Part 8

204 30 2
                                    

Yuju tersenyum masam. Apakah ini yang dinamakan keluarga? Yuju ingat betul tidak ada kenangan indah yang ia dapatkan dalam rumah ini. Lantas mengapa ia mau saja menuruti kakaknya untuk berkunjung kemari. Menyebalkan. Selalu saja, ia menjadi lemah jika ini menyangkut dengan kakaknya.

"Wah aku tidak percaya aku bisa membuat makanan itu Yuju. Bukankah itu anugerah?" Chaeyoung masih saja tidak percaya dengan masakan yang baru saja ia buat dan cicipi bersama Yuju.

Yuju melirik kearah kakaknya itu dan tertawa pelan. Lucu sekali. Hanya karena bisa memasak nasi goreng kimchi sederhana kakaknya ini bisa begitu bahagia.

"Oh, benar. Masakanmu cukup enak. Tinggal giat belajar aku yakin kau akan bisa memasak."

"Yeoksi. Pilihanku memang tepat. Chef Eunwoo memang yang terbaik. Aku tidak salah pilih bukan dengan menjadikannya guruku."

"Um, kalau begitu kau harus belajar dengan sungguh - sungguh. Bayarannya mahal kan? Dia chef terkenal."

Chaeyoung menggelengkan kepalanya lucu, "No, no, no. Yang menariknya lagi adalah dia tidak menginginkan bayaran dariku. Kau tahu apa yang dia katakan waktu itu?"

.

.

.

"Oh maaf. Bisakah aku mengganggu waktumu sebentar?"

"Oh ya. Siapa?"

Chaeyoung berusaha keras untuk melewati para bodyguard di depan restoran yang berusaha untuk menghalanginya. Tapi untunglah nama William Park - nama ayahnya - ternyata benar - benar luar biasa berpengaruh. Hanya dengan memberikan para pengawal itu kartu nama perusahaan ayahnya ia bisa dengan mudah masuk kedalam. Bahkan sampai keruangan kerja chef itu.

"Maaf. Harusnya sekarang kau beristirahat setelah pembukaan restoranmu. Tapi aku tidak bisa menunggu lebih lama atau pun kembali besok. Aku rasa aku harus bicara denganmu sekarang."

"Baiklah. Aku juga sebenarnya tidak terlalu lelah. Ada yang bisa aku bantu?"

"Ah.." Chaeyoung menyerahkan kartu namanya. "Namaku Park Chaeyoung."

"Ah, kau salah satu keturunan perusahaan besar Park itu. Ada perlu apa?"

"Aku tertarik untuk belajar memasak. Tidak. Sebenarnya tidak benar - benar tertarik. Hanya saja. Sebentar lagi ada pertemuan antara keluargaku dan keluarga calon suamiku. Ibu mertuaku ingin aku memasak untuk hari itu. Jadi aku pikir aku bisa mendapat beberapa pelatihan. Aku tidak mau mempermalukan orang tuaku." Chaeyoung menunduk. Ia malu. Secara tidak langsung ia mengatakan aibnya didepan chef tampan ini.

Eunwoo tertawa jenaka. "Jadi secara tidak langsung. Kau ingin mengatakan jika kau ingin terlihat keren didepan calon mertuamu itu?"

Chaeyoung gelagapan sekaligus kesal. Mereka baru bertemu tapi chef ini sudah menyebalkan. "Sebenarnya bukan seperti itu. Aku bukan orang yang senang mendapatkan pujian atau pun perhatian. Hanya saja... Ibu mertuaku pernah mengatakan jika dia akan senang jika bisa makan masakanku dan aku sudah mengiyakan. Aku tidak mungkin mengatakan didepan beliau jika aku bodoh dalam urusan dapur, kan? Hehe.. Apa permintaanku terdengar tidak tulus?"

Chaeyoung menggerutu dalam hati. Berharap - harap cemas. "Sial! Ternyata chef ini tidak mudah juga. Jika dia tidak mau mengajariku, maka aku akan merengek kepada Yuju lagi. Tidak ada jalan lain."

"Baiklah. Kapan kau bisa belajar?"

"Apa?" Chaeyoung mengerjapkan matanya perlahan.

"Kapan kau bersedia memulai pelatihan Nona Park?"

"Kapan saja. Kalau kau tidak keberatan hari ini aku juga bisa belajar." jawabnya bersemangat. Astaga tidak sulit membujuk koki tampan ini. "Ah tunggu, tidak. Aku harus menghubungi pengacaraku. Kita haru membahas kontrak kerjanya." sahutnya kemudian.

Eunwoo menghentikan Chaeyoung yang hendak menelepon Tuan Lim - pengacaranya. "Tidak perlu nona Park. Ini bukan urusan bisnis. Aku tidak pernah membuat kontrak kerja dengan muridku. Ini hubungan antara guru dan murid."

Chaeyoung mengerjapkan matanya lucu. "Oh tentu. Aku tidak keberatan jika kau tidak membutuhkan kontrak kerja."

"Baiklah. Aku hanya butuh nomor teleponmu saja cantik."

Chaeyoung mengerjapkan matanya cantik. Apa chef ini sedang menggodanya?

"Tidak. Jangan salah paham. Aku butuh nomermu untuk keperluan jadwal belajarmu bukan untuk yang lain. Kau..." Eunwoo menatap Chaeyoung meneliti. "Kau tidak sedang berpikir aku menggodamu, kan?"

Chaeyoung tergelak. "Tidak. Tentu saja tidak. Baiklah aku akan berikan nomorku padamu."

Eunwoo tertawa jenaka. Menurutnya gadis didepannya ini imut. "Baiklah. Hari ini mungkin begini saja. Aku akan beritahu kau untuk pertemuan berikutnya."

"Um... Tidak bisakah hari ini? Kau tahu aku sudah disini sejak pagi tadi. Melihatmu memasak di depan restoran dan merangsek masuk melawan tubuh besar bodyguard menyebalkanmu itu. Tidakkah menurutmu aku sudah berusaha keras untuk bisa belajar hari ini? Aku mohon..." Chaeyoug mengatupkan kedua tangannya didepan dada.

Eunwoo bisa melihat kegigihan dimata wanita muda ini. "Baiklah. Resep rumah sederhana. Ikuti aku! Kita pergi ke dapurku." Pria itu berjalan memimpin didepan. Dan Chaeyoung mengikutinya dibelakang sambil memekik kecil. Senang sekali.

.

.

.

"Dia sepertinya pria yang baik." gumam Yuju sambil mengunyah nasi goreng.

Chayoung menatap Yuju berbinar. "Benar kan? Aku yakin kau juga akan berkata begitu. Dia bukan berpura - pura baik. Dia memang tulus. Dan aku bersyukur dia mau menjadi guruku."

"Kau terdengar seperti memujanya jika begitu." Yuju terkekeh geli.

Chaeyoung melotot, "Kau gila! Aku ini baru saja putus cinta dan akan menikah dengan orang asing. Aku tidak mungkin jatuh hati secepat itu."

"Well... Tuhan pandai mebolak - balikkan perasaan seseorang."

Chaeyoung menghadiahi Yuju dengan pukulan dari sendok ditangannya. "Makanlah dan tidur dikamarmu. Dasar menyebalkan."

Yuju menggerutu sambil mengusap kepalanya. Sakit sekali.

"Benarkah begitu? Tapi Chef Eunwoo memanglah tampan. Lalu bagaimana dengan Jungkook? Bagaimana dengan Jaehyun." ucap Chaeyoung dalam hati. Ah benar! Ia hampir lupa jika ada Jungkook sekarang.

.

.

.

[SUDAH DIREVISI]

KAKAK IPAR [YUKOOK]Where stories live. Discover now