10. Interogasi Hasta

1.1K 94 6
                                    

_______________

"Loh, Ndan!" Pekikan itu menginterupsi Hasta dan Almira.

Ya, mereka rekan-rekan Hasta saat rapat tadi. Mereka langsung mendekat ke meja yang di duduki Hasta dan Almira. Hasta terlihat biasa saja, sementara Almira yang terlihat sangat canggung.

"Oh, sudah mau balik ke kantor?" Tanya Hasta santai.

"Benar Ndan, udah kenyang semua soalnya." Sahut Briptu Fauzi.

"Yaudah, nanti saya nyusul." Balas Hasta.

"Kiw-kiw!"

Cuitan Briptu Fauzi membuat siapapun tahu jika tadi di dalam ruang privat room, ia sempat mendoakan Hasta untuk segera bertemu jodoh. Eh, saat keluar, tahu-tahu Hasta sedang berduaan dengan cewek. Sudah pasti itu adalah pacar baru Hasta. Nggak mungkin teman atau kenalan, karena tadi Hasta terlihat terburu-buru keluar dari privat room.

"Kalau begitu, izin mendahului, Ndan." Sahut Briptu Surya.

"Siap!" Angguk Hasta.

Teman-teman Hasta akhirnya berlalu. Membuat Almira menghela nafas lega. Tapi ada perasaan kecilnya bertanya-tanya, mengapa Hasta tak memperkenalkannya pada rekan-rekan pria itu? Ataukah Hasta lupa? Atau, ia belum siap memperkenalkan Almira sebagai orang yang dijodohkan oleh orang tuanya?

Setelah mereka semua pergi, hanya Hasta dan Almira yang kini saling diam dengan pikiran mereka masing-masing.

"Saya bayar dulu ke kasir." Ucap Hasta kemudian beranjak.

Almira memandang kepergian Hasta. Ia merasa aneh, dan juga bingung pada dirinya. Sikap acuh Hasta menguatkan keyakinannya jika Hasta belum benar-benar menerimanya.

"Sudah?" Tanya Hasta kemudian.

Almira mengangguk, lalu mengemasi barangnya kemudian beranjak keluar bersama Hasta.

"Kamu bawa motor?" Tanya Hasta melihat Almira menuju motor matic di parkiran.

"Iya Mas." Angguk Almira.

Keduanya sama-sama menaiki motor masing-masing. Setelahnya keluar dari area restoran. Tapi bukannya Hasta langsung ke Kantor Polisi, ia malah mengikuti Almira dari belakang motor gadis itu. Jadi mereka beriringan, Hasta ternyata mengantarkan Almira sampai ke rumah teman gadis itu. Tak perlu sebenarnya Almira mengirim lokasinya, karena ia pun kini tahu.

"Mas kenapa nggak langsung ke Polres?" Tanya Almira setelah turun dari motor dan menghampiri Hasta.

"Nggak papa. Saya langsung ke Polres. Kalau ada apa-apa bisa hubungi saya. Assalamu'alaikum." Pamit Hasta.

"Wa'alaikumsalam." Jawab Almira.

Hasta segera berlalu. Almira kemudian masuk, dan langsung mendapati tatapan menggoda dari sahabatnya, Mega.

"Assalamu'alaikum." Salam Almira.

"Wa'alaikumsalam. Pantesan pergi nggak bilang-bilang, ternyata mau jumpaan sama Mas-Mas Polisi yang di jodohin kemaren itu. Eh, itu kan orangnya Al?" Tanya Mega.

"Iya, itu tadi Mas Hasta." Jawab Almira.

Keduanya masuk ke rumah Mega, lebih tepatnya rumah orang tua Mega.

"Cieee, mana tadi dianterin lagi. Keren banget calonmu, Al." Celetuk Mega.

"Mega, jangan berlebihan. Dia tuh orangnya dingin banget, kayanya juga belum menerima dijodohin sama aku." Sahut Almira.

"Ah, nggak mungkinlah Al. Buktinya sampe di anterin segala. Artinya, dia tuh peduli sama kamu." Bantah Mega.

"Dia cuma ngejalanin perintah Bundanya aja, Mega. Lagian, aku juga nggak berharap lebih sih. Aku juga kemaren maunya pergi kondangan sama kamu. Eh, nggak tau kalau Bundanya Mas Hasta tau aku pergi ke Kota Dingin. Pastilah Bunda nyuruh Mas Hasta buat nyamperin aku." Spekulasi Almira.

PRAHASTA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang