Bab 14

49 4 0
                                    

Hingga hampir 30 menit kemudian tidak ada lagi suara Gong Jun memanggilnya.

Zhehan mula cemas. Apakah Gong Jun benar-benar pergi?

Bagaimana kalau dia benar-benar pergi, apakah sikapnya begitu keterlaluan? bagaimana bila mereka berdua benar-benar putus. Bagaimana bila Gong Jun ternyata benar bersama dengan orang itu. Selain itu perutnya terasa lapar.

Biarlah, aku makan dulu nanti baru pikirkan lagi masalah dengan Junjun, batin Zhehan sambil keluar dengan langkah gontai.

"Bi .. Ini makanan untukku? ," teriak Zhehan pada bibi Liu asisten rumah tangganya. Sambil mencomot makanan yang tersaji di meja makan.

"Tentu saja, semua ini khusus lao gong masak untuk istri tampannya," terdengar suara Gong Jun yang tiba-tiba telah duduk di sisinya.

Melihat Gong Jun ternyata masih di rumah membuat Zhehan ingin berlari masuk ke dalam kamar lagi. Namun langkahnya kalah cepat dengan lengan kuat Gong Jun yang terlebih dahulu melingkar di pinggangnya. Kemudian menarik ke dalam pelukannya.

Gong Jun lalu duduk di kursi makan. Dengan posisi Zhehan di atas pangkuannya.

Zhehan tidak mencoba untuk memberontak lagi. Dengan patuh di duduk tenang di atas pangkuan Gong Jun. Walau dia masih menolak untuk bicara.

"Makan dulu, tidak baik bila marah dalam keadaan perut kosong," bisik Gong Jun.

"Ayo ... jadilah isteri yang baik. Buka mulutmu," ujar Gong Jun sambil menyuapkan sesendok demi sesendok nasi masuk ke dalam mulut Zhehan dan lauk yang diinginkan oleh Zhehan.

Setelah menghabiskan dua mangkuk nasi, Zhehan mengatakan bila dia telah kenyang.

"Oke ... bagaimana kita berjalan-jalan sebentar keluar, oh iya ini untukmu," ujar Gong Jun sambil memberikan buket bunga pertama.

"Jangan marah lagi sayang, senyummu adalah sumber kekuatanku,"

Tulisan yang ada pada bunga tersebut.

"Ist, membosankan," ujar Zhehan sambil tersenyum membaca isi pada kartu ucapan itu.

"Tapi benar sayang, bagaimana aku bisa menjalani sisa hidupku bila tak lagi melihat senyummu," jawab Gong Jun sambil mengamit jemari Zhehan.

Dengan bergandengan tangan mereka melangkah ke luar pintu. Di sana telah ada buket bunga lagi.

"Ini untukmu juga sayang," ujar Gong Jun menyerahkan buket bunga kedua pada Zhehan.

"Aku menyesal telah membuatmu meneteskan air mata karena aku kurang bisa memahamimu sehingga membuatmu sedih. Yang tidak bisa kusesali adalah aku mencintaimu dan memilikimu sebagai belahan jiwaku"

Membaca tulisan ini tak urung membuat Zhehan menyesal telah bertindak tidak masuk akal tadi.

"Kau sungguh bermulut manis," ujar Zhehan sambil mencubit lengan kekar Gong Jun.

Rencana mereka keluar gagal. Hujan turun tiba-tiba dengan deras. Jadi mereka memutuskan kembali masuk ke dalam rumah.

"Aaah ... Selamat ... Anda telah terperangkap dari jaring-jaring cintaku," lanjut Gong Jun lalu mengecup kening Zhehan.

"Ya, aku telah terperangkap jeratanmu sejak awal. Hingga aku lupa cara mengeja kata cinta. Karena semua kata itu ada dalam wajahmu," balas Zhehan tak kalah gombalnya.

"Hoeeeek," terdengar suara Xiao Yu di ruang tamu.

"Ini koper ngak jadi di lempar bos!" goda Xiao Yu pada Zhehan sambil menenteng koper kosong itu.

Ya, awalnya Zhehan ingin mengepak barang-barang pribadi Gong Jun, tapi setelah dipikir ulang taku Gong Jun benar-benar pergi, lalu dia akan menjadi janda. Tidak ada yang memasakannya lagi, memanjak juga berarti dia harus tidur sendiri lagi. Zhehan pun membatalkan niatnya itu.

Jadi dia hanya menaruh kopernya saja di luar.

"Ngapain juga ni jomblo buluk masih di sini. Apa perlu aku hubungi Lanlan untuk menemanimu?" bentak Zhehan sambil menendang  bokong Xiao Yu.

"Bos Jun, ku beritahu ya. Gadis bernama Lanlan itu jatuh cinta padaku karena mengira yang mengirim surat cinta itu adalah aku. Padahal yang sebenarnya dia itu yang nulis,"

"Jadi sebenarnya yang dicintai Lanlan adalah dia nih, Bos," ujar Xiao Yu sambil menunjuk ke arah Zhehan.

Gong Jun menggunakan kesempatan ini untuk membuat Zhehan mau memaafkannya.

"Ooh ... jadi cinta pertama yang di maksud itu adalah Lanlan ini? Ehm ... Kau ada nomor kontaknya Ge? Aku ingin melihat gadis beruntung mana yang telah menodai mata isteriku pertama kalinya," ujar Gong Jun dengan wajah serius.

"Kau lagi, Yuyu aja di percaya. Sudah lah aku keringatan mau mandi. Kalian ngobrolah sana soal Lanlan," ujar Zhehan sambil melangkah menuju kamar.

"Hah, mandi? Bentar baby aku bantu menggosok punggungmu," ujar Gong Jun mengekor di belakang Zhehan.

Dalam bak mandi sambil menggosok punggung Zhehan barulah Gong Jun bertanya mengapa Zhehan sampai begitu marah bahkan mengucapkan kata2 larangan bahkan hendak mengusir Gong Jun.

"Kau pikirkan saja sendiri apa yang telah kau perbuat tadi siang," jawab Zhehan ketus.

"Apakah karena aku terlambat menjemputmu?" tanya Gong Jun.

"Ada sedikit masalah tadi di sana. Jadi selesai di luar jadwal," terang Gong Jun.

"Tentu saja karena kau sedang menikmati ngobrol dengan mantanmu itu. Apakah harus sampai berpelukan segala? Apakah tidak cukup dengan memelukku? Apakah aku masih belum memuaskanmu hingga kau perlu orang lain untuk memuaskanmu!" cerocos Zhehan.

"Mantan yang mana? Yu Zhong? Mana ada aku memeluknya, dia yang ingin memelukku, tapi aku menolaknya dia hanya memegang lenganku," jawab Gong Jun dengan mata berkejapnya.

"Lagipula untuk apa membutuhkan orang lain bila diriku telah memilikimu," jawab Gong Jun sungguh-sungguh.

Mendengar penjelasan Gong Jun itu tak urung membuat diri Zhehan tersenyum lebar karena senang.

"Memangnya dirimu mendapat kabar burung itu dari mana?" tanya Gong Jun penasaran.

"Kabar dari burungmu!  Aku melihatnya sendiri tadi,"
"Awalnya aku ingin memberikan kejutan dengan menjemputmu, tapi justru aku yang benar-benar terkejut," jawab Zhehan.

"Hah! Serius? Mengapa kau tak menghampiriku malah sibuk marah seperti tadi," protes Gong Jun.

"Untuk apa? Untuk melihatmu dan dia pergi bersama-sama mengenang masa-masa intim kalian?" tuduh Zhehan tanpa alasan.

"Mana ada intim-intiman. Aku sendiri bila mengingat saat itu ingin rasanya lenyap dari muka bumi ini!" ujar Gong Jun kembali merasa kesal. Jemarinya mengepal karena menjadi teringat saat dia menjadi bahan olok-olok orang yang tidak suka pada dirinya.

Zhehan seolah tersadar bahwa Gong Jun memang pernah bercerita bahwa dia memiliki pengalaman buruk saat itu. Zhehanpun menjadi tidak enak hati dan mencoba mengalihkan perhatian Gong Jun dari ingatan itu.

"Sudah ah, berendamnya, airnya mulai dingin," ujar Zhehan beranjak bangkit berdiri dan sengaja berbalik badan hingga juniornya menampar wajah Gong Jun.

Benar saja dalam sekejap suasana hati Gong Jun berubah dengan menahan langkah Zhehan yang ingin keluar dari bak mandi, dan memusatkan perhatiannya pada benda keras yang tadi berayun menampar wajahnya.

Don't Cry JunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang