1 • Ketemuan

5.1K 197 6
                                    

Wonwoo menatap rumah yang tak cukup besar berdiri di hadapannya, ia lalu menoleh ke arah mobil di mana kedua orang tuanya sedang menurunkan barang-barang mereka. "Kita tinggal di sini ma?" tanyanya pada sang ibu.

Wanita itu mengangguk kecil untuk menanggapi. "Kamu suka kan sama rumahnya?" tanyanya sembari mendekat, menarik satu koper milik sang putra semata wayang.

Pemuda berumur empat belas tahun itu hanya mengangguk untuk menanggapi ibunya. Keluarganya pindah karena ayahnya dipindah tugaskan ke wilayah di mana mereka berada sekarang, Wonwoo bahkan harus pindah sekolah untuk satu setengah tahun ke depan.

Kedua matanya yang mirip rubah menatap sebuah rumah yang sedikit banyak persis dengan rumah barunya, ia menatap seorang pemuda yang berdiri di sebuah balkon kamar, kamar pemuda itu. Wonwoo lalu berjalan masuk mengikuti ibunya dan ayahnya.

Ia melihat sekeliling, lalu berjalan ke salah satu pintu yang di tunjuk ibunya, yang dikatakan sebagai kamar yang mulai sekarang akan ia gunakan. Pintu terbuka, Wonwoo masuk membawa kopernya dan langsung bergegas menuju tempat tidur besar di kamar tersebut.

Ia menghempaskan tubuhnya sendiri di ranjang tersebut, menatap langit-langit kamarnya dengan senyuman tipis di wajah manisnya. Jujur saja, kasurnya lebih empuk dibanding dengan kasur di rumah lamanya.

"Suka sama kamarnya Arka?" suara berat dari sang kepala keluarga menginterupsi Wonwoo, membuat putranya itu bangkit duduk lalu menanggapinya dengan mengangguk. "Besok kamu mulai sekolah di SMP baru ya.. besok papa anterin." ucapnya sembari mendudukkan diri di sisi ranjang tersebut.

Anak laki-lakinya mengangguk lagi, ia menatap sang ayah dengan lekat. "Emang nggak papa ya pa? Pindah pas udah kelas dua.. habis itu, dipertengahan semester lagi." tanya Wonwoo dengan polosnya.

"Nggak papa sayang.. yang penting kamu tetep bisa ikut ujian akhir semester nanti, kalo semisal kamu nggak ikut pindah ke sini, papa nggak tega ninggalin kamu di Bandung cuma sama kakek nenek." jawab sang ayah.

Wonwoo tersenyum tipis dan mengangguk paham. "Papa anterin Arka sampe Arka hafal sama jalannya ya?" pintanya dengan memohon, menatap sang ayah dengan tatapan memelas yang menggemaskan.

"Tentu Arka.. sampe kamu lulus.. papa anterin." pria paruh baya itu tersenyum, mengusak rambut anaknya dan membuatnya berantakan. "Ya udah, sekarang kamu istirahat, papa mau berbenah sama mama." ucapnya lalu bangkit berdiri.

Wonwoo hanya mengangguk untuk menanggapi ayahnya, ia menatap ayahnya pergi dari kamar barunya dan ia kembali membaringkan tubuhnya di tepat tidur tersebut.

Ia kemudian meraih ponselnya, mencari nomor kekasihnya dan menelepon. Menunggu selama beberapa saat hingga panggilan tersebut di terima. "Aku udah sampe Jakarta." ucap Wonwoo memberitahu.

"Kamu di jalan nggak papa kan? Selamat sampe sana?" suara lirih dari gadis di seberang sana membuat senyuman Wonwoo merekah.

"Iya, baik-baik aja kok. Sekarang kamu lagi ngapain?" tanya Wonwoo, melanjutkan perbincangannya dengan sang kekasih.

Di sisi lain, Mingyu berlari menuruni tangga. "Ma!" serunya dan membuat sang ibu yang sedang fokus pada ponselnya terperanjat kaget.

Ia menoleh, menatap anaknya yang berlari ke arahnya. "Kenapa sih Al? ngagetin mama aja." ucapnya dengan kesal sembari menatap putranya yang terkekeh dan menampilkan wajah tak bersalahnya itu.

"Itu ma.. rumah seberang udah diisi sama keluarga baru.." ucap Mingyu memberi informasi sembari menunjuk keluar rumah melalui pintu utama.

Ibunya mengangguk. "Iya, pak RT udah bilang kemarin sama mama." balasnya lalu kembali menatap layar ponselnya.

Kama KarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang