45

11.2K 370 28
                                    

Don tak pernah menatap Lody sedalam ini, bola matanya tak bergerak hanya tertuju pada Lody sesekali pada mulut mungil Lody yang terbuka saat ia mendorong kejantanannya.

"Aah..."

Lenguhan Lody terdengar sangat lembut, seperti saat pertama kali kau merasakan sinar matahari pagi di permukaan kulitmu. Jemari mungil itu menggapai bahu Don, mencoba mencari pegangan akibat dorongan yang menusuk di bawah sana.

Don terus mendorong tubuhnya, memompa liang kewanitaan Lody dengan tenang. Sesekali ia mengerang karena dinding kewanitaan Lody terasa meremas kejantanannya.

"Baby..."

Don mempercepat dorongannya, sementara Lody sudah tak tahu apa lagi yang ingin ia dapatkan kecuali lebih dan lebih, sesuatu ingin keluar dari dalam tubuhnya. Meledak dan bergetar.

Tubuh Lody melenting, kepalanya terasa sangat pening saat sesuatu meledak dalam dirinya bersamaan dengan cairan Don yang hangat membasahi liang kewanitaannya.

Don memeluk tubuh mungil itu, mendekapnya erat seperti akan ada yang mengambilnya. Ia menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Lody.

Don menangis.

Sekian tahun Lody dan Don bersama, menjalani hidup bersama, Don akhirnya tahu bahwa Lody mulai dewasa. Usianya tak lagi bisa disebut anak-anaknya, tak juga bisa dikatakan remaja. Perempuan itu beranjak menjadi dewasa, menjadi perempuan yang sangat cantik dan menawan.

Perasaan dan pikirannya pun terus mengikuti berkembang, ia tak lagi menggantungkan semua hal pada Don, ia mampu memenuhi kebutuhannya sendiri meskipun pada saat tertentu ia tetap manja seperti anak bayi pada Don.

Lody memeluk tubuh Don seerat yang ia bisa, berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak melepaskan lelaki di dalam pelukannya.

"Kita akan ke rumah Mama hari ini? Apa Daddy setuju?" bisik Lody perlahan.

Don mengangguk.

Entah sudah berapa lama Don tak pernah pergi ke pemakaman Ibunya. Meninggal beberapa tahun lalu membuat Don terpukul hebat meskipun Ayahnya tak pernah memperbolehkannya untuk menangisi kepergian sang Ibu.

Bagi Ayahnya, sang Ibu adalah luka yang sangat membekas. Untuk dirinya dan untuk Don.

"Kita harus bangun, Daddy mandi dan aku akan membuat roti bakar dengan cokelat bubuk..." ucap Lody.

"Kita akan melihat danau, setuju?" tambah Lody.

Don sekali lagi mengangguk, mengangkat tubuhnya sendiri dan membersihkan tubuh Lody. Meskipun Lody telah menolaknya, ia tahu Don sedang tidak baik-baik saja tetapi bagi Don membersihkan tubuh Lody setelah bercinta adalah keharusan.

.

.

.

.

.

"Ouh... lihat siapa yang sudah bangun pagi ini!" pekik Bibi Lee yang memasuki dapur dan melihat Lody sedang membalik roti tawar.

"Aku akan pergi ke danau dengan Daddy..." ucap Lody riang.

"Hmm...akan aku bantu siapkan camilan" balas Bibi Lee.

Don menuruni anak tangga yang berwarna putih susu itu dengan cepat, mencium aroma mentega yang dicampur dengan cokelat bubuk membuat kondisi hatinya membaik.

"Kubawakan buah apel hijau kesukaanmu, baru saja kebun dipanen kemarin..." ucap Bibi Lee.

"Betulkah? Aku dan Lody melewatkannya..." balas Don.

Our SideWhere stories live. Discover now