68. SERUPA TAPI TAK SAMA

476 19 0
                                    

Jangan lupa vote komen share
Selamat membaca 🤗


Arya begitu senang, karena keadaan Rachel sudah membaik, dan melewati masa koma nya, Tak perlu menunggu lama, Rachel bisa di pindahkan ke ruangan Rawat.

Arya menatap sang anak dengan sendu. rasanya melihat Rachel terbaring seperti ini, membuat hatinya sakit.

"Anak ayah harus sembuh." Arya berbisik tepat di telinga Rachel.

"Jika dia kembali sembuh, apa om bakal menerima dia?." Arsen Datang, dengan memapah El.

"Maksud kamu apa?." Tanya Arya.

"Dia...?" Tunjuk Arsen. "Dia Dalang di balik semuanya." Lanjut Arsen dengan penuh penekanan.

"Ar." Panggil El, karena ia sama sekali tak mengerti maksudnya.

"Rachel yang udah bikin kamu sama bunda kamu celaka El." Jelas Arsen.

Tubuh El merasa kaku, untuk kembali berbicara pun rasanya begitu kelu.

"SIALAN! KAMU SUDAH SANGAT BERANI ARSEN."

"KAMU SUDAH CELAKAI ANAK SAYA, DAN SEKARANG KAMU FITNAH ANAK SAYA."

"MAU KAMU APA HAH." Murka Arya. "APA KAMU DI PENGARUHI SAMA ANAK SIALAN INI." Tunjuk Arya kepada El.

El menutup matanya. Tubuhnya gemetar, ia begitu takut sekaligus merasa sakit hatinya.

"Jangan salahkan El om, El gak tau apapun."

"ALAH, Anak jaman sekarang, sudah pandai membuat drama." Ejek Arya, dengan nafas memburu.

"Baik,.jika om gak percaya, saya punya buktinya."

Arsen mengambil ponselnya dari dalam saku, kemudian ia terkekeh, lalu menatap Arya sini.

Hingga tombol on itu Arsen tekan.

"Bunda, Maafin Ara, karena Ara bunda pergi, Dan karena Ara juga El di benci sama ayah, karena Ara juga El mengalami trauma, maaf bunda, maafin Ara."

"Maaf bunda, Ara gak jadi anak baik buat bunda, dan kakak yang baik buat El."

"Bunda, Sebenarnya Ara yang gunting Kabel rem itu."

"Ma_maafin ar_a bunda."

"Seharusnya Ara gak ngelakuin hal itu, Ara cuman gak suka, kalo bunda pergi tanpa ajak Ara, Ara gak suka bunda."

"Ara ngelakuin itu, karena Ara benci sama El, bunda selalu pilih El daripada Ara."

"Kata ayah, Ara anak pintar, karena Ara selalu dapet ranking satu, T_tapi."

"Tapi El, Dia dapet nilai lebih rendah dari Ara, Tapi bunda selalu aja bilang, kalau Ara dan El itu sama, Sama sama pintar. padahal Ara tau, kalau bunda cuman mau buat El bahagia, tapi tidak dengan Ara bund,."

"Ara juga mau, dikasih perhatian lebih sama bunda."

"Tapi bunda lebih sayang sama El."

"Ta_tapi sekarang Ara sa_dar. Kalo apa ya_ng Ara lakuin i_tu sa_lah."

"Kar_na kecer_obohan Ara, Bun_da meninggal, Dan kar_na Ara, hidup El menderita, Ma_af Bun_da."

Off

Arsen kembali memasukan ponselnya ke dalam saku, Ia menatap Arya yang tak berkutik sama sekali, Sedangkan El, kini rasanya tubuhnya tak bisa menopang dirinya sendiri.

"Itu yang om bilang anak kesayangan om." Arsen terkekeh.

"Apa om tau? Seberapa menderita nya El, karena ulah Rachel?."

El terduduk lemas. Kenyataan apa lagi ini? Kenapa semuanya harus berurutan seperti ini.

Di mulai dari Kenyataan bahwa Arya pura pura baik kepadanya, karena sesuatu yang paling berharga di banding nyawa El sendiri, yaitu Ginjalnya.

Dan yang kedua kenyataan, Bahwa Sahabatnya sendiri, memukul beban paling menyakitkan sepanjang hidup remajanya.

Dan kini, kenyataan jika saudaranya sendiri yang telah tega melakukan hal keji itu kepada dirinya dan sang bunda.

"Aku cape Ar." Lirih El.

"Aku mau keluar." Ucap El kepada Arsen.

Arsen mengangguk. "Nasi sudah menjadi bubur om." Ucap Arsen begitu dingin.

Kemudian Arsen membawa El untuk keluar dari dalam ruangan tersebut. Rasa sesak kian menjadi, Sungguh! Ingin sekali El meluapkan semuanya sekarang, namun untuk saat ini ia tak bisa berbuat apapun.

Sialan memang!.

.....

Pohon besar, Dengan cuaca sedikit sejuk, membuat kedua pasang remaja itu menghirup udara segar.

Namun tidak ada pembicaraan sama sekali, keduanya masih terdiam, dengan pikirannya masing masing.

"El?" Panggil Arsen, mencoba membuka suara terlebih dahulu.

Namun nihil, tak ada jawaban dari El. El hanya menatap arah depan kosong, Air mata yang surut namun lukanya meninggalkan bekas.

"Are you oke?."

El terkekeh, pandangannya masih sama, terlihat kosong. "Gak ada orang yang baik baik aja, setelah penderitaan Ar." Jawab El.

Arsen mengangguk, Ia salah! Kenapa ia bertanya seperti itu. Dasar bodoh!.

"Kenapa harus sekarang?." Ucap El.

"Kenapa kebenaran nya harus terungkap sekarang Ar." Lirihnya namun ia tak mengeluarkan air matanya itu.

"Kenapa harus berturut turut." Lanjut El dengan suara gemetar, ia mencoba menahan Isak kan nya.

"Mungkin ini sudah waktunya El, dan kamu berhak bahagia."

El terkekeh. "Bahagia? Gue gak tau apa itu bahagia yang sesungguhnya."

"Dunia gue sudah hancur Ar, Gue gak tau caranya bahagia itu kayak apa, Gue lupa." El tertawa getir. Ia meratapi dirinya sendiri.

"Kamu harus bisa El, Dan aku percaya sama kamu, kalau kamu bisa melewatinya." Ucap Arsen meyakinkan El.

Arsen menggenggam tangan El lembut, ia memberikan kepercayaan kepada El. Bahwa El bisa melewatinya.

"Gue gak bisa Ar, Rasanya jalan terbaik untuk gue sekarang. adalah, Kematian!"

Arsen membulatkan matanya, Sungguh perkataan El barusan membuat Arsen begitu gelisah.

"Hei? Jangan ngomong kayak gitu." Ucap Arsen dengan memeluk tubuh El.

"Kalau gue mati, semuanya akan baik-baik saja, Semua akan kembali seperti semula, mungkin sebagian orang akan bersedih atas kepergian gue, tapi itu gak akan lama, semuanya akan kembali seperti semula."

"Sutttt... Kematian itu bukan kita yang atur, Melainkan tuhan, Jadi kita gak berhak bicara seperti itu."

"Percaya sama aku, semuanya akan baik baik saja." Ucap Arsen.

Sialan! Sudah susah payah El menahan cairan bening itu, Tapi tanpa sengaja El kembali meneteskan nya.

Tidak sopan memang!.

.......

Typo tandai ✍️
Terimakasih sudah membaca 🤗

SERUPA TAPI TAK SAMA (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang