. Operasi ....

1.9K 191 16
                                    

"Lo hari ini gak nemenin Jaemin Operasi?"

Renjun duduk di samping Haechan yang sedang tertidur di atas meja, bertanya dengan heran.

"Dia bilang tunggu pulang Sekolah aja kalo mau jenguk, sekalian tunggu operasi selesai" jawab Haechan membuka kedua matanya.

"Chan, gue ngerasa lo sebenernya kaya gak secinta itu sama Jaemin. Lo aslinya beneran suka sama dia atau enggak?" Memang Renjun amati selama ini bahwa sikap Haechan pada Jaemin itu aneh, Haechan memang melembut tapi tidak sampai di tahap seperti orang yang menyayangi pihak lain. Berbeda ketika dia melihat interaksi Pemuda tingga bersama Jeno di Cafe saat itu.

"Entahlah Ren, Gue juga gatau...." Haechan menghela nafas panjang, dia tak tau perasaannya pada Jaemin. Awal dia mengenal Jaemin saat SMP mereka duduk di bangku yang sama.

Dulu saat usianya 8 tahun, dia pernah mengalami kecelakaan menyebabkan mata kanannya buta, teman masa kecilnya sempat menjenguknya menanyakan mengapa tidak mencari pendonor? Dia mengatakan bahwa tak ada kornea yang dapat di donorkan untuk saat ini, dia harus menunggu. Tapi tiba tiba tiga hari kemudian Dokter berkata bahwa ada donor mata yang secara sukarela mendonorkannya.

Dia senang, Dokter melakukan pemeriksaan kecocokan, semuanya cocok dan tak ada masalah. Dia terus mencari siapa pendonor tersebut. Dokter bilang dia dari keluarga Lee juga yang sempat melakukan operasi hati, itu yang dia tau. Dan teman masa kecilnya tak pernah muncul lagi di Sekolah.

Saat itulah dia menemukan Jaemin, Jaemin bermarga Lee tetapi menggunakan nama Ibu nya. Dia juga sempat bertanya tentang Operasi hati dan donor mata. Jaemin mengangguk bahwa dia memang pernah melakukan operasi hati juga mata di usia delapan tetapi dia juga telah mendapat kornea mata baru hingga mata kanannya normal kembali. Karna sudah di konfirmasi, Haechan memiliki perhatian lebih pada Jaemin hingga menginjak bangku SMA mereka memutuskan untuk menjalin hubungan. Tapi sebenarnya hubungan mereka tak semesra itu.

"Kalo emang lo gak sayang sama dia, lepasin aja. Kasian anak orang kalo lo php in gitu" saran Renjun mengeluarkan buku bukunya.

"Pada ujungnya gue sama dia bakalan pisah juga, jadi jalanin aja"

Bukannya Haechan tak mau memutuskan Jaemin, tapi dia takut Jaemin akan sedih, apalagi Jaemin kini sedang berada di saat saat yang berbahaya untuk di rangsang.

"Kalo gitu suka suka lo aja" Renjun menghendikkan bahunya acuh, dia tak akan mencampuri urusan orang lain, dia hanya akan mengingatkan saja.

.

Hari ini Soobin memutuskan untuk izin dari Sekolah agar dapat menemani Jeno melakukan Operasi, sepanjang Operasi berlangsung dia terus duduk di bangku tunggu dengan cemas, Yeonjun sempat menelfon apakah semua baik baik saja, dia mengatakan bahwa semua aman, tapi Jeno masih berada di ruang operasi, akhirnya Yeonjun hanya dapat mendoakan yang terbaik dan menutup panggilan.

Operasi di lakukan dari pukul 09.00 pagi hingga pukul 11.30 siang. Dokter sempat berdebat pada Nyonya Lee akan umur pendonor yang tak mencukupi, tapi siapa Nyonya Lee? Dia dengan kejam memarahi Dokter dan menyuruhnya untuk tetap melakukannya.

Saat Jeno di dorong keluar dari ruang operasi, wajahnya terlihat pucat  dan lemah. Soobin hanya merasa hatinya sakit melihatnya seperti ini dan buru buru mengikuti dengan tas yang memang sudah Jeno siapkan saat berangkat ke rumah sakit, isinya yaitu pakaian untuk rawat inap.

Wajahnya terlihat penuh dengan kekhawatiran, melihat suster memasang infus dan merapikan selimutnya mengatakan beberapa kata padanya lalu keluar. Dia berjalan mendekat mengamati wajah kekasihnya yang masih tak sadarkan diri dengan lekat.

"Cepet sadar, jangan bikin aku khawatir kaya gini..." Ucapnya lirih membelai wajah Jeno dengan ringan. Tapi hanya ada suara nafas yang teratur dari pihak lain.

"Mau gimanapun keadaan kamu, di mata ku kamu tetep cantik" jemarinya menyisir surai hitam Jeno kebelakang secara lembut.

Tak ada orang lain selain Soobin di bangsal Jeno, bahkan Soobin pun sedikit ragu kemana keluarga Jeno? Bukankah pendonoran ini untuk saudaranya? Seharusnya orang tuanya di sini juga bukan?

Soobin duduk menunggu di samping ranjang rawat Jeno dengan sabar, detik demi detik berlalu hingga berubah menjadi menit dan akhirnya menjadi jam. Satu jam kemudian Jeno membuka matanya.

Sosok yang tengah berbaring di atas ranjang rumah sakit tersebut dengan perlahan mengerjab kerjabkan matanya, menatap langit langit putih dengan bau desinfektan di sekitar. Ah dia sedang berada di rumah sakit.

Matanya beralih menatap sekeliling ruangan hingga akhirnya berhenti pada sosok yang tengah membaringkan kepalanya di sisi ranjang dengan mata terpejam. Sepertinya tengah tertidur lelap.

Tangannya dengan lemah terulur menyentuh surai pihak lain secara lembut, bahkan sebuah senyum tipis muncul di wajah pucatnya.

"Soobin... Makasih... Makasih banyak..." Bisiknya tanpa suara, hanya angin yang terdengar.

Jeno tak tau bagaimana dirinya jika Soobin tidak ada, Soobin sudah seperti pelita dalam kehidupannya yang gelap gulita, jika itu padam maka hidupnya juga akan gelap selamanya bukan?

Jemari Jeno bermain dengan surai hitam Soobin, wajah tertidur kekasihnya terlihat sangat lucu. Dia merasa ingin memfotonya, tapi ponselnya berada di tas bersama barang bawaannya. Sebenarnya Soobin bukannya tak memiliki teman lain selain dirinya, tetapi Soobin memang lebih suka menghabiskan waktu bersamanya daripada bersama teman temannya yang lain, itulah yang di katakan pemuda tinggi tersebut. Beberapa hari ini dia sudah banyak menyita waktu Soobin dari teman temannya, dia menjadi merasa bersalah.

"Emh...?" Soobin mengerutkan alisnya dengan perlahan membuka kedua matanya.

"Eh? Kamu udah sadar!" Seru Soobin langsung duduk tegak ketika melihat Jeno sudah sadar. Jeno mengangguk tersenyum.

"Kenapa gak bangunin aku? Udah lama bangunnya?" Tanya Soobin berdiri mengambilkan Jeno air putih, membantunya untuk minum dengan menggunakan pipet. Jeno menggeleng samar menerima bantuan Soobin untuk minum. Dia juga memang merasa haus.

"Laper? Aku beliin bubur dari luar aja atau minta suster antarin makanan aja?" Selesai membantu Jeno minum, Soobin meletakkan kembali botol air putih ke atas nakas.

"Kamu jangan lupa makan, jangan ngurusin aku mulu" ucap Jeno lirih menatap sayu ke arah Soobin. Soobin tersenyum lembut mendengarnya, ternyata bukan hanya dia yang memiliki kekhawatiran, pihak lain juga sepertinya mengkhawatirkannya. Senang rasanya mereka saling perhatian seperti ini.

"Kalo gitu kita makan sama sama, biar aku keluar sebentar buat beli makanan. Kamu aku tinggal gapapa?" Soobin masih khawatir meninggalkan Jeno sendirian.

"Aku udah remaja, bukan bocah ingusan lagi" Jeno tertawa pelan.

"Tapi kamu lagi kaya gini" Soobin tak setuju, mau remaja ataupun bocah ingusan jika sedang sakit tentu harus ada yang menjaga.

"Oke oke, aku gapapa  sana cepetan biar cepet balik ke sini lagi"

"Yaudah kalo gitu aku pergi dulu. Jangan aneh aneh, jangan banyak gerak, istirahat aja, kalo ada apa apa pencet tombolnya aja, nan-"

"Iya iya iya, sana!" Usir Jeno. Soobin cemberut namun tetap berjalan keluar sedikit berlari agar lebih cepat.












Yoitttt

Adakah kalian penumpang kapal Soobjen?
Ges awal bahagia berarti akhirnya apa? 🚶🏻

See u~

Circle Of Destiny ✓حيث تعيش القصص. اكتشف الآن