chapter 6

8.4K 695 2
                                    

Tiga hari sudah berlalu luka yang di dapati Jessy sudah sedikit membaik dan kini Jessy juga sudah kembali ke sekolah. Untuk sementara waktu vani dan Jessy tinggal di ruko milik abah.

Jessy mengendarai motor nya dengan kecepatan tinggi sementara vani berdoa saja agar dirinya sampai di sekolah dengan selamat.

Vani tidak menyadari kalau mereka sudah sampai di sekolah karena ia fokus berdoa dan memejamkan matanya.

"Lo mau sampai kapan di sini ?"tanya Jessy sambil menaikkan alis nya.

"Rese lo kalau tadi gue langsung mati gimana ? Kalau bawa motor ya kira - kira dong jes. Mati kok ngajak - ngajak "omel vani.

Jessy hanya mengedikkan bahu nya acuh ia berjalan meninggalkan vani yang dari tadi menyumpah serapah Jessy. Tatapan para siswa - siswi membuat Jessy dan vani bingung. Para siswa - siswi memandang Jessy dan vani dengan tatapan mengejek.

"Lihat guys para anak yang di telantarin keluarga nya udah datang loh "ejek rara musuh rival Jessy dalam basket putri.

"Lagian sih jadi anak bawa sial mulu bisa nya malu - maluin keluarga. Udah bodoh bawa sial lagi untuk apa keluarga nya mempertahankan anak kaya dia ya nggak guys "sambung dona sahabat rara.

Jessy menguap menatap keduanya dengan malas menurutnya berbicara dengan mereka tidak ada guna nya. Jessy dan vani melewswati mereka dengan biasa saja dan itu membuat Daisy dengan tidak senang.

Daisy mau Jessy melawan rara dan berakhir di keluarkan dari sekolah ini bukan malah melihat Jessy yang bersikap abai.

"Gila bisa - bisa nya dia bersikap biasa aja setelah di hina begitu "celetuk Owen dengan memandang takjub.

"Mungkin dia merasa yang di ucap sama rara ada benar nya kali "sambung mario.

"Eh tapi lo tahu kan berita yang beredar tiga hari yang lalu kalau sebenarnya jessy itu pintar. Buktinya dia berani melawan pak wawan udah gitu mampu jawab soal yang susah lagi "

Benar juga pikir mereka apakah selama ini Jessy menyembunyikan kepintaran nya tapi untuk apa ?. Mereka berusaha untuk tidak memikirkan hal itu dengan ingin melihat bukti secara langsung Daisy datang kelas Jessy dan mengajak untuk asah otak .

"Asin banget nasi goreng nya nih van lo mau nikah apa gimana ? Asin banget gila " komentar Jessy.

"Ya kan gue gak bisa masak jes tapi lo nya aja yang kekeh nyuruh gue ".

"Lagian lo anak gadis bisa nya apa sih van ? Heran gue apa - apa kagak bisa hati - hati lo entar di ceramahin sama mertua galak baru tahu rasa lo ".

"Dih doa lo jelek banget sih amit - amit gue punya mertua galak ".

Brak.

Daisy sudah menatap Jessy dengan tidak senang tapi bukan Jessy nama nya kalau tidak bersikap cuek.

"Gue mau adu kepintaran sama lo ". Ucap Daisy tanpa basa - basi.

"Gue gak mau lagian untuk apa gue adu kepintaran sama lo gak ada untung nya juga buat gue kan ".

"Bilang aja lo takut kan , lo pasti takut kalau semua murid disini tahu lo masih menjadi murid bodoh berbeda dari yang di rumorkan kalau lo menyembunyikan kepimtaran lo ".

Jessy tertawa dengan geli siapa yang menyembunyikan kepintaran ?apakah Daisy mabok ? Lagian kenapa murid - muid di sini suka sekali menyebarkan berita yang mungkin belum akurat kebenaran nya.

"Sekali lagi gue katakan sama lo kalau gue sama sekali gak berminat untuk adu kepintaran sama lo Daisy ".

"Mau gak mau lo akan tetap adu kepintaran sama gue kita akan lihat siapa yang pantas menjadi putri di keluarga Pratama. ".

Become to Antagonis FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang