04 : Si Kakak Kelas

23 13 0
                                    

"Mau mustahil pun akan terealisasi jika kuasa sudah bicara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Mau mustahil pun akan terealisasi jika kuasa sudah bicara."

🕯️🕯️🕯️

"Setahuku memang tidak hanya bisa dikenakan di tangan. Mungkin ayah Lingling menempelkan permata merahnya di beberapa barang yang sering ia bawa."

Malam belum terlalu larut kala Amita dan Raka memutuskan untuk menghubungi Dewa. Teman mereka yang belum juga dijemput kantuk, pasrah mengikuti percakapan lewat layar ponsel hologram itu.

Lain dengan Raka, ponsel Amita bukan tipe canggih yang bisa menampakkan keluar wajah orang yang tengah dihubungi. Seingat Amita, Raka memang pernah berkata bahwa ia menabung agar lebih mudah berhubungan dengan sesama pekerja di toko tempat lelaki itu bekerja.

"Kupikir hanya bisa dipakai di tangan. Maksudku, tidakkah kau punya keinginan untuk memamerkannya kalau punya benda seperti itu?" Amita bersuara setelah tahu fakta yang tadi Raka sebutkan perihal gelang.

"Mungkin ayah Lingling bukan tipe yang ingin pamer ketika benda yang ia miliki juga dimiliki banyak orang, tidak sepertimu, Amita."

"Dewa, walau sudah malam aku bisa saja datang ke rumahmu hanya untuk memberi pukulan maut," ancam Amita.

"Dan Raka akan menjadi yang pertama mengehentikan aksi tidak bergunamu itu. Omong-omong, kalian tidur satu kasur? Aku tidak tahu kalau kalian termasuk pasangan yang agresif."

Amita yang mendengar langsung berkata, "Enak saja! Kasur Raka ada di sebelahku."

"Ya ... sama saja, 'kan?"

"Kami belum seperti yang kau kira, Dewa." Raka ikut bersuara.

"Belum ... berarti nanti-"

Selanjutnya hanya diisi dengan Amita yang sibuk memarahi Dewa. Raka menjadi penonton di perdebatan selama kurang lebih sepuluh menit itu.

"Lagipun Raka tidak akan seperti itu!"

"Kau percaya dengannya?"

"Kalau aku tidak percaya, otomatis pisau di dapur sudah tentu ada di bawah bantalku tiap malam!"

Raka yang mendengar hal tersebut diam-diam mengintip ke bawah bantal milik Amita. Tidak menemukan apa pun, Raka langsung menoleh kembali ke wajah hologram Dewa kala mendengar namanya disebut.

"Kau bisa tahu dari mana kalau permata merah itu bisa ditempel di tempat apa pun? Maksudmu itu bisa dipisah dari gelang?"

Raka mengangguk usai mendengar pertanyaan Dewa. "Aku mendengar dari atasanku, sensor yang ada di tiap sudut negeri ini hanya bekerja untuk permata merahnya."

Dewa terlihat mengangguk, belum ada percakapan sampai pemuda di seberang sana itu menunjukkan gelagat hendak menyelesaikan obrolan jarak jauh malam itu.

Dua Kabisat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang