"San, kayaknya gue tahu sesuatu."
"Apa?"
"Nggak tahu, lupa."
Dengan entengnya Sanha memukul lengan Soobin. "Dodol!"
"Jujur. Lo nggak lapar, kan?" tanya Soobin tanpa menoleh.
"Kok tahu? Cenayang lo? Ya, sebenarnya tingkat lapar gue cuma delapan puluh persen sih. Gue ngajak keluar karena takut sama Jihoon. Serem, anjir," jawab Sanha disertai kekehannya.
"Dih, sama temen sendiri kok takut."
"Suka-suka gue. Lo pasti tahu sesuatu, kan? Udahlah nggak usah ngeles."
Soobin menoleh ke Sanha sebentar kemudian menjawab. "Kemungkinan Jihoon ngelamun ketika mau nyebrang, itu tanda-tanda mau kerasukan. Kalau dia beneran nggak denger klakson mobil, ada kemungkinan dia kecelakaan dalam keadaan masih dirasuk setan. Lo ingat bisikan yang dia bilang tadi? Teman dekatnya akan nusuk dia, dia akan mati. Lo ingat ketika kemarin Jihoon kerasukan sampai nyekik Junkyu? Kemungkinan juga sebelum kerasukan dia dapat bisikan itu. Jadi saat itu dia udah dihantui rasa takut, dia nggak mau mati makanya nyekik Junkyu. Karena dia teman dekatnya. Coba kalau kita di situ juga, pasti bakal diperlakukan kayak gitu," jelas Soobin di sepanjang melewati koridor. Entah mengapa otaknya tiba-tiba encer di situasi genting seperti ini.
"Buset, bangga banget gue punya temen cerdas kayak lo."
"Serius, lol!"
"Tapi, Bin, kenapa harus Junkyu? Memangnya yang beneran bakal nusuk tuh Junkyu?" tanya Sanha penasaran.
"Lo tahu orang kesurupan itu kesadarannya hilang. Seperti yang gue bilang tadi, dia bakal nyekik siapapun asal itu teman dekatnya. Kalau kita disitu juga, ada kemungkinan kita bakal dicekik. Intinya Jihoon kayak akan melakukan apapun supaya dia nggak mati."
Sanha mengangguk-angguk mengerti. "Oh iya, yang nabrak Jihoon gimana? Tabrak lari, gitu?"
Soobin menaikkan kedua bahunya. "Kayaknya iya. Kalau orang itu mau tanggung jawab, udah pasti dia di sini."
"Apakah yang nabrak Jihoon orang yang sama dengan yang membunuh Haechan?" Pertanyaan Sanha itu membuat Soobin bungkam dan menatapnya tajam.
"Kok lo bisa kepikiran sampai situ?"
"Eh? Emang lo nggak mikir begitu juga?"
Eh.
"Kayaknya enggak." Soobin menjeda ucapannya sebentar. "Kalau orang yang nabrak Jihoon adalah yang membunuh Haechan, nggak mungkin orang itu bakal bunyiin klakson berkali-kali. Jihoon nggak mungkin bohong, ketika bangun dari pingsannya, dia juga baru sadar atas kejadian tadi. Tapi ...."
Sanha menatap Soobin antusias. Rasa penasaran telah melingkupi dirinya. "Tapi apa?" tanyanya.
"Tapi gue tahu. Kemungkinan, orang yang membunuh Haechan adalah orang yang sama yang bikin Jihoon kerasukan," kata Soobin dengan tersenyum tipis.
Sanha menganga dibuatnya. Sebenarnya, amal perbuatan apa yang dilakukannya selama ini sehingga dirinya dikaruniai sahabat yang berotak canggih seperti Soobin?
"Maksud lo Jihoon diguna-guna, gitu?!"
"Kemungkinan."
Tiba-tiba Sanha menghentikan langkahnya yang otomatis membuat Soobin ikut berhenti. Cowok bergigi kelinci itu menatap temannya dengan tanda tanya besar.
"Siapa orangnya?"
Soobin tersenyum penuh arti sebelum menjawab. "Kamu nanyea?" Usai mengucapkan dua kata tersebut, dia segera berlari meninggalkan Sanha yang siap memaki dengan puluhan nama binatang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Lie || 00L
HorrorBerawal dari darah misterius yang tercecer di bilik toilet paling pojok, berujung menjadi ajang saling menuduh dan menyalahkan. Ternyata, semudah itu menipu dunia menggunakan topeng sederhana. Sehingga mereka sulit mengetahui siapakah musuh di balik...