#44 Kasih Sayang

7 1 0
                                    

*Tafsir Cinta*

*

*

"Kenapa ngomong kaya gitu, ketika kamu udah ngerebut orang tua aku." kata Farhan, sembari mengetuk kepala Atifa pelan.

Aksi Farhan yang tidak bisa dibilang kasar, malah membuat suasana hati Atifa mulai membaik. Tawa yang sebelumnya Atifa tahan, kini Atifa keluarkan lepas tanpa beban. Farhan pun ikut tertawa, namun dengan porsi tertawa kecil.

"Aku cuma cemburu, emangnya gak boleh?" tanya Atifa merajuk.

"Boleh," kata Farhan.

"Karena kamu juga layak mendapatkan kasih sayang," tambah Farhan tulus.

"Tapi aku harus bekerja keras dulu untuk mendapatkan itu, dan itu sangat berat." keluh Atifa.

Suara Atifa merendah, diikuti katup mata Farhan yang kembali tertutup. Usapan tangan Farhan pun ikut berhenti, diiringi tarikan nafas beratnya. Manik mata Farhan yang sedari tadi  Farhan tujukan kepada Atifa, kini Farhan angkat lalu meluruskan pandangannya ke depan.

"Orang tua mana yang membedakan setiap anaknya. Mereka memberi kasih sayang berbeda bukan berarti gak sayang, tapi karena kebutuhan setiap anak itu berbeda-beda," ucap Farhan.

Ucapan Farhan kembali membuka mata Atifa, "Sesuai kebutuhan, bukannya keadaan?" batin Atifa.

"Di mata orang tua setiap anak itu sama, kita hanyalah anak kecil yang selalu kecil dimatanya." tambah Farhan.

Ucapan Farhan selalu berhasil menggerakkan Atifa, kini buka matanya melainkan kepalanya. Atifa mengangkat kepalanya, lalu Atifa tujukan pandangannya kepada Farhan. Farhan hanya bisa mematung, saat Atifa memberi Farhan tatapan dalam dengan wajah polos yang bersinar. Sungguh! Bahkan berkedip Farhan tidak bisa.

"Lalu gimana aku di mata kamu?" tanya Atifa tiba-tiba.

"Lebih baik kita pindah ke kamar dulu," kata Farhan cepat.

"Setelah itu ngobrol lagi," tambahnya gugup.

"Kamu pasti malu kan," goda Atifa.

Farhan tidak menghiraukan ucapan Atifa memilih bangkit dari duduknya, lalu membantu Atifa yang kelihatannya kesulitan untuk berdiri. Setelah bangkit mereka langsung berjalan menuju kamar, dengan posisi Farhan menjaga Atifa berjalan di belakang. Bermaksud untuk mengiringi Atifa yang nyawanya masih belum terkumpul, akibat ngantuk yang masih melanda dan membuat jalan Atifa tidak seimbang.

Untunglah Farhan siap siaga menjaga Atifa, tangan besarnya stand by untuk menangkap Atifa jika Atifa terjatuh.

"Mau aku gendong?" tawar Farhan.

"Gak usah, ini bukan film India," canda Atifa.

"Kalo gitu jangan sampe jatoh," pesan Farhan.

"Gak akan." kata Atifa yang baru saja hampir saja terjatuh, jika Farhan tidak cepat menahannya.

Ya, berbicara memang tidak semudah untuk melakukannya. Begitulah realita.

****

Sarapan harus segera disiapkan, karena matahari sudah menampakkan cahaya silaunya. Tapi sayangnya sarapan pagi dibuat seadanya, sebab tidak banyak bahan makanan yang tersedia. Mungkin karena tinggal berdua, hingga tidak ada asisten rumah tangga. Rumah besar ini selain tidak ada banyak peralatan, tapi juga kurang perawatan.

Sebagai ibu, hal ini tidak bisa ditorelir. Setelah datang lagi kerumah ini, ibu telah melakukan banyak hal. Mulai dari membeli beberapa bahan makanan, ibu juga telah menyiapkan seseorang untuk membantu menatunya membersihkan rumah. Semua itu dilakukan, demi dua anaknya yang tersayang.

Tafsir CintaWhere stories live. Discover now