26

426 64 38
                                    

"Jujur sama Aku, Mbak dan Mas Dega pacaran, kan?"

Makan malam bersama calon adik ipar dua minggu setelah pemakaman buliknya Pandega, berubah jadi sesi interview bagi Renjana yang menagih utang cerita.

"Kata siapa?" timpal Arane sambil menyuap makanan ke mulut dengan nada santai.

"Ngaku ajalah, Mbak. Aku seneng kok kalo Masku gak jomblo lagi." dengan getol Renjana menelisik hubungan yang besar kemungkinan terjalin antara sang bos dan sang kakak.

"Kami gak pacaran, serius! Tanya aja langsung sama Masmu." tampang Arane tidak main-main saat menyatakan, karena memang mereka tidak dalam tahap itu.

"Kalo Masku bisa diajak ngomong, Aku gak bakal nanyain Kamu, Mbak." Renjana seperti sedang mengadukan kelakuan masnya yang irit informasi.

"Yaudah, jawabannya pasti sama." terang Arane.

"Tapi kalian kelihatan nyembunyiin sesuatu. Mas Dega gak pernah memperlakukan cewek sampai segitunya, kecuali sama si mantan."

"Janda anak dua itu, ya?"

"Hus, janda apanya!"

"Huh?"

Tiba-tiba Arane seperti orang bodoh dibantah oleh sang calon adik ipar [mungkin].

"Si mantan itu masih bersuami, Mbak. Cuma suaminya kerja di pelayaran, jadi jarang pulang." perjelas dan pertegas Renjana bikin Arane melongo.

"Seriusan? Emang gak jadi masalah Masmu sering ketemu si mantan? Aku lihat, anak-anaknya lengket banget sama Masmu." raut Arane masih benderang memancarkan ketidakpercayaan. Kadung ia mengecap Pandega buruk dengan selera wanitanya.

"Soal masalah atau enggak, Aku kurang tau, sih. Tapi soal kedekatan dengan anak-anaknya emang bener."

"Wow, Aku baru tau."

"Mas Dega emang gak pernah ngasih tau, Mbak?"

Dengan cepat Arane menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri.

"Masmu cuma ngakuin itu mantannya dan Aku gak berani tanya jauh. Tau sendiri Masmu gimana, gampang tersinggung." aku Arane.

Jujur, hal yang membuatnya terus berhati-hati meski Pandega membuka diri untuk saling mengenal adalah ketersinggungan. Pandega seperti minyak tumpah yang akan cepat menyaut sekali dipatik korek.

"Itu artinya Masku belum sepenuhnya percaya sama Kamu, Mbak."

Pernyataan Renjana membuat sisi kiri dadanya berdenyut nyeri.

"Oh, ya?"

"Tuh, kan, kalian pasti nyembunyiin sesuatu. Nadamu kedengeran agak kecewa sama ucapanku." Renjana menyadari perasaan sang calon kakak ipar [kalau jadi].

"Kami beneran gak pacaran, Renjana." Arane harus berulang kali memberi penegasan.

"Kalo gak pacaran terus apa? Teman tapi mesra?"

"Temenannya bener, mesranya kurasa enggak."

"Heleh, gak mesra tapi udah jalan berdua dan pelukan pas hari meninggalnya bulikku."

"Heh, Kamu lihat?" kembali Arane dibuat cengo.

"Ibu yang cerita."

Arane beroh panjang dan mendesah lega tidak tahu kenapa.

"Mau pacaran atau temenan, Aku harap Mbak bisa memalingkan Mas Dega dari si mantan. Aku paham betul Mas Dega belum sepenuhnya move on, karena si mantan cinta dan pacar pertamanya. Aku hanya takut Mas Dega kena masalah. Biar bagaimana pun si mantan udah bersuami." saran dan harapan Renjana cukup panjang ia sampaikan.

UNDANGANPHOBIA [TAMAT]Where stories live. Discover now