... Jujur

2.1K 242 4
                                    

"Jeno!"

Soobin melambai pada sosok yang baru saja melangkah masuk dari pagar Sekolah, sebuah senyum terpatri di wajah tampannya. Yang di panggil menoleh mengingat kata kata teman Haechan kemarin, tiba tiba dia tak tau harus bereaksi bagaimana terhadap sahabat satu satunya ini, atau tanyakan saja apakah Soobin benar benar menyukainya?

"Jen?" Melihat pihak lain tak menanggapi, Soobin memanggil lagi sedikit bingung.

"Iya, Mau ngomong bentar?" Jeno menatap Soobin menggunakan ekspresi serius di wajahnya. Soobin tertegun sejenak namun dengan cepat dia mengangguk.

"Ke gudang" Jeno memimpin jalan menuju gudang Sekolah diikuti Soobin di belakangnya.

Sesampainya di gudang, Soobin sedikit ragu untuk mengikuti Jeno masuk, tapi mengingat Jeno ingin membicarakan sesuatu yang terlihat penting dia masuk ke dalam, itu berdebu dan gelap. Jeno langsung menutup pintu gudang begitu saja.

"Bin"

"Ha?" Soobin merasa bingung melihat tingkah aneh Jeno yang tak seperti biasanya ini.

"Gue mau nanya serius" wajah Jeno sangat serius hingga Soobin mau tak mau mengangguk dengan serius pula.

"Silahkan"

"Bin, Lo gak suka sama gue kan?" Mata Jeno menyipit penuh menyelidik. Soobin yang di tatap langsung kaku di tempatnya. Jeno tau? Tapi bukankah dia menyembunyikannya dengan rapat selama ini? Mengapa tiba tiba Jeno menyadarinya? Dia tiba tiba tak dapat mengeluarkan suaranya.

"Please, jujur sama Gue" desak Jeno. Soobin melirik mata Jeno sejenak lalu menghela nafas panjang dengan senyum tanpa daya di bibirnya.

"Yah... Gue emang suka sama lo, Maaf karna udah lancang suka sama lo selama ini Jen. Lo pasti jijik kan di sukai sama sesama jenis kaya gini. Gue minta Maaf" ucap Soobin tersenyum mencela dirinya sendiri, matanya bahkan memancarkan rasa cemas dan tak berdaya secara bersamaan.

Kali ini Jeno lah yang terdiam, awalnya dia hanya menebak nebak, dia tak menyangka ini benar benar menjadi kenyataan. Soobin fikir Jeno mungkin tak suka ketika melihat keheningannya.

"Kalo lo gak suka, gue bakalan ngejauh, lo tenang aja" walau begitu di matanya tersirat rasa kecewa. Dia tak ingin menjauh dari Jeno, tapi jika itu yang Jeno inginkan, dia akan dengan senang hati menurutinya.

"Gak, gue cuma nanya" Jeno buru buru bersuara. Soobin satu satunya sahabatnya, dia tak ingin Soobin menjauh.

"Lo... Gak jijik sama gue?" Soobin kaget ketika melihat Jeno tak marah ataupun jijik sama sekali, berbeda dari apa yang dia bayangkan. Di masyarakat sekarang homoseksualitas sangat di tentang dan di anggap menjijikan karna termasuk sakit mental.

(Jdi ges Viel pernah bca ada penyakit mental yg berhubungan sama homoseksual, buat bener atau enggaknya Viel gk search lebih jauh. Jdi abaikan saja)

"Ekhem..." Jeno sedikit terbatuk malu.

"Gue belum pernah bilang ke lo kayanya kalo gue juga sebenernya sama kaya lo..." Mata Jeno beralih untuk menyembunyikan rasa malunya.

"Ha?" Mata Soobin membulat kaget dengan pernyataan tersebut, apa? Jadi selama ini Jeno juga cabang yang bengkok?! Jika dia tau lebih awal, untuk apa dia diam diam begini. Tapi... Pada intinya apakah Jeno menyukainya atau tidak?

"J-Jadi..." Soobin melirik Jeno. Suasana tiba tiba menjadi canggung dan ambigu.

"Apa?" Jeno menoleh menatapnya.

"Kalo gue bilang gue suka sama lo, lo bakalan jawab?" Tanpa menunggu Jeno menjawab, dia melanjutkan.

"Jen, Gue suka sama lo. Sejak temenan sama lo, gue selalu ngerasa beda dan gue yakin kalo itu cinta... Gue gak akan paksa buat lo nerima ungkapan perasaan ini, tapi seenggaknya gue mau kepastian dari lo" wajah Soobin terlihat sangat serius berbeda dari ekspresi santai miliknya yang biasa.

Bingung? Tentu, Jeno baru pertama kali berada di situasi seperti ini, Soobin baik, menyenangkan juga perhatian. Walau dia kadang acuh, Soobin akan tetap mengobrol dengannya dengan senyum merekah. Di bilang suka dia ragu, di bilang tidak suka itu tidak mungkin.

"Bin... Kalo gue jawab sepulang sekolah gapapa?" Dia masih harus memikirkannya lagi. Soobin mengangguk.

"Tentu, mau lo jawab lusa juga gapapa asal jangan sampe gak di jawab" Soobin dengan lembut menepuk kepala Jeno. Karna Jeno sama sepertinya, dia berani melakukan ini. Sedangkan yang di tepuk sedikit kaku.

"Ayo ke kelas, bentar lagi bel. Atau mau berduaan sama gue di sini?" Ucap Soobin terkekeh pelan. Wajah Jeno tiba tiba bersemu, dia baru sadar hanya berdua di gudang bersama Soobin.

"Ke kelas!" Serunya buru buru keluar mengundang gelak tawa pada sosok di belakangnya. Jeno merasa sangat malu menutupi wajahnya hingga menabrak sesuatu yang keras.

"Ah! Sorry, gue gak sengaja" seru Jeno terburu buru minta maaf.

"Gapapa, lo ngapain di sini?"

"Ha?" Jeno mendongak ternyata Haechan.

"Itu..."

"Gapapa Jen?" Sela Soobin yang melihat Jeno menabrak seorang siswa dengan sedikit khawatir. Jeno maupun Haechan menoleh, Jeno menggelengkan kepalanya sedangkan Haechan mengerutkan alisnya.

"Gapapa, ayo ke kelas. Gue duluan ya Chan" Jeno melambai pada Haechan lalu pergi bersama Soobin.

Mata elang Haechan menatap punggung keduanya, lalu melirik ke arah dari mana mereka datang. Bukankah itu arah menuju gudang? Apa yang mereka lakukan pagi pagi di gudang? Tunggu? Mengapa dia perduli? Biasanya dia tak akan ikut campur urusan orang lain! Haechan menggelengkan kepalanya ikut melangkah menuju kelasnya sendiri.

Sepanjang pelajaran, Jeno tak dapat fokos sama sekali akibat pernyataan Soobin di gudang. Sejak itu pula tingkah Soobin tiba tiba berubah drastis. Karna mereka juga duduk sebangku, awalnya Soobin hanya akan mendengarkan dengan tenang sesekali tersenyum ke arahnya. Tapi kali ini Soobin tiba tiba membantunya mengambil pensilnya yang jatuh, memberinya penghapus secara sadar saat dia salah menulis, menyuruhnya minum agar tidak dehidrasi karna cuaca sedang panas.

Bahkan terkadang membantu menyingkap anak rambut di dahinya yang sudah hampir menutupi mata, memberikan bahunya saat dia merasa mengantuk. Semuanya berbeda! Jika begini dia merasa sayang untuk di sia siakan!. Saat bel istirahat pun Soobin membantunya memesan makanan, bahkan hampir ingin menyuapinya! Membuatnya malu!

Jeno sempat melihat Haechan bersama jaemin juga Mark bersama Renjun sepertinya Mark masih mengejar Renjun, tapi mereka hanya terlihat lebih lembut, tak ada yang terang terangan seperti Soobin! Orang ini benar benar aneh!

Begitulah setengah hari di sekolah di habiskan hingga waktunya bel pulang berbunyi keduanya berjalan bersama menuju gerbang Sekolah. Gugup? Sudah pasti Jeno merasa sangat gugup sekarang!

"Mau ngomong dimana?" Suara Soobin menyadarkan lamunan Jeno.

"Ah! Kita ngomong di bawah pohon deket Sekolah di luar itu aja" Jeno menunjuk sebuah pohon besar yang tak terlalu jauh dari gerbang Sekolah. Soobin mengangguk mengikuti Jeno hingga tiba di bawah pohon. Jeno sedikit mendongak menatap wajah tampan Soobin, menarik nafas dalam dalam. Bahkan Soobin sendiri sebenarnya sangat gugup di hatinya, namun dia tetap mempertahankan wajah tenangnya.

"Gue..."















Yoittt

Waduh! Gue apa nih?! Kok gantung begini?

See u~

Circle Of Destiny ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora