18

11 1 0
                                    

Luzzy kembali memasuki kamar. Betapa terkejutnya ia ketika melihat Caspian yang sudah terduduk dengan kepala tertunduk.

Melihat itu, rasa takut menyeruak dalam diri Luzzy. Perlahan gadis itu berjalan mendekat ke arah prianya.

"Cas ..."

Merasa terpanggil, Caspian mendongak dengan tatapan tajam bak mata elang. Senyum kecut terukir di wajahnya, hal itu membuat Luzzy semakin dilanda kegelisahan.

Kemudian, gadis itu duduk di sebelah Caspian. Tatapan pria itu kosong, mengarah ke depan, menghiraukan Luzzy.

Apa yang harus kulakukan?

"Cas ... k-kau salah paham." cicit Luzzy gelagapan.

Pria itu menolehkan wajahnya ke arah Luzzy tanpa mengubah eskpresi. Hawa dingin begitu menusuk, membuat sang gadis bergidik ngeri. Walau pun begitu ketampanan Caspian tak luntur sama sekali.

Bodoh, kenapa dalam kondisi seperti ini aku malah terpikat pesonanya!

Merasa terintimidasi, Luzzy berusaha untuk tenang, "dia Aron Julio, sahabatku sejak kecil. Dia hmft ..."

Lumatan kasar menerjang Luzzy secara tiba-tiba. Gadis itu terbelalak, hingga matanya hampir saja keluar. Caspian menciumi bibir Luzzy bak kesetanan, tanpa henti.

Pria itu tak bisa marah, inilah cara melampiaskan emosinya. Ia tak peduli dengan luka di bibir dan di wajah yang mungkin terasa perih. Amarahnya lebih besar, hingga rasa sakit itu tak terasa sama sekali.

Luzzy berusaha mengimbangi, tapi tak bisa. Nafasnya bahkan hampir habis. Tengkuknya ditekan, Caspian menginginkan ciuman yang lebih dalam.

Gadis itu meronta ketika ia merasa ruang oksigennya kian menipis. Luzzy mencengkram bahu Caspian sebagai tanda bahwa nafasnya akan habis.

Dengan terpaksa pria itu melepaskan pagutannya. Luzzy terengah-engah, ia terus menarik masuk udara yang ada. Lalu diusapnya secara pelan bibir yang terasa sedikit perih. Tanpa disadari bercak darah tertinggal pada ibu jarinya.

Caspian bangkit, ia melepas dasi biru dongkernya tanpa mengalihkan pandangan datar pada Luzzy. Dua kancing kemeja paling atas ia buka, sehingga kegagahannya semakin terpampang nyata.

Pria itu menggulungkan dasi pada tangannya secara perlahan. Lalu, tanpa aba-aba Caspian mengangkat tubuh Luzzy. Refleks, gadis itu mengantungkan tangannya pada leher sang pria.

Ekspresi wajah Caspian tak dapat diartikan, membuat gadisnya semakin dilanda rasa takut. Direbahkannya tubuh gadis itu secara perlahan. Lalu, Caspian meminta kedua tangan Luzzy tanpa berbicara.

Seakan terbius, Luzzy mengangkat kedua tangannya. Perlahan, Caspian mempersatukan kedua lengan gadis itu dengan ikatan dasinya.

Luzzy meringis tatkala merasakan ikatan yang cukup kencang. Gadis itu nampak kebingungan, apa yang akan Caspian lakukan? Mengapa ia diikat seperti ini?

Caspian terus memandang gadisnya tanpa berpaling sedikit pun. Ia tak menghiraukan eskpresi takut, bingung dan khawatir di wajah Luzzy.

Diturunkannya secara perlahan celana tipis Luzzy sekaligus dalamannya. Gadis itu meneguk ludahnya kesusahan. Ia benar-benar takut sekarang. Secara spontan, Caspian mengangkat ikatan tangan tadi ke arah kepala Luzzy, hingga dadanya semakin menyembul di balik piyamanya.

Nafas gadis itu semakin tak beraturan, Caspian mengendus leher serta telinganya begitu lembut, hingga ia merasa gelisah.

Shit!

Luzzy ingin lebih, Caspian mempermainkannya. Tubuh ramping Luzzy menggeliat tak karuan. Ia benar-benar gelisah sekarang.

Bless ...

LUVIERWhere stories live. Discover now