Anak yang Katanya Sehat

18 3 0
                                    

Di celah-celah pusat kota yang ramai
Dari berisik deru kenalpot kendaraan
Hingga riuh lalu lalang manusia melintasi jalan
Seorang anak termangu sendirian

Anak itu hanya terpaku terus memandangi jalan
Pandangannya fokus, namun netranya terasa kosong
Tanya satu-dua dari mereka yang peduli—
meski sekedar basa-basi tanpa diliputi empati—
"Adek kenapa?" tanya mereka
Dan anak itu tak sedikitpun bersua,
hanya menatap kosong,
tanpa ada ketertarikan balas omong

Kemudian satu-dua dari mereka itu pergi
dan netranya ganti tatapan benci
Dan anak itu kembali memandang jalan tanpa tujuan
Sesaat anak itu mengangguk-angguk
Untuk kemudian beringsut berganti posisi duduk

Tak lama dari itu satu orang pengendara motor yang mogok
Menoleh sebentar dan memberikan sebungkus nasi
Katanya, "Ini dimakan."
Dan sekali lagi anak itu tidak merespon
Hanya balik menatap kosong pengendara itu
Dan ya, sesaat kemudian si pengendara pergi Sembari mendorong motor ia pergi tanpa simpati lagi

Ketika senja kala datang,
Anak itu tergelak ringan
Tepat saat lampu orange di atasnya menyala
Anak itu meluruskan kaki,
masih bertahan dari rasa lapar berhari-hari

Di celah-celah kota yang sepi
Dari bising yang sempurna hilang mendekati azan magrib
Pejalan kaki dengan dasi yang tak lagi rapi
Bertanya pada si anak; Nak, mau diantar ke Rumah Sakit?

Anak itu menatap sempurna si pejalan kaki
Kali ini sudut bibirnya tertarik
Tersenyum
Senyum yang menghilangkan tatapan kosongnya
Bersama taluan beduk sebelum azan magrib
Anak itu menjawab;  aku sehat dan tidak butuh manusia yang sok bermartabat.




Tertanda, Nolisa.
24/11/22

Suara Asa: NolisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang