Pacar?

2.8K 315 13
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



05

"Ini senin! Lo kalo pakai seragam yang bener." Neo menarik dasi yang Zidan kenakan. Merapihkan kerah baju dan dasinya.

Zidan memperhatikan ekspresi Neo yang memanjakan matanya. Kedua tangannya terulur ke arah pinggang ramping Neo, menariknya agar tubuh keduanya semakin menempel. Zidan menunduk, dia mencium bibir Neo sekilas.

Neo memutar bola matanya, dia mendorong tubuh Zidan menjauh. "Cepetan berangkat. Nanti telat."

"Santai aja sih."

"Berangkat sekarang Zidan!"

Zidan mengambil tas dan kunci motornya. Sebelum pintu ia buka, Zidan memakai sepatunya lebih dulu. Neo juga melakukan hal yang sama.

"Nanti gak usah bolos." peringat Neo setelah dia mengunci pintu rumah.

Zidan abai, dia tidak bisa untuk tidak membolos. Padahal sudah kelas dua belas, Tapi kebiasaan buruknya sejak kelas sepuluh tidak bisa ia hilangkan.

"Denger gak?"

"Iya denger." Zidan mendengus. Melirik Neo yang naik ke atas motornya dan duduk di belakangnya dengan nyaman.

"Jangan bolos."

"Nggak janji." balasnya lalu melajukan motornya cepat. Kening Neo bahkan sampai menabrak helm yang Zidan kenakan.

"Sialan!" Neo memukul helm Zidan untuk melampiaskan rasa kesal.

Zidan terkekeh, dia dengan mudah menyalip kendaraan lain.

"Masih pagi, gak usah ngebut!"

"Biar cepet sampai!"

Neo memejamkan matanya. Sejak tadi jantungnya sudah siap-siap mau meloncat keluar karena Zidan mengendarai motornya tidak kira-kira.

Dan kurang dari sepuluh menit, motor Zidan berhenti di parkiran sekolah. Neo langsung turun, menggeplak punggung Zidan lalu berjalan meninggalkannya. Tidak peduli dia tidak mengucapkan terima kasih pada Zidan.

"Neo, tungguin gue!"

Neo abai. Walaupun ini bukan pertama kalinya dia berangkat bersama Zidan, tapi tetap saja banyak murid yang ingin tau. Apalagi sejak insiden statusnya Zidan yang langsung buat banyak orang berpikir macam-macam.

Zidan berlari menyusulnya, merangkul kedua pundak Neo. "Kantin dulu."

"Nggak mau." tolak Neo, "Gue mual."

"Eh?" Zidan menatap Neo yang berjalan menuju lantai dua. Meninggalkan Zidan yang berdiri di tempat. Berkacak pinggang mirip emak-emak yang mau mengomeli anaknya, "Dia mual ke kantin? Masa sih? Perasaan baunya biasa aja deh."

"Hoi!" Sakha merangkulnya, "Tumben lo berangkat pertama."

Zidan meliriknya, "Kakak lo 'kan udah nikah nih. Waktu awal kehamilan gimana?"

AFTER ✔Where stories live. Discover now