Chapter 15

446 36 5
                                    

Lanjutan

Beberapa mobil Jeep berdatangan menuju Desa Konohagakure. Cuaca yang terlihat sangat gelap alias mendung, membuat suasana desa tersebut terlihat sedikit mencekam. Apalagi dengan sisa-sisa darah yang berceceran di tanah akibat peperangan hebat antara warga desa Konoha dengan raja Vampire, Ashura dan Indra. Bahkan asap-asap sisa pembakaran mayat Vampire itu masih mengepul dengan adanya bara api yang masih menyala.

Pria dewasa dengan rambut perak dan wajah bermasker berdiri di antara kerumunan orang yang berada di lapangan saksi bisu peperangan. Tatapannya menggambarkan kepiluan yang sangat teramat dalam. Dia adalah Kakashi Hatake, pembimbing KKN kelompok 7 yang di tempatkan di desa terpencil yang ada di kota Tokyo, yaitu Desa Konohagakure.

Di sisi kanan Kakashi berdirilah pria dengan mata kucing, dia adalah Kiba dan di sisi kiri Kakashi ada Shino. Kedua mahasiswa itu menatap sedih ke arah dua sahabat sekelompoknya yang tidak dapat mereka duga bahwa sahabatnya tak lagi memiliki detak jantung dan suhu badan yang normal. Kiba sendiri menangis sesenggukan saat melihat gadis dengan merah muda berdiri di antara vampire-vampire yang dulu pernah ia lihat.

"Hiks hiks hiks.. Sakura-chan hiks hiks" tangis pilu Kiba saat ia melihat sahabat pinknya sudah berbeda dengan dirinya.

"Aku akan selalu merindukanmu" lanjutnya dengan mengusap air matanya.

Sakura yang melihat sahabatnya itu hanya menatap sedih ke arah mereka. Sebab, selamanya ia akan berpisah dan tak akan bertemu lagi dengan sahabat-sahabatnya di universitas.

"Aku juga akan merindukanmu Kiba-kun" balas Sakura memaksakan untuk tersenyum.

Kakashi menatap Sai dan Sakura dengan kondisi yang sangat sulit di percaya. Parahnya lagi, Sai sama sekali tidak bisa mengingat suatu kejadian atas dirinya selama ia masih memiliki detak jantung. Hal itu membuat gadis pirang mirip berbie merasa sangat sakit hati dan begitu perih, takdir hidup bersama kekasih yang ia cintai akan kandas dengan cara yang begitu menyedihkan.

"Hiks hiks hiks Sai-kun" tangis Ino memeluk tubuh Hinata, tak kuasa untuk menatap sejenak ke arah Sai yang masih berdiri tepat di sebelah sakura.

Kakashi melangkah mendekati Yamato yang tak jauh dengan dirinya.
"Tuan Yamato, sungguh aku tidak sangat bingung harus mengatakan apa pada mereka nanti. Aku merasa sangat geram kepadamu. Kau tak pernah mengatakan sebelumnya kepadaku"

"Maafkan aku tuan Kakashi. Ini karena keegoisanku. Sengaja tak memberitau kepada anda soal aturan ini dan keadaan di desa ini. Sungguh maafkan aku" Yamato menundukkan kepalanya tanda ia merasa begitu sangat bersalah.

"Nahh Tuan Yamato-sama. Kau tak pernah mengatakan kepada kami. Lihat.. sahabat kami sekarang lihat kondisinya. Hiks hiks hiks. Kami kehilangan mereka selamanya" marah Kiba di tengah tangisnya. Shino mengusap pundak Kiba yang bergetar.

Terlihat pria dengan rambut kuning jabrik memijit pangkal hidungnya tanda ia merasa bosan dengan suasana saat ini.
'kenapa dramanya tak kunjung habis-dattebayo' batin Naruto mengerucutkan bibirnya. Matanya memicing ke arah Kakashi, Kiba dan Shino.

"Sekali lagi, aku sangat-sangat minta maaf kepada kalian semua" Yamato bersujud di hadapan Kakashi dan mahasiswa kelompok 7 yang tersisa.

Kakashi merendahkan tubuhnya menatap ke arah Yamato yang masih bersujud. Ia menghela nafasnya pelan.

"Jangan merendahkan dirimu di hadapan wargamu Tuan"

Yamato menegakkan tubuhnya. Tatapannya menatap bingung ke arah Kakashi.

Pria dengan rambut raven melangkah mendekati gadis dengan Surai merah muda tengah duduk di gubuk tempat dia dan sahabatnya bersinggah.

"Sakura"

A RuleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang