VI - Dodo & Cup

321 112 21
                                    

Jangan lupa vote, kkay!

Happy Reading

"Wait a minute.."

Gyeoul berhenti bercerita lalu memandang anaknya yang nampak mengerutkan dahi. Sepertinya Taemoon sedang memikirkan sesuatu yang menyangkut di kepalanya. Dia pun menunggu, menanti putra kecilnya bertanya tentang sesuatu.

"Kenapa buna bilang ayah bayi padahal kelakuan spek preman gitu?" Taemoon bertanya sambil membayangkan ayahnya yang manis dan cantik itu menendang Hyungseok di arcade.

Gyeoul tertawa pelan lalu mengusap kepala Taemoon gemas. "Kan buna sudah bilang, ayahmu berandalan, tapi bayi," jelasnya.

"Ya, karena apa, Buna?"

"Dengerin cerita Buna bagian yang ini," ujar Gyeoul seraya melirik Gaeul yang memainkan rambut panjangnya.

Lalu ia bertanya apakah Gaeul tahu bagian kisah apa yang ingin dia ceritakan pada anaknya. Gadis pendek itu mengangguk lantas membalas dengan tepat. Membuat Taemoon kebingungan lantaran menyimak percakapan ibu dan temannya.

"Who is Dodo?" Dia bertanya sambil mengerjapkan kedua matanya.

💥💥💥

Gangbuk, 8 Desember 2021

Suhu di kota Gangbuk semakin meningkat dari hari ke hari. Membuat beberapa orang mulai mempertebal pakaian mereka guna menghangatkan badan.

Tak jauh berbeda dengan Gyeoul yang merapatkan jaket ungunya sembari meminum coklat panas. Dia kembali ke arcade setelah dua hari tidak berkunjung ke sini lantaran misi. Ia harus meluluh lantahkan geng tekotak yang meresahkan masyarakat. Tentu saja dilakukan secara geriliya supaya tak terendus oleh polisi dan musuh.

Dia akui. Ia memang nakal dan ditakuti. Namun kenakalannya dalam konsep yang berbeda.

Angel of Darkness, itu julukan masyarakat yang pernah ditolong olehnya. Gyeoul tak masalah dengan sebutan itu lantaran membantunya dalam menyembunyikan identitas.

"Ku kira kau tak ke sini lagi," celetuk seseorang yang terdengar familiar di telinganya.

Gyeoul menoleh, memandang Taehoon yang berjalan mendekat ke arahnya. Lalu pemuda manis itu duduk di seberangnya, menatapnya dengan pandangan heran.

Padahal harusnya yang memandang begitu adalah Gyeoul bukan Taehoon. Ini malah kebalik seolah-olah dia melakukan hal yang janggal dan asing.

"Kenapa kau melihatku begitu?"

"Kau sudah baikan? Atau lagi patah hati lagi?"

Gyeoul melongos. Dia bertanya malah balik nanya. Apalagi pertanyaannya tentang patah hati, cintanya bersemi saja belum. Dimulai aja baru beberapa hari yang lalu. Mana mungkin patah hati.

Kalau patah hati ya tinggal dilem atau dijahit, nanti pulih sendiri.

"Nggak patah hati dan baik-baik saja. Kenapa kau tanya begitu?" jawabnya diakhiri pertanyaan.

Taehoon mengendikkan bahu. Dia hanya menerka lantaran orang-orang yang biasa nongkrong di arcade pasti sedang mengalami suatu masalah batin atau fisik. Lalu melampiaskan dalam bentuk permainan atau makan di pojok selera.

Namun kayanya Gyeoul bukan bagian dari dua tujuan itu. Dilihat dari segi batin atau fisik, gadis ini kelihatan baik-baik saja seperti ucapannya. Lantas mengapa ia pergi ke arcade seorang diri?

"Kalau kau bertanya alasannya, itu karena kamu!" cetus Gyeoul sembari meneguk coklat panasnya.

Taehoon membisu. Otaknya memproses kalimat yang dilontarkan gadis itu padanya. Kemudian dia teringat dengan perkataan Hyungseok dua hari yang lalu kalau gadis ini menyukai dirinya.

Arcade Boy {Fem!Dom}Where stories live. Discover now