Mas Gus||13

236 14 0
                                    

Follow dulu sebelum baca!

🪐Happy reading🪐

Setelah berpamitan kini sepasang suami istri itu sudah meninggalkan pekarangan keluarga Herlanga, jalan raya yang lengang membuat Gibran menancap gas lebih cepat.

Tidak butuh waktu lama kini mobil berwarna hitam memasuki halaman keluarga Mukhtar,tidak bisa dipungkiri bahwa Nayola sedikit takut, takut akan nantinya ia tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai seorang istri dan takut jika mertuanya itu seperti mertua-mertua antagonis di film.

Nayola memperhatikan halaman yang begitu sepi hanya beberapa saja santri-santri yang berlalu lalang dihalaman milik keluarga Gibran. Ini kali kedua ia mendatangi rumah milik kyai Usman, setelah di perhatikan seperti nya ada yang kurang menurut Nayola entah itu apa.

"Kok kayak ada yang kurang yah Gus"ucap Nayola kepada Gibran sembari berjalan beriringan memasuki rumah bernuansa minimalis

"Saya sudah bilang ke Bunda sama Abi, jadi kamu engga usah khawatir"sahut Gibran yang tiba-tiba menghentikan langkah nya dan menatap Nayola

"Maaf Gus" cicit Nayola sembari memainkan jarinya dan menundukkan kepalanya.

Gibran tidak menyahut ia melanjutkan jalan nya menuju pintu utama rumah tersebut, dan hal itu membuat Nayola kesal. Nayola pun melanjutkan jalannya yang tertinggal jauh dari Gibran, hingga langkah nya terhenti di samping pria yang sudah seharian menjadi suaminya itu.

Tanpa tunggu lama lagi Gibran mengetuk pintu utama milik keluarganya disertai salam, tidak berselang lama muncul wanita paruh baya dari bilik pintu itu, wanita yang sangat Gibran rindukan selama ia menginap di kediaman Nayola. Padahal semalaman doang, dasar Gibran!

"Waalaikum salam" sahut wanita paruh baya yang muncul dari bilik pintu berwarna coklat tua.

"Bunda" seru Gibran yang antusias dengan kedatangan sang ibu.

Kemudian keduanya menyalami punggung tangan Fatimah. Hingga tepat pada saat Nayola mengulurkannya, Fatimah langsung menarik tubuh Nayola kedalam pelukannya dan hal itu membuat Nayola kaget sekaligus keheranan.

Nayola tidak memberontak, tidak juga melepaskan pelukan itu, pelukan yang Nayola rasakan sama seperti ia memeluk ibunya, sedangkan Gibran hanya melihat interaksi kedua wanita yang sangat ia cintai itu dengan wajah khasnya. Datar!!

"Selamat datang anak cantik,jangan segan yah sama Bunda kalau butuh apa-apa bilang Bunda aja" seru Fatimah tiba-tiba disela pelukannya.

"I-iya Bu" sahut Nayola yang sedikit agak canggung, terdengar kekahan kecil yang bisa Nayola tebak itu adalah lawan bicaranya.

"Kok masih ibu sih manggil nya?, sekarang itu kamu sudah menjadi anak Bunda juga, jadi kamu harus manggilnya Bunda dong" jawab Fatimah sembari melepaskan pelukannya.

"Hehe iya Bu, eh maksudnya Bunda" Fatimah tidak menyahut ia hanya menampilkan senyum manisnya itu.

"Yasudah ayo masuk"

****

Setelah masuk kedalam, keduanya langsung masuk kedalam kamar Gibran yang terletak di lantai dua, memang tadi mereka datang di rumah sedang tidak ada orang hanya Bunda saja yang di rumah.

Mas GusWhere stories live. Discover now