah dengan Widya.
Tiba-Tiba saja Widya menghirup aroma wangi disela-sela bau nasi goreng gurih dengan telur dadar yang baru saja dia tata cantik di atas piring. Dia terkesiap saat merasakan sepasang lengan kokoh memeluk pinggangnya dari belakang.
"Smith! Kebiasaan deh selalu bikin aku kaget" protesnya saat merasakan pipi Smith yang sedikit kasar karena belum bercukur menyentuh pipi kanannya.
Smith tidak menyahut, malah memper erat pelukan dan dengan santai mendaratkan kecupan di pipi istrinya.
"Salahmu sendiri kenapa selalu bikin aku pingin memelukmu" katanya sambil tertawa lembut.
Biasanya Widya tertawa senang. Itu memang kebiasaan Smith jika mereka hanya berdua di apartemen. Smith seolah-olah tak ingin menyia-nyiakan kesempatan menempel setiap saat pada Widya.
"Sebelum kita menikah aku harus menjaga jarak minimal semeter seperti janjiku dulu, sekarang aku akan selalu menempel padamu" bisik Smith lagi-lagi membuat Widya tersipu.
Ah, lucu sekali mengapa dia masih tersipu tiap kalau aku menggoda dan merayunya? Padahal sudah lima bulan kami menikah, batin smith.
"Oke sekarang lepaskan aku dulu. Kita sarapan lalu aku mesti mandi dan berangkat kerja jam setengah delapan"
Smith melepaskan Widya setelah sekali lagi mengecup lembut pipinya. Beginilah indahnya berpacaran sesudah menikah. Mereka tak perlu cemas akan melewati batas.
Widya dan Smith tinggal di apartemen yang cukup luas. Terdiri atas dua kamar tidur, satu ruang tamu, ruang makan, dan pantry, serta kamar mandi, kata Smith sampai punya satu anak mereka akan tinggal di situ. Kalau sudah punya anak kedua, Smith akan membawa mereka pindah ke rumah yang lebih besar di pinggiran Prancis.
Selama dua bulan pertama kembali tinggal di kota Aubervililies. Widya diberi tugas oleh Smith untuk membantunya mengatur jadwal konsernya. Walaupun punya manajer pribadi, Smith menjadikan Widya manajer yang mengurus kebutuhan yang lebih pribadi. Untuk tugasnya itu Widya digaji oleh Smith. Tentu saja bagi Widya itu hanya pekerjaan sementara fokus utamanya bekerja di tempat yang benar-benar membutuhkan keahliannya.
Smith tidak melarang Widya mencari kerja di tempat lain. Akhirnya dua bulan berlalu Widya mendapat pekerjaan di lembaga profit yang membantu warga pendatang di Prancis untuk memulai usaha di kota itu. Walaupun bersifat protif, lembaga itu juga bergerak maju secara ekonomi dan hasilnya digunakan untuk warga pendatang yang membutuhkan bantuannya.
Widya menikmati pekerjaannya itu. Dia tidak ambisius dan secara bijak bisa membagi waktu antara bekerja dan menjadi istri Smith. Jam kerjanya dari pukul delapan pagi sampai lima sore. Pukul lima sore dia sudah di rumah. Biasanya kalau Smith punya jadwal pertunjukan yang umumnya di malam hari, Widya datang menyaksikan dari kursi dengan posisi spesial depan, kursi VVIP.
Widya selalu kagum mendengar permainan piano suaminya. Gaya Smith memainkan piano selalu menarik, sangat ekspresif selain karena secara keseluruhan penampilan Smith memang sedap dipandang. Satu hal lagi yang membuat Widya semakin bahagia setelah resmi menjadi istri Smith, kini dia dan Smith bisa mengunjungi taman Aubervililies, berjalan menyelusuri taman luas itu sambil bergandeng tangan. Sesekali Widya beringsut mendekat lalu merebahkan kepada di bahu kokoh suaminya. Hal yang terlarang dilakukan olehnya dan Smith sebelum menikah dahulu.
****
~564 kata

YOU ARE READING
Payung Rindu Widya (END)
RomanceMasa kuliah telah berakhir. Kini saatnya Widya kembali ke negaranya meninggalkan negara Prancis ini dan memilih mengabdikan ilmunya di perusahan ayahnya. Kini hanya menyisahkan rasa resah di hati dua pemuda yang sama-sama mengharapkan cintanya. Ada...