6. Terjaga

4.8K 218 0
                                    

♡♡♡♡♡

Fawnia tidak bisa tidur, dia terjaga sepanjang malam di tenda pasien. Dan hari pertama ini adalah hari dirinya berjaga. Wanita itu duduk di kursi kayu panjang yang telah di sediakan.

Sedari tadi dia hanya mengotak-atik layar ponselnya untuk kembali mengenang masa SMA. Fawnia membuka galeri foto memberilihatkan foto dirinya dan Marva yang habis selesai praktek laboratorium. Saat itu mereka mendapatkan nilai bagus, dan merayakannya dengan berfoto bersama tepat di depan pintu luar laboratorium.

Dulu mereka sangat akrab, bahkan satu sekolah tahu itu. Banyak juga anak-anak mendukung mereka untuk jadian. Tapi kenyataannya mereka tidak jadian.

Tanpa Fawnia sadari, bibirnya terukir senyuman tipis saat melihat banyaknya foto dirinya dan Marva.

Fawnia masih menyelam galeri ponselnya, tersimpan khusus foto dirinya dan Marva di sana. Dia juga mendapatkan banyak sekali foto dirinya dan Marva dari adik kelas yang mendukung mereka berpacaran. Entah seterkenal apa mereka dulu, katanya sih mereka terkenal karena terlalu menonjol. Sesekali adik kelas memfoto mereka diam-diam dan meng-uploadnya ke media sosial. Dari situlah Fawnia mendapatkan fotonya.

"Jika waktu bisa diulang," gumam Fawnia masih menatap foto mereka. "Aku ingin kembali, di waktu ketika kamu bertanya siapa namaku."

Bohong jika Fawnia tidak merindukan masa itu. Dia sangat merindukannya, kembali akrab dengan Marva tanpa ada rasa sakit di dadanya itu adalah kenangan yang merindukan.

Di sisi lain, seorang lelaki juga sedang mengenang masa SMAnya. Baginya, itu adalah masa paling emas sebelum dia berpisah dengan Fawnia. Masa paling membahagiakan di hidupnya. Marva juga menyimpan foto-foto mereka di galeri khusus di ponselnya.

"Apa yang telah gue lakuin 11 tahun yang lalu sampai membuat lo jauh dari gue, Faw?" gumam Marva menatap foto Fawnia yang tersenyum dengan dua jari di letakan di satu matanya dan mata satunya tertutup. Sungguh lucu foto itu.

Ada banyak sekali foto Fawnia di ponselnya. Dia juga sama, mendapatkan foto itu dari adik kelas. Bahkan saat dirinya membeli ponsel baru, Marva tidak merasa terbebani untuk memindahkan semua foto itu ke ponsel barunya satu-persatu. Seakan tidak rela untuk kehilangan satu fotopun. Itu adalah memori sangat berharga baginya.

"Ya Tuhan, aku ingin selalu bersama dengannya. Bolehkah?" gumam Marva yang masih menatap lekat foto Fawnia di layar ponselnya.

°~°~°~°~°

Matahari telah menyinari bumi seakan mengucapkan selamat pagi dan selamat kembali beraktivitas. Tapi Fawnia baru saja tidur karena berjaga semalaman. Dia meminta tolong pada Kira untuk membangunkannya saat waktu makan siang.

Hari ini Kira yang mengambil ahli. Dia bertanggung jawab penuh pada pasien untuk menggantikan Fawnia yang sedang istirahat. Tapi untuk seorang anak perempuan yang berusia sekitar 8 tahun itu adalah pasien Fawnia. Entah apa yang di pikirkan Psikiater itu, tapi dia ingin menjadi Dokter anak perempuan itu.

"Dok," seorang wanita memanggil Kira yang sedang berkerja.

"Iya, buk. Ada apa?" jawab Kira sopan.

"Dokter cantik berambut coklat kemerahan kemarin mana ya?" tanya wanita itu. Dia adalah ibu dari anak perempuan yang berusia 8 tahun itu.

DOCTOR ARCHITECT [END]Where stories live. Discover now