Cerita Tentang Neo

2.9K 314 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



07

"Anak lo... ugh!" Neo kembali menunduk di wastafel. Memuntahkan isi perutnya. Bukan, hanya cairan kental putih.

Zidan mengusap punggung Neo dengan lembut. Cowok itu tidak tega, tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Jadilah Zidan hanya mengusap punggungnya dan membantunya agar tetap berdiri.

"Masih jam setengah empat. Tidur lagi aja sebentar," Zidan memeluk pinggang Neo. Membiarkan yang lebih muda meletakkan wajahnya di ceruk lehernya. "Gue buatin teh anget mau?"

Neo hanya bergumam, dia malah naik ke gendongan Zidan membuat Zidan mau tidak mau menahan bobot tubuhnya dengan kedua tangannya. Zidan melangkah keluar kamar mandi, mencoba membaringkan tubuh Neo ke atas tempat tidur.

Namun, Neo tidak mau melepaskannya. Dia tetap memeluk Zidan erat membuat Zidan harus berakhir berbaring juga. Setengah menindih tubuh Neo.

"Gue buatin teh dulu."

"Nanti aja." balas Neo pelan.

Hembusan napas hangat Neo membuat Zidan meremang. Cowok itu menyentuh kepala belakang Neo, mengusapnya lembut.

"Ya udah, gue peluk tapi jangan gini. Yang bener."

Neo hanya melepaskan kedua kakinya dari pinggang Zidan. Membiarkan Zidan yang membenarkan posisi mereka agar lebih nyaman saat berbaring.

"Jangan nyusahin Mama kamu, baby Sesa."

"Gue cowok!"

"Oh!" Zidan terkekeh, "Jangan nyusahin Papi kamu, baby. Kasian tuh lemes banget. Tapi kalau buat Papi kamu gak mau lepas dari Papa, sering susahin aja gak papa."

"Brengsek!"

"Sst! Jangan ngomong kasar. Ada anak kecil." Zidan mengusap perut Neo dengan lembut, mencoba menenangkannya.

Neo menjauhkan wajahnya, memandang Zidan sinis. "Lo emang ngeselin. Gimana bisa lo mau jadi orang tua?"

"Karena gue mampu."

"Ch!"

Zidan terkekeh. Dia menarik tengkuk Neo lalu mencium bibirnya. Melumat bibirnya lembut, sesekali menjilat bibirnya lembut. Sebelum menelusupkan lidahnya diantara kedua bibir tipis Neo.

Neo menelusupkan jari-jarinya di rambut hitam Zidan. Pinggangnya ditarik Zidan agar semakin mendekat.

Suara decakan antar bibir terdengar diseluruh penjuru kamar. Posisi keduanya yang awalnya menyamping pun, berubah jadi Zidan yang menindihnya. Memperdalam ciuman keduanya yang semakin menuntut.

Entah milik siapa, dagu Neo mulai basah karena saliva. Lenguhan-lenguhan pelan terdengar dari Neo. Apalagi saat Zidan juga mengusap perutnya lembut.

"Zidan." Neo memanggil. Kepalanya mendongak saat Zidan menciumi lehernya. Memberikan kecupan-kecupan basah yang menggelitik. "Gak usah tinggalin tanda."

AFTER ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang