29. Curhat

1.4K 101 19
                                    

______________

Hasta kembali ke Kota Dingin keesokan harinya. Tentunya sudah pamit dengan Almira. Sampai Asrama Polisi, Hasta mendapatkan banyak ucapan selamat dari rekan-rekan seprofesinya. Perasaan senang karena sudah bertunangan membuat Hasta sering terlihat senyum-senyum sendiri sambil memandangi cincin di jarinya.

"Senyum-senyum terus! Efek tunangan nih pasti!" Celetukan itu membuat Hasta tersadar.

Menoleh ke samping, ternyata Ndan Bayu yang kini duduk di sampingnya.

"Selamat atas pertunangan kamu kemarin." Ucap Bayu.

"Siap, makasih, Ndan." Jawab Hasta.

"Dan soal Andini sepupu saya, jangan kamu ambil pikirin ya. Dia emang ambisius orangnya." Ucap Bayu lagi.

"Siap, Ndan. Saya nggak memikirkan hal itu, lagipula hubungan saya dan kekasih saya masih baik-baik saja saat ini." Jawab Hasta.

Berhubung ini dilingkungan kantor Polda, jadi Hasta memanggil Bayu dengan sebutan Komandan. Kalau di luar dan tidak dalam masa dinas seperti ini, sudah pasti ia akan memanggil Bayu dengan sebutan Abang seperti biasanya.

"Saya nggak nyangka, ternyata kekasih mu itu guru di SMA N 1 Kampung Rakyat waktu itu. Itu artinya, saat kita penyuluhan disana kalian sudah bersama?" Tanya Bayu kemudian.

"Oh, yang saat itu. Belum, kami belum bersama. Hubungan kami memang masih baru, tapi saya sudah memantapkan diri ke calon saya ini, Ndan. Apalagi Ayah Bunda sangat mengenal betul calon saya ini dari masih remaja." Jelas Hasta.

"Maksudnya, calon kamu ini pilihan Ayah Bundamu?" Tanya Bayu.

"Pilihan Ayah Bunda, dan juga pilihan saya." Jawab Hasta.

Bayu mengangguk, menepuk pelan pundak Hasta sekali. "Semoga langgeng ya." Ucap Bayu kemudian beranjak dari sana menuju ruangannya.

"Makasih, Ndan." Angguk Hasta.

Mengingat tunangannya, Hasta jadi penasaran, sedang apa ya, Almira saat ini? Sedang mengajar, atau sudah istirahat?

Hasta mengirim pesan di WhatsApp, lalu kemudian beranjak keluar dari kantor Polda, melihat pos yang kini lumayan ramai. Ia membiarkan ponselnya yang belum ada notif apapun yang masuk. Mungkin Almi sedang sibuk mengajar dan belum sempat melihat ponsel. Biarlah, Hasta tak akan mengganggunya.

Hasta berjalan ke pos depan kantor. Melihat beberapa polisi muda yang kini duduk-duduk sambil menikmati angin yang lewat. Hari ini memang cuaca lumayan terik, membuat gerah. Syukur saja di dalam kantor menggunakan AC, jadi tidak ada yang kegerahan saat mengerjakan laporan ataupun tugas pembukuan.

"Ini nih, yang diem-diem aja langsung tunangan!" Celetukan itu menyambut kedatangan Hasta.

"Nggak ada kabar dekat sama siapa, pacaran sama siapa, eh tau-tau malah tunangan kemarin." Goda anggota yang lain.

Hasta yang digoda seperti itu hanya tersenyum malu-malu. Mau menyangkal tak mungkin, karena itu memang benar adanya.

"Haduh, kayanya saya bakalan habis digodain disini ini." Sahut Hasta yang tersenyum geli.

"Ya habisnya, Abang nggak ada bilang apa-apa, tau-tau kemarin tunangan. Siapa yang nggak terkejut coba. Haha!" Sahut Surya.

"Iya sih. Nggak tiba-tiba juga sebenernya. Udah ada wacana dari lama. Dan kebetulan calon saya tuh susah diluluhin. Jadi begitu dia luluh, langsung gas poll deh!" Sahut Hasta terkekeh geli.

"Kaya motor balap aja, bang. Gas poll!" Sahut Fauzi.

"Kalau sudah menemukan yang tepat, bawaannya pengen Gas Poll aja, Zi! Takut ditikung yang lain." Sahut Hasta menimpali candaan mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PRAHASTA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang