6

722 93 2
                                    

Cw // mention of mpreg

_____

Kejadian hari itu membuat wooyoung menjadi semakin dekat dengan junseok, karena memang sebelumnya mereka sudah dekat. Namun sekarang tak jarang junseok menginap dirumah wooyoung bahkan tidak hanya untuk sehari saja.

Wooyoung sampai menyiapkan baju-baju khusus untuk junseok dirumahnya, jaga-jaga jika san ada keperluan mendadak keluar kota dan pastinya akan meninggalkan junseok seorang diri.

Seperti saat ini, ponsel wooyoung berdering, menandakan ada panggilan masuk. Terlihat nama 'pak san' terpangpang dilayar ponsel milik wooyoung, segera ia menekan tombol berwarna hijau, berniat mengangkat panggilan tersebut.

"Halo pak?"

"Wooyoung saya minta maaf, saya barusan mendapat panggilan untuk dinas keluar kota sekitar 3 hari, kalau tidak merepotkan apa boleh saya menitipkan junseok sama kamu?"

"Ah iya gapapa kok pak, saya ga keberatan, nanti saya kasih tau junseok"

"Makasih wooyoung"

"Sama-sama pak"

Panggilan berakhir. Wooyoung segera menghampiri junseok yang tengah asik bermain bersama teman seumurannya disana.

"Junseok sini sayang kak wooyoung mau ngomong" panggil wooyoung.

Yang dipanggil segera berlari kearah wooyoung, seraya berhambur kedalam pelukan nya.

"Untuk 3 hari kedepan junseok pulang ke rumah kak wooyoung gapapa? Papa san ada kerjaan dulu diluar kota gapapa ya sayang?" Tanya wooyoung hati-hati.

Terlihat binar kegembiraan dimata junseok, entahlah wooyoung tak mengerti kenapa anak ini senang sekali jika ditinggal papanya.

"Junseok bisa tidur dipeluk kak wooyoung lagi dong? Yeeey" seru anak itu kegirangan, bahkan tubuhnya sedikit melompat di pangkuan wooyoung.

_____

Entah kenapa 2 hari ini wooyoung terasa seperti benar-benar mempunyai keluarga dan anak, bagaimana tidak ia yang harus mengurus junseok yang sangat amat manja padanya. Tak lupa Choi san, papa dari anak manis ini yang selalu minta dikirimkan foto aktivitas anaknya.

Namun, di hari Minggu ini menjadi hari terakhir junseok menginap disini. Katanya san akan menjemput junseok sore hari ini.

Junseok sudah siap dengan pakaian santai nya, juga tas keperluan anak-anak yang biasa ia bawa dari rumah. Menunggu jemputan sang papa, terlihat binar rindu yang tersorot dari mata junseok, bagaimanapun hubungan darah tidak bisa dimanipulasi, sekalipun junseok bilang lebih senang bersama wooyoung namun tak dapat dipungkiri bahwa wooyoung tetap orang asing diantara mereka.

"Kak wooyoung papa kok lama banget" ucap junseok, karena memang ini sudah terlambat 3 jam dari yang dijanjikan san kepada junseok.

Tau akan seperti ini, seharusnya wooyoung tidak memberitahu junseok waktu tepat san akan menjemput nya, anak itu jadi berharap.

"Sebentar lagi ya sayang, mungkin papa kena macet dijalan"

Junseok hanya mengangguk lalu berjalan kearah wooyoung, mendudukan dirinya diatas pangkuan wooyoung tak lupa tangan nya yang memeluk leher wooyoung erat, junseok kelelahan.

Tak lama, terdengar dengkuran halus dari junseok, anak itu tertidur. Wooyoung jadi tak tega.

Tepat 15 menit dari itu, ketukan pintu terdengar. Ah sepertinya san, dengan segera wooyoung berjalan kearah pintu depan, lalu membukakan pintu untuk pelaku ketukan barusan.

Oh jangan lupakan junseok yang masih tertidur dalam gendongannya.

Dilihatnya san yang berdiri dengan satu koper berukuran sedang disampingnya.

"Junseok baru aja tidurnya, bapak masuk dulu aja" ucap wooyoung berbisik. Karena mengetahui junseok yang sensitif terhadap suara ketika tertidur.

San segera melangkahkan kakinya menuju kedalam rumah wooyoung dan segera mengambil posisi duduk diatas sofa yang ada disana, disusul dengan wooyoung yang berjalan lurus kearah kamarnya, hendak menidurkan junseok dikamarnya.

"Pak san udah makan? Kalau belum biar saya buatkan" tawar wooyoung.

"Gausah wooyoung saya ga lapar" Jawab san yang dibalas dengan anggukan dari wooyoung.

Wooyoung berjalan kearah dapur, hendak mengambil minum yang kemudian disodorkan kepada san. Lalu mengambil posisi duduk disebelah san.

"Makasih banyak udah mau saya repotkan dengan menjaga junseok, saya berhutang banyak sama kamu" ucap san membuka obrolan.

"Eh gapapa, ga ngerepotin kok justru saya seneng ada junseok disini saya jadi gak terlalu kesepian" jawab wooyoung disertai dengan gestur tangan menyilang di dada.

San tersenyum.

"Seperti nya junseok sudah nyaman sama kamu" ucap san lagi.

Wooyoung hanya tersenyum kikuk, tak tau harus menjawab dan bereaksi seperti apa.

"Saya senang waktu junseok banyak bicara dan mengekspresikan perasaanya sama kamu" san menghela nafas nya sejenak lalu melanjutkan lagi pembicaraannya.

"Boleh saya cerita sedikit?" Tanya san sembari melirik wooyoung yang tengah memperhatikannya.

"Boleh pak" jawab wooyoung.

Wooyoung bukan tipikal orang yang ingin tau privasi orang lain, tapi untuk saat ini entah kenapa dia ingin tau, dan dia merasa harus tau.

"Junseok itu.. anak hasil kecelakaan saya sama pacar saya dulu" san menjeda kalimatnya ingin melihat reaksi wooyoung.

Jujur saja wooyoung terkejut, tapi ia berusaha menormalkan ekspresi nya.

"Orangtua kami marah saat itu, dan menyuruh pacar saya untuk menggugurkan junseok. Tapi kami menolak, hingga akhirnya kami menikah. Meskipun orangtua saya menolak kehadiran junseok tapi hubungan kami tetap direstui berbeda dengan orangtua pasangan saya dia menjadi berubah pikiran, merasa kalau saya gabisa menjaga anaknya dengan baik. Padahal saat itu posisi kami sudah sama-sama dewasa, usia saya dan dia saat itu sudah 22 tahun namun memang belum terikat hubungan pernikahan. Hingga akhirnya setelah melahirkan junseok pasangan saya dibawa kembali oleh orang tuanya dan dibawa pergi entah kemana. Menyisakan saya yang kebingungan merawat junseok sendirian, karena orang tua saya sudah jelas menolak kehadiran junseok"

Sungguh wooyoung tak menyangka kehidupan anak manis itu sesulit ini dari dulu.

San memandang wooyoung lalu kembali melanjutkan perkataannya "semoga sikap kamu terhadap junseok gaakan berubah setelah mengetahui fakta ini" ucap san penuh harap.

Wooyoung tersenyum.

"Saya gak tau harus berkata apa tapi yang pasti perlakuan saya terhadap junseok gaakan berubah, saya menyayangi junseok sudah seperti anak sendiri, apalagi akhir-akhir ini kami sering menghabiskan waktu bersama, rasanya saya ingin menjaga junseok terus" ucap wooyoung.

San tersenyum, mata nya sedikit berair. Wooyoung adalah orang pertama yang memberikan reaksi positif setelah mengetahui fakta tentang junseok, berbeda dengan orang-orang bahkan kerabat dekatnya sekalipun.

Tanpa diduga, san mendekat memeluk wooyoung. Mengistirahatkan kepalanya diperpotongan leher wooyoung.

Wooyoung yang terkejut bukan main, tak membalas pelukan san yang tiba-tiba. Namun didetik berikutnya, wooyoung merasakan pundak san yang bergetar, seperti nya lelaki ini menangis. Hingga wooyoung akhirnya membalas pelukan san, menepuk pelan pundak lebar milik san.

"Bapak bisa mengandalkan saya, bapak bisa cerita keseharian bapak sama saya jika bapak merasa berat menanggung semuanya sendirian" ucap wooyoung pelan berusaha menenangkan san yang terus terisak dipelukannya.

TBC

hehe gimana nih, udah cukup banyak belum words nya?

meet again? // sanwooHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin