C. Mengakhiri, Dipta

215 55 3
                                    

How's your day?
Jangan lupa vote dan comment ya

How's your day? Jangan lupa vote dan comment ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

000

Jika ada yang bertanya, bagaimana awal mula Damar bisa menulis? Dipta tahu awal mula Damar menulis. Pada awalnya, dia dan Damar sedang membicarakan film fantasi yang mereka gemari. Keduanya sama sama penggemar berat dari film tersebut. Lalu Damar tiba tiba mengatakan jika ia ingin menulis cerita fantasi untuk melampiaskan imajinasinya yang sudah berlebihan.

Dari sana, Damar mulai membuat kerangka dari cerita nya dengan wajah bahagia. Dia membuka tokoh nya sendiri dan juga membuat peran peran yang memang sudah ada lalu diubah sedikit oleh Damar. Lalu sesekali juga Damar menanyakan pendapat Dipta tentang tokoh dan masalah intinya.

Sangat menyenangkan melihat Damar sangat bersemangat seperti itu. Dari yang awal hanya iseng malah Dipta sekarang melihat buku yang ia pegang. Buku yang terdapat nama Damar sebagai penulisnya. Dipta berdecak kagum dengan progres Damar.

Damar itu apa yah, terkadang saat main dengan Dipta. Saking gemarnya, ia bahkan publish sehari sekali sambil bertanya kepada Dipta apakah Damar terlalu sering update? Bagaimana jika ada pembaca yang merasa risih karena Damar terlalu sering update? Ck. Memang dia terlalu memikirkan hal yang tidak seharusnya dipikirkan.

PIntu kamar Dipta terbuka, Dipta bangun dari posisinya yang sedang tiruan dikasur. Dia melihat Damar yang tersenyum kearahnya.

" Ketuk dulu lah, lu pikir ini rumah lu?"sarkas Dipta.

" Sorry lah."

Kepala Dipta menggeleng pelan, dia langsung duduk di lantai agar sama dengan Damar. Dari ekspresi Damar sepertinya Damar sedang ada sesuatu yang mengganjal dihatinya.

" Dip, kemarin gua bikin konten terus ada yang bikin konten yang sama?"

" Hah? Mana?"

Tak butuh satu menit, Damar memperlihatkan videonya ke Dipta. Dipta terdiam, mulutnya terkatup tak tahu harus memberi tanggapan apa. Melihat wajah Damar yang terlihat tidak nyaman membuat Dipta menghela nafas.

" Kebetulan aja kali."

" Oh gitu, tapi ini mirip banget Dipta, beneran beberapa hari gua upload ada video ini—"

" Damar? Lu ragu sama tulisan lu sendiri?"

Pertanyaan yang Dipta malah membuat keheningan diantara mereka berdua. Dipta menatap Damar yang sedang menunduk, entah ekspresi apa yang harus Dipta sebutkan saat melihat wajah Damar. Ekspresi Damar seperti ia marah, kecewa, dan sedih. Mata Dipta melirik novel yang ditulis Damar yang berada dinakas samping ranjangnya. Kemudian Dipta menghela nafas.

" Lu tau enggak? Tulisan lu bagi gua itu udah keren banget Dam. Lu bisa nulis chapter sebanyak itu dari hasil kerja keras lu—"

" Segitu enggak cukup, Dip."

REDUM ⁻[ᵀʳᵉᵃˢᵘʳᵉ]⁻Where stories live. Discover now