D. Benarkah Seorang Pecundang - Damar

212 41 3
                                    

How's your day?
Jangan lupa vote dan comment ya.

000

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

000

Entah sudah seberapa lumpuh hatinya, sudah seberapa tidak peka otaknya sampai sampai emosi harus mengalah dan bersembunyi tanpa boleh keluar sebab ada dua penjaga yang sangat amat kuat yang mengendalikan hampir seluruh pikiran pemiliknya. Hati dan jaringan saraf di kepala seakan akan mengurung emosi dilembah terdalam. Mengurung emosi disebuah menara diantara tebing lava dan dijaga oleh seekor naga.

Seakan akan, menunggu sesuatu mendobrak dan membawa emosi pergi keluar. Emosi selalu bertanya tanya, kenapa ia selalu disembunyikan dan dipendam? Kenapa emosi harus selalu bersembunyi hingga kesakitan sendirian? Padahal yang menjaga juga tidak mau seperti ini, mereka hanya menjaga pemiliknya yang tidak ingin terlihat lemah. Pemilik tubuh yang sangat pandai dalam berbohong. Bahkan, pemiliknya sangat ahli dalam menahan tangisnya daripada menahan rasa lapar dan haus. Mau didepan umum ataupun sendiri, pemiliknya sangat amat handal mengontrol air matanya.

Seperti saat ini, pemiliknya, Damar menatap kosong jalanan. Telinganya sudah dipenuhi oleh caci maki sosok ayah yang sedang menyetir mobil. Mama nya yang menangis sambil menggendong adik perempuannya yang bernama Ayuna. Dan, kakak laki lakinya yang memakai baju lusuh sehabis mendekam di Polsek selama dua hari satu malam, Deni. Benar benar memuakkan, Damar benci.

Deni diam saja sesaat ia dicaci maki. Jika Deni dicaci maki, maka saat itu juga Damar ikut terseret.

" Lu berdua disekolahin malah makin tolol!"

Yah, sebagai anak yang paling sering berada di rumah. Damar sudah terbiasa. Malah ada yang lebih parah misalkan hampir ditampar didepan satu keluarga besar. Inilah keadaan nyatanya, jika Deni berbuat masalah. Damar juga harus merasakan bagaimana harga dirinya diinjak hingga sedemikian rupa. Bahkan jika Deni tidak pulang, Damar juga harus menelan mentah mentah caci maki itu dirumah.

Sangat sesak, mata Damar sedikit lega saat mobil mereka sudah memasuki pekarangan rumah. Satu persatu orang mulai keluar dengan langkah yang berat. Damar masih belum ingin keluar. Ia melihat Ayuna digendong oleh ayahnya dan Mama nya masih menangis memeluk Deni yang selalu membuat masalah. Damar tidak membenci Deni, Damar hanya bingung kenapa anak pertama yang bisa membuat kedua orang tua Damar memberikan berjuta juta untuk keperluannya malah terus berbuat masalah.

Mata Damar menatap keempatnya didepan sana, Deni tentu saja mendapatkan omelan yang pantas karena dia terlibat tawuran. Tapi disana Mama nya pasang badan untuk melindungi Deni sedangkan Ayuna masih dipelukan ayahnya sambil telinganya ditutup oleh tangan ayahnya. Damar menunduk, enak sekali ya, Deni punya Mama yang selalu bahagia anak pertamanya pulang dari rumah setelah belasan kali usaha Damar menyuruh Deni pulang sebelum Ayah menghancurkan rumah, Ayuna punya Ayah yang selalu bertutur kata baik untuk bungsu kesayangannya. Lalu Damar punya siapa?

Sebenarnya, Damar cuma mengkhawatirkan keadaan Ayuna. Dia dan Deni juga dimanjakan waktu kecil, tapi saat besar malah diperlakukan seperti orang asing atau musuh oleh ayah mereka sendiri. Bagaimana jika Ayuna juga mendapatkan perlakuan seperti yang Deni dan Damar alami?

REDUM ⁻[ᵀʳᵉᵃˢᵘʳᵉ]⁻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang