chap 6

7 3 0
                                    

Haiii👋
Welc to cerita Juju.

No plagiat ❎
Hargai penulis.

Happy reading guyss💞

"Maafin gua yah, tapi bukan Lo yang gua mau"

***

Pagi ini sama seperti pagi-pagi biasanya di kediaman keluarga Wa. Seorang ayah yang sibuk bersiap-siap untuk berangkat ke kantor, seorang ibu yang sedang sibuk mempersiapkan makanan, dan yah seorang anak yang sibuk berleha-leha tak tau waktu.

"Yura... Mau berapa lama lagi kamu di dalam kamar. Kamu tidak lihat ini sudah menunjukkan pukul berapa."
Melisa berteriak, bak sebuah terompet di malam Natal.

Yura melihat ke arah jam, dan tentu saja sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB.
"Arghhh... Nih waktu cepat banget jalannya."

Yura terburu-buru menyiapkan peralatan sekolahnya. Sungguh anak yang pemalas, bagaimana bisa ia tidak mempersiapkan peralatan sekolahnya dari tadi malam.

Di sela-sela ia mempersiapkan peralatan sekolahnya, suara nada dering handphone yang membuatnya terhenti.

"WHATTTTT!!! KAK EL?" kagetnya.

Yura menarik nafas dalam-dalam, lalu menerima telepon tersebut.

Kak el

Halo kak

Pagi Yura

Pagi juga kak..
Btw, ada apa yah kak?

Berangkat sama siapa hari ini?

Sendiri sih kak.
Emang kenapa?

Berangkat sama gua mau?

Sungguh hari yang menyenangkan, hati Yura serasa berbunga-bunga layaknya sebuah taman.
Haruskah ia menerima tawaran dari Adriel?
Jika tidak di terima, sudah tentu ini namanya membuang-buang rezeki saja.

Emm, boleh kak

Woaww boleh?
Sharelock, nanti gua kesana.

Siapp kak
📍Jln. mekar no 54

/Read.

Yura begitu bahagia, saking bahagianya ia melompat-lompat di atas kasur, dan lupa bahwasanya ini sudah menunjukkan pukul 06.45 WIB.

"Yura... Apakah didalam kamarmu jamnya mati? Sudah berapa lama kau di dalam kamar itu?" Lagi, lagi, dan lagi. Melisa berteriak untuk memanggil putrinya itu.

"Ahh, Iyah ma... Sabar." Yura bergegas mempersiapkan semuanya lalu turun ke bawah untuk makan.

"Apa yang kau lakukan sedari tadi didalam kamar itu? Apakah kau sudah lupa waktu," celetuk Melisa.

"Ga ma, tadi lagi dandan aja. Udah deh ga usah marah-marah, ini masih pagi," jawab Yura dengan santai.

"Cepat makan rotimu ini, papamu sudah mau berangkat. Kau pergi bersama papa hari ini." Melisa menyodorkan sepiring roti berisi selai strawberry dan susu putih hangat.

"Hari ini Yura berangkat sama temen ma."

"Siapa itu? Apakah dia seorang lelaki atau perempuan?" tanya Melisa.

"Laki-laki."

"Bagaimana perasaan Gevario nanti jika melihatmu berboncengan dengan seorang lelaki? Kau tidak bisa menghargai perasaannya Yura? Dia itu calon pendamping hidupmu, hargailah dia." ucap Melisa dengan nada yang tinggi.

Ahh, sudahlah. Ini sungguh menjengkelkan, bagaimana bisa Yura harus menjauhi banyak laki-laki demi Gevario? Mereka masih di jodohkan, belum bertunangan.  Apakah ada hukum yang menulis bahwa, jika sudah dijodohkan, maka menjauh lah dari semua laki-laki.

"Gevario? Apakah perasaan Gevario lebih penting daripada kebahagiaanku ma?" tanya Yura dengan nada yang sedikit gemetar.

Tiada hari tanpa perdebatan di keluarga ini. Masih pagi saja, perdebatan antara anak dan ibu sudah di mulai.

"Tentu!!!" jelas Melisa, yang mampu membuat Yura tertawa.

"Woahh... Hahah... Ouh, Yura udah paham ma."  Yura tertawa.

Yura tak lagi mau memakan sarapannya, ia langsung saja mengambil tasnya dan pergi tanpa berpamitan pada kedua orangtuanya.

Pantaskah seorang anak dibuat sedih saat ingin berangkat sekolah? Haruskah Yura setiap hari mendapatkan perilaku seperti ini dari ibu dan ayahnya?
Ah, sungguh tidak adil kau tuhan.

Saat membuka gerbang dan hendak pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, tiba-tiba ada seorang pengendara motor Kawasaki yang menghampirinya.

"YURAAA..."

Yura melihat pengendara itu dengan tatapan curiga, siapa dia? Apakah dia ingin menculik Yura? Bagaimana dia tau nama Yura?

"Lo siapa?" tanya Yura.

Pengendara itu membuka helmnya. dan yah, itu adalah Adriel Madhava Ganendra.
"Ini gua, Adriel."

"Kak el?" tanya Yura, lagi dan lagi.

Adriel mengangguk. "Mau naik?"

Yura mengangguk pelan.
Yura pun baik ke atas motor Kawasaki milik Adriel.

***

Lelaki mana yang tidak cemburu melihat calon tunangannya sendiri berboncengan dengan laki-laki lain.
Begitu pun dengan perasaan Gevario, hatinya seperti di tusuk ribuan duri tajam saat melihat Yura dan Adriel berboncengan.

"Seharusnya gua ga terlalu berharap sama Yura."

Pandangan tetap saja melihat ke arah Yura dan Adriel.

"Cocok sih mereka berdua, sama-sama sempurna. Dan yah, pantes juga Yura terpikat sama Adriel, secara Adriel kan cowok ganteng dan pinter. Sedangkan gua hanya murid kelas belakang."

Seperti ingin menangis namun air mata nya tak kunjung jatuh, sesak di dadanya terasa sangat sakit. Bahkan sekarang ini, senyuman yang ia lontarkan pun sepertinya palsu.

Di balik Gevario yang sakit melihat Yura dan Adriel. Ada Yura yang sedari tadi sebenarnya memperhatikan Gevario dari jauh.

Yura tidak begitu tega pada semua cowok, dia bisa merasakan apa yang di rasakan oleh Gevario. Terkadang, Yura memang tempramen jika berada di dekat Gevario. Entah apa yang membuat nya seperti itu.

'Maafin gua yah, tapi bukan Lo yang gua mau,' batin Yura.







You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 18, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

YURA WA : Tugasku Telah Selesai, Aku Menyerah.Where stories live. Discover now