#2 Rindu Terbayar

15 2 0
                                    

*Selamat membaca.

*

*

Farhan tidak menggubris ucapan Atifa, memilih tetap berdiri. Sifat dinginnya berhasil membuat Atifa semakin kesal, buku yang sedari tadi dia pegang di tangannya Atifa letakkan di sebelahnya. Tidak ada sisa space untuk pria ini duduk, Atifa sengaja melakukannya.

"Apa bapak seorang dosen?" tanya Atifa tiba-tiba.

Setelah memperhatikan pria yang di hadapannya ini, mengingatkan Atifa pada seorang dosen muda di kampusnya. Dari pakaian, serta sifatnya, membuat Atifa berpikir bahwa pria ini adalah dosen muda.

"Dosen?" ulang Farhan.

Atifa mengangguk semangat, karena merasa yakin jika dugaannya itu benar.

"Aku bukan dosen." elak Farhan dingin.

"Terus apa?" tanya Atifa ingin tahu.

"Kenapa kamu tiba-tiba tanya kaya gitu?" Farhan merasa curiga.

"Kamu CEO ya?" tunjuk Atifa.

"Atau Pengusaha muda yang sukses?" cecar Atifa, sembari bangkit dari duduknya.

"Kenapa aku harus jawab pertanyaan kamu," ucap Farhan terdengar angkuh, karena Farhan tidak suka ada orang yang ingin tahu tentangnya.

"Aku bener kan, kamu pasti CEO muda yang sukses?" ucap Atifa semangat.

Sifat Atifa semakin tidak terkendali, hingga Atifa langsung tersadar akan tingkahnya. Sifat semangat itu membuat manik mata mereka bertemu beberapa detik. Astagfirullah, batin Atifa menurunkan matanya.

"Maaf," lirih Atifa.

Farhan biasanya bisa menahan matanya untuk tidak melakukan dosa, tapi saat manik mata mereka bertemu. Seperti ada magnet yang menarik matanya untuk terus memandangi wanita ini, sehingga Farhan tidak bisa jika terus berlama-lama dengan wanita ini.

"Maaf, aku harus pergi." ucap Farhan lalu pergi ke meninggalkan Atifa.

Rasa penasaran Atifa belum terjawab tapi pria itu malah pergi begitu saja, awalnya Atifa mengira pria itu bisa membantunya memecahkan masalah. Tapi ternyata malah menambah beban dipikirannya. Atifa mendudukkan tubuhnya kembali, memikirkan apa yang harus Atifa lakukan.

***

Semua lampu telah padam, itu berarti semua orang sudah tertidur lelap. Langkah kaki kecil Atifa jinjit berjalan masuk, dengan sangat hati-hati. Memasuki rumah yang sudah seperti rumah hantu, suasananya menegangkan dan juga menakutkan. Belom apa-apa, bulu kuduk Atifa sudah berdiri. Sebab, ada seseorang yang amat Atifa takutkan di dalam rumah ini.

Langkah Atifa sangat pelan, berusaha agar tidak mengeluarkan suara. Lampu yang padam, cukup menyulitkan jalan sehingga kehati-hatian Atifa semakin bertambah.

"Baru pulang?"

Suara itu, membuat Atifa mematung seketika. Lampu pun menyala, karena dinyalakan oleh seseorang yang baru saja menyapa Atifa. Oh itu bahkan bukan terdengar kalimat sapa, melainkan pemberitahuan untuk waspada.

"Mah," kata Atifa penuh ketakutan.

"Kenapa baru pulang, emangnya gak puas main seharian," kata mamah kesal.

"Aku bukan main," elak Atifa.

Ya, bagi mamahnya belajar sama dengan bermain. Tidak pernah serius, apalagi ambisius. Begitulah mamah menilai Atifa.

Tafsir CintaWhere stories live. Discover now