26. Menyiapkan Perpisahan

23 8 8
                                    

Assalamualaikum w.w.

Untuk Saudara Terbaikku, Gala Gustama

Alhamdulillah... selamat ulang tahun yang ke-23 ya Gal! Segala doa baik kuucapkan dalam hati. Kesuksesan dan keberhasilan bisa dicapai atas doa orang lain, doamu, rida orang tua, dan usahamu. Bebanmu semakin bertambah, tanggung jawabmu semakin besar, banyak hal harus dilakukan. Semoga kamu selalu diberi kekuatan, kesehatan, dan kemampuan dalam menyelesaikan apapun yang menghadapimu.

Sebagian orang menganggap bahwa perayaan ulang tahun itu tidak penting. Aku tidak tahu kamu bagaimana, tapi menurutku memang tidak penting wkwkwk. Semoga kamu dapat segera menyelesaikan studi S1-mu menjadi Gala Gustama, S.Psi. Agar kamu terlepas sudah satu beban untuk melanjutkan rencana berikutnya.

Aku memberimu kado bukan karena sogokan dari perasaanku yang masih belum hilang. Bercanda kalau secepat itu hilangnya. Nampaknya ini akan menjadi kado pertama dan terakhirku berbentuk barang untukmu. Buku puisi waktu itu bukan kado, tapi kebanyakan stock di aku, dan aku tahu kamu suka puisi, jadi aku cuma ngasih-ngasih saja biar bermanfaat untuk orang lain. Kado Ini murni hanya karena aku ingin memberi, ingin kamu membaca buku ini.

Ini bukan kelanjutan suratku yang pertama, tapi aku hanya ingin kamu tahu suatu hal. Sebelumnya maaf, menghapus perasaan itu tidak mudah. Tapi aku sedang berusaha untuk tidak memaksakan diri pada keadaan. Aku yakin perasaan ini akan hilang dengan sendirinya, namun tentu aku butuh waktu. Semoga perasaan yang aku punya untukmu sekarang bukanlah beban untukmu karena kita saudara. Kita bisa menjalani persaudaraan ini dengan sebiasa mungkin seperti saat aku belum menyatakan perasaan apa-apa. Aku menyadari bahwa secara tersirat kamu seperti tidak ingin menyakiti perasaanku karena kamu tidak merasakan hal yang sama. Terima kasih Gal. Aku sudah baik-baik saja. Terima kasih sudah menjadi orang baik dalam hidupku.

Aku pernah bertanya padamu, apakah kamu benar-benar tidak pernah memiliki perasaan untukku dahulu? Aku sudah tahu kamu tidak akan mengubah apapun atas jawabanmu. Saat itu aku hanya penasaran, barangkali kamu pernah merasa ragu atas keputusanmu sendiri. Mencintaimu hanya menjadi langkahku untuk belajar lebih banyak perihal perasaan. Kamu tak lain hanyalah sepotong teka-teki yang tidak bisa kupecahkan.

Dari beberapa teman laki-lakiku aku belajar untuk bagaimana memahami isi pikiran laki-laki. Ketika ada seorang lelaki mencintaiku, maka ia akan mempertahankan, akan mengejar, bukan melepaskan. Aku tahu kamu tidak ingin aku menunggu sesuatu yang tidak pasti. Bukan masalah menunggu ketidakpastiannya, tapi waktu yang tepatnya pasanganku datang pun aku tidak tahu kapan. Poinnya adalah "mencari yang tulus" menerima kondisiku itu tidak mudah. Apalagi aku memiliki keadaan khusus yang belum tentu semua orang bisa terima. Ya, kamu tahu lah itu apa.

Kamu selalu bilang agar aku duluan menikah saja. Ya, aku memahami itu. Aku pernah mendengar dari seorang psikolog bahwa aspek psikologis dan fisiologis perempuan idealnya menikah pada usia 21-25 tahun, sementara laki-laki pada usia 25-30 tahun. Doakan saja aku dapat lelaki yang baik dalam segi akhlak serta agama, bisa membimbingku menuju ketaqwaan serta rida Allah, dan bisa memahami kondisi psikologisku. Amin. Sebenarnya yang aku butuhkan utama hanya itu. Tidak berkelit-kelit yang penting mau menerima kondisiku lillahi ta'ala.

Sekarang, perkara siapa duluan yang menikah terserah deh. Andaikan kamu dulu atau aku dulu yang penting undangannya deh. Satu pesanku saja buatmu Gal yang mungkin bisa jadi pedomanmu dalam memilih pasangan, tapi kalau enggak ya nggak apa-apa sih. Jadi gini: "Pertama, carilah pasangan yang baik agama dan akhlaknya itu pasti. Kedua, yang ketika kamu bersamanya, kamu juga merasa tenang, aman, dan bisa menjadi tempat berdiskusi dan bercerita dengan baik. Ketiga, carilah perempuan tulus dalam menerima kondisi yang paling kamu rahasiakan. Perempuan itu ibaratnya pakaian buat laki-laki, menghangatkan saat musim hujan, meneduhkan saat kemarau."

Dulu aku berpikir bahwa mungkin setelah kenal kamu di blogger, kita akan kembali menjadi orang asing yang saat diberi kesempatan bertemu hanya akan saling diam dan memandang dari jarak jauh. Seperti saat SD di rumah nenekku. Jujur, aku merasa dekat denganmu, aku merasa kita bersahabat meskipun tidak pernah satu sekolah di sekolah formal dan sering jarak jauh. Itu kendalanya. Tapi kalau kamu merasa biasa saja denganku ya tidak masalah. Itu persepsi masing-masing diri. Jujur, aku juga nggak nyesel kenal kamu walaupun aku sudah tahu perasaan kita berbeda. Semoga kita selalu dapat menjaga silaturahmi dan bersaudara baik sampai kita punya keluarga masing-masing ya! :)

Dah, aku mau bilang itu saja. Semoga kamu bahagia selalu, dilimpahkan rezekinya, dilancarkan urusannya, dan mendapatkan pasangan sesuai yang diharapkan. Amin. Kebahagiaanmu, kebahagiaanku juga Gal. Sekali lagi, selamat bertambah dewasa saudaraku yang baik. Semoga bukan hanya dewasa di umur, tapi juga dalam pikiran dan perbuatan. Amin.

Wassalamualaikum w.w.

Salam persaudaraan,

Ineskara

Aku memasukkan suratnya di amplop putih, kemudian menjadikan satu buku Egosentris. Aku membungkus kedua barang itu dengan kertas kado. Semoga Gala masih mau bertemu denganku sekali lagi. Aku berharap. Aku baru ingat kalau ayah meminta foto pernikahan kakak Gala. Aku menghubungi kakak Gala lewat pesan di Instagram. Tentu saja aku tidak punya kontaknya, tapi aku punya media sosialnya.

Ineskara

Mas, aku minta foto pernikahanmu waktu itu ya. Ayahku pingin lihat.

Zidan

Ohya bentar. Wait.

Aku menunggu Zidan, kakak Gala untuk mengirim foto. Mas Zidan mengirimi beberapa foto sampai aku tak sengaja melihat foto Gala dengan seorang perempuan di kursi pelaminan. Aku menandai foto itu untuk kutanyakan pada Mas Zidan.

Ineskara

Loh, Mas. Ini foto Gala sama siapa?

Zidan

Eh sorry, kepencet. Iya, itu pacarnya Gala. Baru jadian Januari ini sih.

Ineskara

Temen kuliah?

Zidan

Iya, temen kuliah. Jatuh cinta hadir karena terbiasa membersamai. Haha.

Ineskara

Ohh... ya udah Mas, makasih ya mas fotonya.

Zidan

Sama-sama.

Pacar? Kok bisa? Benar kata Bunda. Aku patah hati mendengar kabar tentang kekasih Gala. Ini benar-benar sinyal bahwa aku harus berhenti berharap. Dulu kita adalah dua orang paling bahagia yang bisa bahas apa saja berjam-jam. Dulu kita adalah dua orang paling bahagia bahas puisi, buku, film sampai masing-masing dari kita harus udah baca dan lihat.

Aku membuka whats app dan membuat story tulisan. Isinya adalah sepotong lirik lagu dan pesan dariku, "Aku titipkan dia. Lanjutkan perjuanganku untuknya. Bahagiakan dia, kau sayangi dia, seperti ku menyayanginya. Kan kuterima dengan lapang dada, aku bukan jodohnya. Ini adalah lirik terpasrah atas semua takdir ini. Sebagian kisah hanya untuk pembelajaran, bukan berakhir bersama-sama. Terima kasih sudah menjadi bagian dari cerita dalam kisah hidupku. Kamu pernah berharga untukku."

Baru beberapa detik kukirim, lagi-lagi viewer pertamaku adalah Reo. Apa dia masih penasaran denganku? Atau hanya iseng saja? Aku menekan tombol telepon dengan nama kontak Gamakata. Ponselku berdengung dalam beberapa detik sampai akhirnya Gala mengangkat teleponku.

"Assalamualaikum," salamku.

"Walaikumsalam. Ya Nes, ada apa?"

"Tanggal 5 habis asar bisa ketemu nggak? Di tempat biasa"

"Bisa bisa. Habis aku ngurus kartu SIM ya."

"Oke. Makasih, wassalamualaikum."

"Walaikumsalam."

Rasanya lega. Beberapa langkah lagi aku harus melepasnya. Gala belum tahu sama sekali kalau aku tahu dia sudah punya pacar. Besok saat bertemu aku akan singgung. Biar semuanya jelas. Aku membekap wajahku dengan bantal, lalu berteriak sekencang mungkin.

Instrumen Derap Kaki Kuda ✔ [NEW]Where stories live. Discover now