part 49

2.8K 239 0
                                    

Kabar kehamilan sang nyonya menyebar sangat cepat ke seluruh kota yang ada. Seluruh anggota keluarga termasuk sang nyonya besar Na sangat bahagia dengan kabar itu. Ayah dan ibu Jeno juga turut bahagia dan langsung pergi ke mansion keluarga Na untuk bertemu dan melihat keadaan sang anak yang tengah hamil itu.

Setelah pertemuan panjang dan banyaknya jamuan yang di sediakan untuk memperingati hari bahagia itu. Jeno memutuskan untuk beristirahat di kamarnya sendirian tanpa di temani siapapun. Ia ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu. Lebih tepatnya menenangkan perasaannya.

Jeno menatap kosong kearah taman mansion yang selalu menjadi pusat perhatiannya ketika ia duduk di balkon kamarnya.

Helaan nafas pelan terdengar keluar dari bibirnya.

"Apa yang udah gue lakuin? Pura-pura mencintai suami gue sendiri?"
Ucapnya dengan lirih. Tatapannya begitu sendu bahkan seperti ingin menangis.

"Tapi gue bingung harus apa? Jujur gue belum punya perasaan apapun sama dia..gue gak mau nyakitin perasaannya"
Ucapnya yang semakin menunduk sedih.

Perkataan Jeno terasa begitu dalam untuk sang suami. Kata tidak ingin menyakiti sang suami sepertinya di salah artikan untuknya. Seharusnya ia sadar, jika apa yang ia lakukan sekarang. Malah menyakiti pria tampan yang sangat mencintainya itu.

Jeno kembali menghela nafas lalu menunduk untuk melihat perutnya yang masih rata.

"Gue nggak nyangka kalo akhirnya gue bakal hamil dan punya anak. Gue juga nggak nyangka kalo rahim gue masih bisa berfungsi dengan baik "
Gumamnya.

Ia mengelus perutnya dengan perlahan.

"Sayang..mama tidak tau harus apa? Mama tidak mengerti..maaf jika kamu hadir tanpa perasaan cinta dari ku..daddy mu membuat mu dengan perasaan cintanya yang luar biasa besar. Sedangkan aku.."

Air mata mulai keluar dari kedua mata indah Jeno. Ia menangis, entah mengapa ia sangat mudah menangis akhir-akhir ini. Itu mungkin karena pengaruh dari kehamilannya.

Atau sang anak ingin memberitahu sang ibu, jika air mata yang ia keluarkan bukan untuk rasa bersalahnya. Tapi untuk perasaan yang selama ini ia pendam dan tidak bisa ia keluarkan. Hanya karena sebuah kata yang selalu ia ucapkan bahwa 'dia belum mencintai sang suami'.

Jeno kembali menoleh kearah taman bunga itu. Menikmati angin yang datang menerpa permukaan wajah cantiknya.

"Ada perasaan yang selama ini gue simpan dalam-dalam. Gue takut untuk ngeluarin perasaan itu dan sadar apa yang gue rasain"

Jeno kembali menghela nafas lalu menunduk dalam.

"Perasaan yang gue miliki ke Jaemin, masih menjadi kebingungan untuk gue sekarang.."



































VannoWilliams

CEO (JaemJen)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ