O7# Teman kecil?

412 57 55
                                    

Hari ini hari Jumat, artinya sudah 4 hari semenjak masalah Ni-ki dibully oleh Zeyu dan antek-anteknya. Sekarang saatnya siswa-siswi untuk pulang ke rumah masing-masing, tentu Junghwan kembali mengantarkan Ni-ki pulang. Katanya, candu nganterin Ni-ki terus-terusan.

Tetapi bukannya mengantarkan Ni-ki pulang, Junghwan justru mengajaknya keliling dan membeli es Doger di alun-alun kota.

Mau marah, tapi nanti gak dibeliin es Doger, batin Ni-ki.

"Lo kenapa sih ngajak gue kesini? Bukannya ke rumah malah jajan es Doger," omel Ni-ki sembari menyedot minuman itu.

Junghwan terkekeh, "Tapi lo habis tuh, 2 mangkok lagi," katanya.

"Serah gue lah! Namanya juga haus," lagi-lagi Junghwan tertawa mendengar hal itu. Dasar puma gengsian, "Apa lo ketawa-ketawa? Ada yang lucu hah!"

"Iya, lo lucu kalo lagi ngomel."

Plak

"Gombal terus," ujar Ni-ki setelah memukul lengan Junghwan yang berbalut hoodie hitam.

"Tapi lo salting," goda Junghwan masih dengan tawanya.

"Diem lo sapi!"

"Kok gitu sih bayi pumaa," bukannya berhenti, Junghwan semakin menjadi-jadi menggoda Ni-ki.

"Gue pantau ya lo!" ancam Ni-ki dan lanjut meminum es Doger itu.

"Junghwan?" atensi keduanya kemudian mengarah pada seorang pemuda di belakang mereka, "Lo Junghwan kan? Seo Junghwan anaknya om Johnny sama tante Ten?"

"Loh? Lo ... Lo Doyoung? What? Kok lo di sini? Liburan? Atau gimana nih?" tanya Junghwan kaget.

"Haha, enggak. Gue udah pulang kesini. Jadi udah gak tinggal di China lagi, bosen di sana. Lagian papa mama kakak di sini, ngapain gue di sana sendirian," jelas si Doyoung-Doyoung itu.

"Ohh,"

"Ini siapa? Temen lo?" tanya Doyoung seraya menunjuk Ni-ki yang diam sambil meminum es Doger dengan santainya.

"I-iya sihh,"

"Ohh, oke. Ngomong-ngomong gue minta nomor lo dongg. Nomor gue ganti, hehe."

"Ealah, Doy. Pantes gue chat telepon gak pernah dibales. Yeuuu, dasar lo," kata Junghwan. Setelahnya ia memberikan nomor ponselnya pada Doyoung dan lanjut mengobrol.

Ni-ki yang merasa terabaikan seperti itu mencebik kesal lantaran bosan.

"Jadi lo netap di sini?" tanya Junghwan.

Doyoung mengangguk singkat, "Iya,"

"Terus? Sekolah lo di mana?"

"Belum tau. Papa belum ngasih tau sekolahnya."

"Ohh,"

Setelahnya mereka diam, entah mau berbicara apa.

"Oke deh, gue pamit pulang ya. Udah sore gini, lo juga jangan lupa balik. Ntar lo di cariin, mae," kata Doyoung seraya bangkit dari duduknya, "Kalo gitu gue pergi ya, dah."

Selepas kepergian Doyoung, Junghwan berbalik menatap Ni-ki yang sedang bermain ponsel dengan wajah datar.

"Ki? Pulang yuk," ajak Junghwan.

"Sono pulang sendiri," ketus Ni-ki.

"Loh? Lo kenapa? Gamau pulang? Mau jalan-jalan lagi ya?"

"Gak! Udah deh sana, pulang sendiri. Gue mau naik bis aja!" jawabnya seraya bangkit dari duduknya.

Junghwan dengan cepat mencekal lengan Ni-ki, "Lo mau kemana?"

"Ya pulang lah anjir!"

"Duduk dulu," ujar Junghwan menyuruhnya duduk. Dengan menurut akhirnya Ni-ki duduk di kursi lagi, "Lo kenapa dah? Tiba-tiba kok marah?"

Ucapan Junghwan membuat Ni-ki yang memasang wajah kesal menjadi wajah yang kebingungan.

Lah iya njir, ya kali gue cemburu. Batinnya.

"Gak. Udah lupain aja yang tadi," ujar Ni-ki, "By the way, tadi siapa?" lanjutnya sekadar basa-basi.

"Tadi Doyoung, teman kecil gue. Dia pulang ke sini setelah di China."

"Oh,"

"Lo mau pulang kapan?" tanya Junghwan.

"Terserah. Gue ngikut lo."

"Oke. Nanti kita ke toko Krunkkrung ya," balas Junghwan yang kini sudah memakai tasnya.

"Lah? Ngapa anjir?" bingung si Ni-ki. Pasalnya di toko itu banyak sekali barang-barang perempuan, entah itu boneka, pernak-pernik, bunga, apapun itu.

"Udahh, ngikut aja kalii," Junghwan pun kemudian membayar 3 es Doger itu dan menggandeng lengan Ni-ki untuk dibawa ke motor.

Tak butuh waktu lama akhirnya kendaraan itu melaju menuju toko yang dimaksud Junghwan.

Hanya membutuhkan waktu 10 menit saja untuk sampai di toko itu. Ni-ki kemudian turun dari motor diikuti dengan Junghwan.

"Lo tunggu di sini dulu," tutur Junghwan sebelum ia berlari kecil masuk ke dalam.

Ni-ki yang diberi perintah seperti itu iya-iya saja, toh dia juga malas.

"Anjim. Jangan sampe dah gue cemburu sama tuh sapi. Ya kali gue cemburu gara-gara tuh si duyung-duyung, gatau lah siapa namanya," dumelnya saat mengingat dimana dia kesal karena Junghwan yang sibuk mengobrol dengan Doyoung.

Sudah 5 menit Ni-ki menunggu di sini, tetapi Junghwan juga tidak keluar. Kaki Ni-ki pegel padahal:(

"Junghwan mana sih!?" kesalnya sambil menendang kerikil di dekatnya.

"Gue di sini," celetuk seseorang tiba-tiba di belakang.

Ni-ki menoleh dan mendapati Junghwan yang sedang berdiri di belakangnya dengan tangan menenteng kotak.

"Udah kan? Yok pulang, pegel," Ni-ki merotasikan bola matanya. Sesaat kemudian Junghwan naik ke atas motor, Ni-ki pun begitu.

"Mau gue bawain gak tuh kotak?" tanya Ni-ki sedikit ketus.

"Nih," balas Junghwan seraya memberikan kotak tersebut.

Dengan sigap Ni-ki membawa kotak itu dan menumpunya di paha kiri nya.

Detik-detik menuju menit, akhirnya mereka pun sampai di depan rumah Ni-ki. Ni-ki kemudian turun dari motor dan menatap malas Junghwan.

"Nih, berat banget. Lo kasih batu ya?" tuding Ni-ki asal.

"Ya enggak lah, ya kali gue kasih batu. Nanti gak special dunggg," ujar Junghwan seraya mengambil alih itu kotak.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Ni-ki berbalik. Namun sebelum itu, Junghwan segera menahan lengan Ni-ki.

"Bentar," kata Junghwan.

"Ck. Apa lagi sihh?" kesal Ni-ki.

"Buat lo, khusus buat lo. Isinya emang berat, soalnya banyak barang special. Udah gitu doang, gue balik yaa!" setelah itu Junghwan pergi membawa motornya.

Ni-ki melongo di tempat. Apa-apaan? Junghwan memberi kotak itu lalu berlalu begitu saja?

"Gak jelas," cibir Ni-ki sebelum masuk ke dalam rumah sembari mengintip isi kotak itu.

"Bundaaa! Riki, pulang!" teriaknya ketika sudah menutup pintu.

Tanpa basa-basi lagi ia masuk ke dalam kamarnya. Dengan semangat ia membuka kotak itu. Betapa terkejutnya dia saat melihat banyak boneka puma dan sapi, ada juga beberapa bunga yang dibungkus menggunakan plastik, gantungan kunci, dan ... Eh tunggu. Gelang?

Perlahan tangannya mengambil gelang dengan gantungan huruf 'RJ'. Senyum pun terukir di bibir Ni-ki.

Bisa romantis juga dia.

-To be continued.

• ---------- •

:)

Sorry for typo guys 🦋.

• ----------

Mine - HwanKi [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang