21. penghianatan

17.9K 766 7
                                    

Jangan pencet tanda bintang + comment ya!
Happy reading!
.
.
.
.

Agatha terbangun dari tidurnya karena mendengar suara derap langkah kaki dari luar tenda. Sepertinya sudah banyak siswa yang terbangun. Kini jam baru menunjukkan pukul lima pagi ketika Agatha melihat jam di ponselnya. Agatha mendapati Mala yang sudah tidak berada di tenda. Agatha terheran, tidak biasanya Mala meninggalkannya begitu saja.

Agatha memutuskan untuk langsung pergi ke penginapan dan bersiap-siap. Saat di perjalanan, Agatha melihat Mala yang sudah rapi berjalan keluar penginapan bersama dengan Vani. Anehnya, Agatha melihat Mala yang hanya melirik sekilas ke arahnya dan Mala terlihat seperti cuek-cuek saja. Agatha tak menghiraukan hal tersebut, Agatha berfikir mungkin saja mood Mala sedang buruk.

Sesampainya Agatha di penginapan, Agatha langsung memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap. Setelah itu, Agatha langsung kembali ke camp.

Acara selanjutnya yang sudah terjadwal yaitu acara bakti sosial untuk membersihkan area camping mereka. Seluruh siswa ditugaskan untuk memungut semua sampah plastik yang ada di sekitaran area camping.

Agatha melihat-lihat sekeliling untuk mencari keberadaan Mala. Namun dirinya sama sekali tak menemukan keberadaan sahabatnya itu. Dengan terpaksa Agatha mulai memunguti sampah plastik sendirian.

Tiba-tiba Bian datang menghampiri Agatha karena merasa kasihan melihat kekasihnya memungut sampah sendirinya.

"Mala mana?" Tanya Bian.

Agatha menggeleng. "Ga tau," jawabnya.

"Sini biar gue bawain karungnya." Tawar Bian.

"Ga usah, sana bantuin Vino aja. Liat tuh, Vino kesusahan bawa dua karung penuh sampah." Tolak Agatha.

"Ga mau, mending gue bantuin pacar gue di sini."

"Heh Bian! Ini kamu ngapain di camp perempuan?" Tanya pak Bobby yang kini datang menghampiri Bian dan Agatha.

Bian menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan memikirkan alasan yang sebagus mungkin. "Tadi saya liat Agatha kesusahan pak, jadi karna kasihan saya kesini bantuin dia."

"Kesusahan gimana? Karungnya aja belum ada sampahnya sama sekali. Kamu ini ada-ada aja!"

"Kan niat saya baik mau nolongin."

"Sana mending kamu bantuin Vino. Liat tuh, dia kesusahan gitu."

"WOY BIAN! CEPETAN BANTUIN GUE! MALAH KABUR LO." Teriak Vino dari camp laki-laki.

"Nah kan? Sana bantuin!" Titah pak Bobby.

"Iya Pak, iya." Ucap Bian lalu ia langsung berlari menghampiri Vino.

"Sana Agatha, kamu pungut juga sampah-sampahnya."

"Iya, Pak." Ucap Agatha lalu langsung pergi mencari sampah untuk dipunguti.

"Anak mudah zaman sekarang ada-ada saja modusnya." Ucap pak Bobby sembari menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

°°°°

Agatha terlihat sedikit kesusahan membawa karung yang sudah berisi lumayan banyak sampah. Melihat itu, Dion langsung menghampiri Agatha dan berniat untuk membantunya. Bian yang melihat hal tersebut dibuat kesal. Bian memungut sampah dengan perasaan kesalnya.

"Woy Bian! Lo gimana sih? Harusnya lo mungut sampah yang di bawah terus masukin ke karung! Bukan yang di dalam karung lo keluarin lagi ke bawah! Gimana sih?" Kesal Vino.

"Eh? Gue ga sadar."

"Ya gimana mau sadar? Mata lo terus aja ngeliatin si Agatha."

"Ya, sorry."

"Nih lo pungut, gue mau bantuin Mala." Ucap Vino lalu pergi begitu saja meninggalkan Bian.

Vino berlari menghampiri Mala yang tengah mengobrol dengan Agatha dan Dion terlihat sudah pergi karena dipanggil oleh guru.

"Mau gue bantuin ga, La?" Tawar Vino.

"Ck! Lo selalu aja sibuk sama urusan orang lain! Nih, kalo lo mau bantuin, sekalian aja bawain sampah kita." Ucap Mala sembari memberikan karung sampah miliknya dan milik Agatha kepada Vino. Setelah itu Mala langsung mengajak Agatha pergi begitu saja meninggalkan Vino yang nampak kebingungan dengan sikap Mala yang tak seperti biasanya.

"La, mood lo lagi ga bagus ya akhir-akhir ini?" Tanya Agatha penasaran.

"Ga kok."

"Kalo ada masalah cerita aja, gue dengan senang hati bakal dengerin kok." Tawar Agatha.

'Masalahnya ya elo!' Batin Mala.

"Gue ga ada masalah kok, Tha." Jawab Mala bohong.

"Eum, kita mau kemana? Kok rasanya daerah ini udah makin jauh dari camp?" Tanya Agatha khawatir.

"Eh, engga kok! Gue mau minta tolong ke elo buat cariin hp gue yang jatuh di sekitaran sana." Ucap Mala sembari menunjuk ke arah hutan.

Mereka berdua mulai memasuki kawasan hutan yang lumayan lebat. Agatha merasa sedikit khawatir namun Mala terus membujuk Agatha agar mau tetap membantunya.
.
.
.
Flashback....

Vani menghampiri Mala yang baru keluar dari tendanya. Vani berniat mengajak Mala untuk pergi ke penginapan bersama. Mala menyetujui ajakan Vani lalu merekapun langsung pergi ke penginapan bersama.

"Lo masih marah ya sama Agatha?" Tanya Vani penasaran.

"Gimana ya, ga seharusnya juga gue marah ke dia kan? Itu hak dia buat suka sama siapa aja. Gue sebagai sahabatnya seharusnya mendukung dia." Jawab Mala.

"Yaampun, La! Ngapain lo kasihan sama cewek yang udah nikung lo? Dia nikung sahabat sendiri cuma buat cowok. Dia udah egois! Dia ngerebut cowok yang udah jelas-jelas dia tau kalo elo suka cowok itu. Lo masih kasihan sama dia?"

"Tap--"

"Cewek kaya dia ga pantes dikasihanin! Kita harusnya kasih dia pelajaran biar dia kapok. Lo jangan ngelunak dong sama dia." Sela Vani.

"Kasih pelajaran gimana?"

"Kaya yang kemarin gue bilang, ga mungkin kan lo sampe lupa?"

Mala hanya menjawabnya dengan anggukan kepala. Sesampainya mereka di penginapan, mereka langsung memasuki kamar masing-masing untuk mandi dan bersiap-siap.

Flashback off...
.
.
.
Agatha masih melihat lihat sekeliling untuk membantu Mala mencari ponselnya.

Mala mulai menghampiri Agatha. "Tha, gue ke camp bentar buat nyari bantuan lagi, ya? Lo tunggu dulu di sini." Ucap Mala.

"Tapi gue ga berani."

"Ga ada apa-apa kok! Lagian daerahnya masih deket sama camp. Lo jalan lurus aja juga udah nyampe camp. Gue ga lama kok." Bujuk Mala.

Agatha pun mengangguk setuju lalu Mala dengan cepat berlari meninggalkan Agatha. Agatha kemudian mencari lagi ponsel Mala di semak-semak.

Agatha yang tengah fokus mencari mendengar suara derap langkah kaki. Hal tersebut membuat Agatha merasa lega karena ia pikir derap langkah kaki tersebut milik Mala.

Namun Agatha salah, ketika Agatha berbalik badan menghadap ke arah derap langkah kaki tersebut, tiba-tiba seorang laki-laki membekap mulut Agatha menggunakan sapu tangan. Agatha mulai merasakan pusing di kepalanya karena sepertinya sapu tangan tersebut berisi obat bius.

Pandangan Agatha memudar dan naasnya kini Agatha telah pingsan di tangan lelaki tersebut.

Tbc....

Inget tombol bintangnya di klik. (☞^o^) ☞

ABIAN  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang