1. EN - AWAL

19 1 0
                                    

"Grevien udah woy, lo udah mabuk, anjir. Ya Tuhan anaknya Bapak Grenaldi gini amat." Xavi membopong Greviendra yang sudah mabuk ke kamar yang sudah dirinya boking.

Kamar hanya untuk sendiri ya bukan untuk melakukan hal-hal yang seperti itu. Tidak mungkin juga Xavi membawa Greviendra ke rumah, pasti nanti dimarahi oleh sang ibunda laki-laki itu.

"Nyusahin lo Gre, udah mabuk, mana mabuk nya nggak bisa mandiri lagi." Xavi masih saja mengerutu, sedangkan laki-laki yang disebelahnya masih asik dengan alkoholnya.

"Yoga weh, lo juga jangan minum banyak-banyak anjing. Gue udah kerepotan sama Greviendra, lo jangan nambahin beban gue, bangsat!" Xavi juga memarahi laki-laki yang masih saja tidak mau berhenti dengan alkoholnya.

Menghela napas, Xavi membawa Greviendra ke kemar dengan bantuan pelayanan bar yang tadi dia mintai bantuan. Kemudian kembali lagi dan membopong Yoga yang sudah tergeletak akibat mabuk dan sudah ada perempuan yang sedang mengoda laki-laki itu.

"Minggir lo, nggak usah sentuh-sentuh temen gue! Najis tahu nggak!" Xavi mendorong sedikit perempuan yang ada di sebelah Yoga.

Sedangkan sang perempuan hanya menatap tajam Xavi. Tidak jadi mendapatkan mangsa. Dalam hati perempuan itu menggerutu, cakep-cakep tapi mulutnya lemes.

"Lo juga nyusahin Ga, nggak jauh berbeda sama Greviendra. Lo berdua kalo mabuk sama menyusahkan!"

"Udah gue bilangin jangan sampai mabuk, malah lo berdua ngabisin sampai 3 botol. Rada goblok tapi temen gue."

Xavi membawa Yoga ke kamar yang sama dengan Greviendra. Sekamar bukan berarti sekasur. Xavi sudah memboking kamar yang VVIP dengan 2 kasur untuk teman-temannya yang sedang dalam pengaruh alkohol ini.

Untuk yang belum kenal dengan mereka, kalian bisa berkenalan. Untuk yang pertama Greviendra Aughos Venhendick, merupakan laki-laki perokok aktif dan jago mabuk. Laki-laki dengan tato ditangannya yang sebagai ciri khas laki-laki itu. Juga merupakan ketua dari perkumpulan anak motor dengan angka 77 yang menjadi ciri khas mereka. Perkumpulan itu bernama perkumpulan 77 black mamba.

Yang kedua Xavien Archana Breeze, yang merupakan sahabat Greviendra sejak mereka masih duduk di bangku putih merah. Merupakan laki-laki dengan mulut lemes yang selalu mengeluarkan cibiran tak mengenakan jika laki-laki itu sudah kesal. Dengan ciri khas menggunakan ikat kepala. Merupakan anggota perkumpulan 77 black mamba, karena laki-laki itu juga yang ikut mendirikan perkumpulan 77 black mamba.

Untuk yang ketiga Yogastian Darren Vreeden, merupakan sahabat Greviendra yang sama dengan Xavi. Mereka bertiga sudah berteman lama. Jadi tidak salah jika mereka sudah mengetahui karakter masing-masing. Yoga merupakan anggota perkumpulan 77 black mamba yang juga ikut menjadi pendiri perkumpulan itu, laki-laki itu juga menjabat sebagai wakil ketua, dengan Xavi yang menjadi perisai, dan juga Greviendra yang menjadi ketua.

Awalnya perkumpulan 77 black mamba hanya diisi dengan 3 anggota saja, yang tak lain adalah Greviendra, Xavi, dan Yoga. Namun, semakin banyak yang mengenal perkumpulan 77 black mamba, mereka jadi tertarik untuk gabung dan berakhir menjadi perkumpulan yang banyak dengan anak laki-laki yang mendominasi. Untuk perempuan, mereka dilarang untuk masuk dalam perkumpulan 77 black mamba, karena perkumpulan itu dikhususkan hanya untuk laki-laki.

Walaupun perempuan tidak diperbolehkan untuk masuk dalam perkumpulan 77 black mamba, namun bukan berarti mereka tidak boleh mengidolakan mereka. Munculnya perkumpulan 77 black mamba, membuat kaum hawa menjadi mengidolakan perkumpulan itu.

Karena bukan hanya ketampanan mereka saja yang mendominasi, tapi tingkat prestasi, solidaritas, dan juga kekayaan mereka yang menjadi sorotan.

Alasan mengapa juga ada angka 77, karena angka 7 adalah dimana mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan atas usaha mereka. Berapapun angkanya, jika sudah ada angka 7 mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Sebut saja angka keberuntungan atas keberhasilan. Dan angka 77 juga terbentuk dari tanggal 7, bulan 7, yang dimana pada saat itu adalah terbentuknya black mamba.

Selesai membawa Yoga ke kamar yang sama dengan Greviendra, Xavi segera membaringkan tubuh berat temannya. Kemudian dirinya duduk di sofa yang tersedia, kemudian menutup matanya dan pergi ke alam bawah sadar.

Pagi harinya mereka terbangun dengan keadaan yang berbeda-beda, dengan Greviendra yang memijat pangkal hidung nya karena pening akibat alkohol, Yoga yang masih tertidur mungkin efek pusing yang sangat, dan Xavi yang tidak terlalu merasakan pusing karena dia tadi malam minum nya tidak terlalu banyak.

Jika dia ikutan teler seperti mereka berdua, apakah yang akan terjadi dengan mereka? Dia tidak bisa membayangkan jika nanti akan terjadi sesuatu. Dia lebih memilih meminum sedikit dan membantu teman-temannya yang sudah teler, dibandingkan ikut teler namun bangun-bangun dengan keadaan yang berbeda.

Jika dia juga ikutan mabuk, siapa yang akan mengurusi teman-temannya? Dia juga tidak membayangkan jika nanti ada yang mengurusi teman-temannya selain dirinya ketika teman-temannya itu sedang dalam keadaan mabuk. Karena dia juga tahu, orang yang mabuk itu dalam keadaan yang tidak sadar, dia takut jika nanti yang mengurusi mereka melakukan hal yang bisa merugikan teman-temannya.

Waspada memang harus menjadi hal yang penting dalam keadaan dan dimanapun.

Xavi memesan makanan, dia tahu bahwa teman-temannya juga butuh asupan. Lagi pula dia juga lapar. Dia juga menyuruh temannya untuk bersih-bersih dulu, karena sehabis ini mereka juga harus pulang.

Untung hari ini hari Minggu, jadi mereka bisa bebas dari jeratan sekolah dan tidak di marahi orang tua mereka karena tidak pulang selama semalam.

Senakal-nakalnya mereka, mereka juga masih ingat pulang, walaupun kepepet tidak pulang adalah ketika mereka mabuk seperti sekarang ini.

Sebenernya Xavi bisa sama membawa mereka pulang, namun dia juga tidak mau mengambil resiko jika nanti mereka dimarahi oleh orang tua mereka, dan mendapatkan hukuman dengan cara uang saku mereka di potong.

Lagi pula dia juga tidak mau membawa orang mabuk, mending menginap di sini selama sehari daripada harus pulang dan menggendong orang yang sedang mabuk. Apalagi yang di gendong adalah temannya, yang mempunyai porsi tubuh yang tidak bisa dikatakan kecil.

Walaupun dia juga mempunyai badan besar, tapi dia juga tidak sanggup untuk membopong badan besar temannya. Berat.

Push up mengangkat badan sendiri saja masih ngos-ngosan, jangankan untuk membopong temannya yang tubuhnya jauh lebih dari pada dirinya.

"Udah gue pesankan makanan, lo berdua mandi dulu gue mau ngambil pesanannya." sang teman hanya bergumam, tak mau melihat wajah mereka yang seperti baju yang tidak di setrika, Xavi segera turun ke bawah untuk mengambil pesanannya, sekalian untuk membeli kopi.

***

Jangan lupa follow instagram aku (@vnabr1997) untuk info update seputar cerita-cerita ku.

GREVIENDRAWhere stories live. Discover now