Suasana dalam kamar itu baru tenang setelah waktu menunjukkan pukul 04.00 pagi.
Gong Jun terlelap dengan Zhehan dalam pelukannya di balik selimut yang menutupi tubuh telanjang keduanya.
Zhehan memperhatikan wajah Gong Jun yang tampak lelah namun juga terlihat semakin tampan. Titik air mata tampak bergulir dari sudut mata Gong Jun.
"Hei ... apa yang kau takutkan. Aku akan selalu ada di sisimu," bisik Zhehan dan mengusap air mata Gong Jun itu dengan ujung jarinya.
"Kau harus bertanggung jawab, Ge," ujar Gong Jun sambil menutup matanya dengan lengan kanannya.
"Aiiih lucunya dirimu, kau yang merenggut keperjakaan boking, kau juha yang menampar bokongku, tapi kini aku juga yang harus bertanggung jawab atas semua ini,"
"Tidak mau tau! Pokoknya kau yang harus bertanggung jawab terhadap diriku. Kau tidak boleh lari meninggalkan diriku, apalagi menyerahkan cintamu pada orang lain, semua hanya untukku, milikku," jawab Gong Jun yang kini duduk di sebelah Zhehan dan menangis.
Entah harus tertawa atau menangis bersama melihat Gong Jun seperti ini. Membuat Zhehan hanya bisa menarik bahu besar juga berotot milik Gong Jun ke dalam dadanya yang bidang itu. Dan mengelus lembut kepalanya bagaikan seorang ibu yang sedang menenangkan anaknya yang tantrum.
"Sssssh sudah, jangan menangis lagi Jun. Aku sudah menyerahkan tubuh juga cintanya padamu juga telah berjanji padamu untuk selalu ada di sisimu di segala situasi. Janji Zhang Zhehan adalah janji seorang patriot dimana hanya kematian yang bisa membuatnya ingkar janji," jawab Zhehan.
Gong Jun seolah masih belum puas dengan jawaban Zhehan.
"Baiklah aku berikan cincin pasangan ini sebagai tanda aku melamarmu, bila masih tidak yakin lagi akan aku nyatanya kepada seluruh dunia bahwa kini Zhang Zhehan adalah milik Gong Jun dan Gong Jun hanyalah untuk Zhang Zhehan seorang," ujar Zhehan sambil menyematkan cincin hexagonal yang selama ini Zhehan simpan dan akan diberikan pada pasangannya itu.
Memperoleh cincin itu tangis Gong Jun kembali pecah.
"Ya, ampun! Kalau kau mau berhenti menangis maka aku akan menciummu," sentak Zhehan dengan kesal.
Ajaib, tangisan Gong Jun langsung berhenti. Maka Zhehan segera melumat bibir Gong Jun dengan gemas.
Karena hari telah mulai terang dan perut keduanya mulai terasa lapar sekarang. Mereka pun minta pelayanan makan di antar ke dalam kamar.
"Kau tidak pergi olah raga pagi ini?" tanya Gong Jun pada Zhehan.
"Huh! Siapa yang telah membuat bokongku terasa mau patah sekarang," keluh Zhehan.
"Untung Jingyu merekomendasikan pelumas juga obat2an yang ampuh," ujar Zhehan.
"Heh? Kau bertanya soal beginian dengan dia? Jadi selama ini kalian bertemu di mana? Jadi berita mengenai kalian di hotel itu benar ya, jangan-jangan kalian aaaah ... aaah ampun, sakit!" teriak Gong Jun karena ujung dadanya di pelintir oleh Zhehan.
"Kau pikir darimana aku memperoleh barang-barang itu, Yuyu? Tau apa dia. Lagi pula barang itu khan hanya di jual dalam komunitas terbatas juga harganya tidak murah,"
"Juga aku membelinya dengan uangku," ujar Zhehan yang salah paham mengira Gong Jun sedang membicarakan masalah uang lagi.
"Aku tidak mempermasalahkan masalah uang. Mulai hari ini urusan seperti ini kau harus membicarakan terlebih dahulu,"
"Kenapa aku harus menurutmu," jawab Zhehan mulai keras kepala karena merasa di salahkan.
"Karena aku adalah suamimu. Titik!" jawab Gong Jun tegas.
Dengan wajah cemberut Zhehan hanya dapat diam dan mulai merajuk.
"Sayangku, aku tidak sedang memarahimu, aku hanya ingin kau juga melibatkanku. Aku tidak mau di pandang sebagai seorang suami parasit dan egois," terang Gong Jun.
Walau jawaban Gong Jun itu masuk akal. Tetapi Zhehan masih kesal karena tadi Gong Jun membentaknya.
"Orang bilang aku yang suka membullymu padahal kaulah yang sering membullyku," keluh Zhehan.
"Aduuuh ... Maafkan aku. Mungkin karena aku terlalu takut kehilanganmu jadi tanpa sadar aku menjadi over protective padamu," jawab Gong Jun sambil menarik tubuh Zhehan ke atas pangkuannya.
"Terima kasih kau telah hadir dalam hidupku, juga terima kasih karena kau telah begitu sabar meyakinkan diriku. Dengan bersamamu aku menyadari bahwa kebahagiaan diri sendiri itu tidak di ukur dari materi," bisik Gong Jun.
Zhehan tak bisa lagi marah pada 'bayi' besarnya ini. Dia hanya bisa menerima cinta Gong Jun tanpa syarat dengan segala keluguan dan kepintarannya di luar yang bisa orang biasa lakukan.
"Han ... Kapan kau akan kita akan mempertemukan kedua keluarga kita?" tanya Gong Jun akhirnya.
Walau Zhang Zhehan telah begitu lama memimpikan hal ini, tak urung pertanyaan Gong Jun itu membuat dirinya tersentak.
"Apakah kau serius dan yakin?" tanya Zhehan.
"Sangat yakin. Cepat atau lambat namun lebih baik dari pada terlambat, kita tetap akan bersama," jawab Gong Jun.
"Akan aku pikirkan dulu," jawab Zhehan.
Merasa tidak tenang dengan jawaban Zhehan. Gong Jun mendesaknya lagi.
"Apa lagi yang membuatmu ragu. Apakah aku masih kurang layak bagimu?" desak Gong Jun.
"Pokoknya tunggu saja titik!" jawab Zhehan tak kalah keras.
Jadilah Gong Jun terus merasa gelisah menunggu jawaban Zhehan ini.
Ternyata kegelisahan Gong Jun selama ini membuat dia menyadari bagaimana perasaan Zhehan yang juga mungkin segelisah dirinya dahulu ketika menantikan pengakuan dari Gong Jun.
Ketika pada akhirnya Zhehan malam tadi secara langsung di hadapan 40 ribu orang penonton konser bisa jadi di hadapan jutaan pasang mata penonton yang menyaksikan secara online. Gong Jun tidak dapat lagi menyembunyikan rasa kagumnya pada Zhang Zhehan ini. Gong Jun hanya tahu bahwa dia tidak salah memilih jodohnya, tidak menyesali bahwa orang yang dia cintai adalah Zhang Zhehan, karenanya dia tidak perduli akan penilaian orang lain terhadapnya. Asalkan Zhang Zhehan hanya mencintai dirinya itu sudah cukup.
Keluarga kedua belah pihakpun merasa bersyukur kedua anak mereka telah menemukan belahan cinta mereka dengan cara mereka sendiri.
Keluarga Gong Jun dan Zhehan bahkan sangat menyayangi keduanya yag semakin hari semakin mirip satu sama lain. Terlebih Nenek Gong sangat menyayangi Zhehan sekarang. Membuat Gong Jun merasa dikhianati oleh neneknya sendiri.
YOU ARE READING
Don't Cry Jun
FanfictionKata-katamu itu kehormatanmu. Setiap kata janji harus kau tepati, Tindakanmu adalah harga dirimu, Tanggung jawab adalah nadimu, Yang salah tidak mungkin benar, Yang benar mudah disalahkan. Sebentar lagi tahun akan berganti. Tanpa terasa min sud...