FASYA AND THE GANG

91 54 116
                                    

Makan siang di kantin terasa tak begitu buruk bagi Alanika yang sebelumnya tak pernah merasakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makan siang di kantin terasa tak begitu buruk bagi Alanika yang sebelumnya tak pernah merasakannya. Dirinya tak pernah makan sembari mengobrol bersama seorang teman. Gadis itu merasa beruntung bisa bekerja sama dengan Alan.

"Semenjak kita barengan, para pembully itu gak gangguin lo lagi. Takut kali sama gue," kata Alan setelah menyeruput kuah bakso.

"Takut sama lo? Hahaha .... Mungkin lebih tepatnya karena mereka gak berani kalo gak bareng bos mereka, si Fasya." Alanika tertawa remeh.

"Lihat aja! Kalo sampe mereka berani gangguin lo lagi, gue akan turun tangan." Alan menggebrak meja membuat seluruh perhatian tertuju padanya.

"Berisik lo!" cibir seorang murid di meja sebelah.

"Biasalah, cari perhatian," balas murid lainnya yang Alanika dan Alan tak kenal sama sekali.

"Udah gila, pantesan gada temen."

Tak takut, Alan membalas tatapan mereka dengan wajah menyolot kesal. Melihat tingkah Alan yang kekanakkan membuat Alanika merasa malu dan menghentikannya.

"Udah, udah! Mendingan lo pergi aja deh. Makanan lo juga udah habis, kan?" usir Alanika.

"Gimana gue bisa pergi? Gue 'kan harus jagain lo!" protes Alan tak terima.

"Yaelah ... lo udah cukup nemenin gue hari ini kok!"

"Bener, ya?"

"Iya!" seru Alanika gemas.

"Denger, selama kita gak barengan, terus si empat serangkai itu ngeganggu lo lagi, lo tenang dan percaya aja sama gue! Gue pasti bakal nolongin lo."

Alanika nyaris tertawa melihat Alan yang tampak begitu serius mengatakannya. "Lo suka ya sama Letta?"

"Ng-nggak ya! Dahlah gue pergi dulu," jawab Alan gelagapan sebelum akhirnya pergi dari kantin.

Sebenarnya Alan sudah merasakannya sejak tadi, semua orang di kantin tampak tak menyukainya. Apalagi seorang pemuda yang terus menatap ke arah tempatnya duduk dengan Alanika. Alan hanya bisa berpikir positif. Pasti pemuda itu menyukai Alanika sehingga terus menatapnya.

Kepergian Alan membuat Alanika menyesal telah mengusirnya. Pasalnya bakso yang dihabiskan Alan belum dibayar, mau tak mau Alanika menanggungnya.

"Sialan si Alan!" gumam Alanika sembari menyerahkan selembar uang lima puluh ribu.

Hari demi hari berlalu, keadaan Sekolah Katolik Trisakti menjadi damai dikarenakan Fasya si ketua geng pembully sudah seminggu tak masuk sekolah. Kasihan, Fasya benar-benar dibuat hancur oleh Alanika.

Alanika sendiri menjalani kehidupan sekolah dengan lebih baik walaupun terkadang dia bermasalah dengan beberapa guru karena tak mengerjakan tugas sekolah. Alasannya karena lupa. Bagaimana tidak? Pulang dari sekolah saja kepribadian termasuk ingatannya berubah.

ALTER EGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang