8. Hal Tak Terduga

27 7 26
                                    

Sudah berganti bulan Gala tidak pernah menghubungiku lagi. Setiap dia posting tulisan di blog aku juga tidak pernah berkomentar. Akhir-akhir ini dia hanya posting tentang resensi dan puisi. Namun, postinganku yang juga tentang puisi tidak pernah dikomentari olehnya lagi. Apakah dia masih membacanya? Seperti apa katanya kalau dia pasti membaca tulisan-tulisanku. Aku baru sadar kalau aku dan dia tiba-tiba berjarak setelah bertemu beberapa minggu lalu. Aku jadi mengingat janjinya untuk membuat pembiasaan bertemu setiap bulan. Apakah itu akan benar terjadi mengingat dalam keseharian saja kita jarang komunikasi. Buku miliknya juga masih di tanganku. Aku baru saja menyelesaikannya, itu mengapa aku jadi mengingatnya.

Gala juga jarang sekali posting story di WA. Sekalinya posting, itu tidak penting dan tidak bisa dikomentari. Dia juga tidak mengomentari story-ku. Kita seperti hidup sendiri-sendiri. Namun, bukankah kenyataannya memang demikian, aku dan Gala tidak ada hubungan lebih kecuali hanya sekadar saudara jauh. Kenapa aku jadi merasa kehilangan. Apa yang kurindukan? Tidak melihatnya menyinggungku lagi sedikit membuat merasa ada yang kurang. Apa aku mengharapkannya? Sementara Reo Ananta sekarang masuk dalam hidupku. Kita juga belum ada komunikasi lagi. Hanya saja Reo selalu melihat story Wa-ku. Aku menduga bahwa mungkin Reo Ananta hanya ingin tahu tentang hidupku. Tidak lebih dari itu.

Aku memainkan ponselku, berharap menemukan story Gala dan benar saja, Gala memposting sebuah quotes dalam buku yang aku kenal. Itu kan novelku! Kutipannya adalah bahagia itu sederhana. Dapat pesan masuk dari orang yang kita sayang saja, sudahlah cukup membuat gelitik di dalam dada. Nah, ini bisa dikomentari. Aku mengetik sesuatu.

Ineskara

Ah, aku mengenalinya.

Gamakata

Wkwk. Relate.

Aku belum mengganti nama kontaknya. Membaca komentarnya, aku merasa bahwa Gala punya cewek idamannya sendiri. Kenapa rasanya seperti cemburu ya? Huh!

Ineskara

Novelku emang bagus!

Gamakata

Kapan?

Ineskara

Hah? Apanya?

Gamakata

Udah ganti bulan. Pembiasaan ketemu. Udah selesai baca novelku?

Ternyata dia mengingatnya. Berarti dia tidak asal-asalan membuat pembiasaan itu. Dia sungguh-sungguh, tapi mengapa harus denganku?

Ineskara

Udah. Bagus banget, aku suka. Aku sih ikut kamu luangnya kapan. Tapi kalau sekarang aku nggak bisa. Ada latihan musikalisasi puisi. Mau lomba.

Gamakata

Besok kuhubungi lagi ya.

Belum aku balas, tiba-tiba Idam duduk menghempaskan diri di sampingku sambil meletakkan tasnya di depannya. Aku sedang di basecamp JAB sendirian menunggu anak-anak musikalisasi puisi untuk latihan lomba. Kami sudah janjian di grup WA kemarin malam. Sekarang aku sedang berdua saja dengan Idam.

"Siapa Gamakata? Pacar?" tanya Idam tanpa menatapku yang tentu tidak ada yang mendengar.

"Bukan. Nggak sopan baca-baca!" kataku.

"Nggak sengaja kebaca. Layar ponselmu terlalu terang."

Mendengar itu, aku langsung mengatur layar ponselku menjadi redup. Idam tertawa, aku bingung.

Instrumen Derap Kaki Kuda ✔ [NEW]Where stories live. Discover now