chap 4

9 4 0
                                    

Haiii👋
Welc to cerita Juju.

No plagiat ❎
Hargai penulis.

Happy reading guyss💞

***

Kelas telah usai, dan ini saatnya pulang ke tempat di mana pikiran akan kacau dan air mata jatuh kembali.

Kata orang rumah itu sama seperti astana yang mampu memberikan harsa kepada pemiliknya.
Namun, tidak untuk Yura, baginya rumah hanya tempat berkumpulnya nestapa yang tidak akan pernah berubah menjadi harsa.

Baru memasuki gerbang rumah nya saja Yura telah merasakan bahwasanya suasana rumah nya akan sama seperti kemarin.

Yura menarik nafas panjang dan memasuki rumah nya.

"Kamu sudah pulang nak," tanya Melisa ibunya.

Yura menoleh ke arah sumber suara itu. Yah, terlihat ayah dan ibunya yang duduk di atas sofa sambil tersenyum kepadanya.

Sebagian anak jika melihat orang tuanya tersenyum ketika pulang sekolah, mereka pasti ikut tersenyum. Namun, berbeda dengan Yura.

Jika kedua orangtuanya sudah tersenyum kepadanya saat pulang sekolah, sudah pasti ada sesuatu keinginan mereka yang harus Yura ikuti dan pastinya itu akan bertentangan dengan dirinya.

"Kemarilah nak, ada yang ingin papa dan mama bicarakan padamu," panggil Daren ayahnya Yura.

Dengan wajah tanpa ekspresi Yura berjalan ke arah sofa dan duduk bersama kedua orangtuanya itu.

"Ada apa pa?" tanya Yura.

"Ini masalah perjodohan kamu dengan Gevario anaknya om Alan," jawab Daren.

Ah...
Sudah lah, lagi dan lagi harus dengan topik yang sama 'PERJODOHAN'
Sudah berapa ratus kali ayah dan ibunya selalu membahas perjodohan tersebut. Apakah tidak ada topik pembicaraan yang lain selain perjodohan itu?

Yura sudah muak akan kata perjodohan yang menyeramkan itu. Siapa yang mau di paksa menikah dengan seorang lelaki yang tidak ia sukai sama sekali. Dan pernikahan ini berlangsung ketika ia tamat sekolah.

Setelah tamat sekolah seharusnya Yura masih memiliki rencana yang panjang, mengapa harus menikah. Bukan kah ini terlalu cepat?

"Nanti malam kita ada pertemuan dua keluarga, mau membicarakan kapan Pertunangan kalian di langsung kan," jelas Daren dan di sambung anggukan dan senyuman oleh Melisa.

Melisa memegang kedua tangan Yura. "Jadi nanti jam 19.00 WIB kamu harus siap-siap, dan dandan dengan cantik yah sayang."

Yura menatap ibunya itu dengan senyuman hambar. "Iyah mah."

"Anak mamah pasti capek kan? Ya udah, ganti baju terus makan, lalu tidur." ucap Melisa.

Tidak ada satu katapun yang terlontar dari mulut Yura. Dia beranjak dari sofa itu dan mulai memasuki kamarnya.

Belum juga mengganti pakaian, Yura sudah merebahkan diri nya di atas kasur.
"Arghhhh, bangsat. Awas aja Lo Rio, gua bakal buat Lo batalin perjodohan ini."

Yura bersantai di atas kasur, seperti orang yang tidak punya beban sama sekali. Ia mengambil ponselnya, dan melihat ke arah room chat WhatsApp.
Ada nomor yang tidak di kenal menghubungi nya berkali-kali.

YURA WA : Tugasku Telah Selesai, Aku Menyerah.Where stories live. Discover now