❝ Human Devil? Masa sih manusia bisa menjadi iblis? ❞
❝ Manusia 'kan, bisa lebih keji dari iblis itu sendiri.❞
『••✎••』O N • G O I N G
Jam tangan mewah, rumah besar, jas mahal. Semua itu kau dapatkan dengan mudah.
Namun, apa yang membuat iblis dan ma...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
➣ ???, Indonesia
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"DEWA KITA SUDAH KEMBALI! HUMAN DEVIL!"
Lelaki itu berteriak hebat, tertawa bahagia bagai ada setumpuk emas di depannya.
"... Huh?"
Kau menatap ngeri pemandangan di depanmu.
Namun lelaki yang berteriak itu semakin bergembira dan menggila.
BUAK!BUAK! BUAK!
Tanpa sadar, beberapa kepalan tangan mendarat di pipi sang lelaki, membuat kerusuhan tadi bingung.
Kemudian, lautan penuh orang itu menertawakan lelaki yang baru saja di pukuli tadi.
Kepalan tangan itu milik seorang lelaki berkacamata hitam, rokok di mulutnya dan memiliki badan besar. Lelaki perokok itu berbalik badan kepadamu sembari mengusap kedua tangannya dengan rona merah di pipinya.
Sedangkan lelaki babak belur tadi di seret oleh bawahannya.
"A..ha..ha, maafkan kegaduhan tadi, Human devil yang terhormat dan teragung. Hamba yang lalai ini mengalami kemacetan." Ucapnya panik, kau tetap menunjukkan wajah datar, berusaha tidak memberikan ekspresi apapun.
"Hamba berasal dari Jepang, j-jadi bahasa Indonesia hamba sedikit tidak baik." Walau dia agak canggung dengan ekspresi datarmu, seringai terlukis di wajahnya, kau memasang wajah jijik.
"H-hei, lihat wajahnya Human devil?"
"Benar, dia tampak tidak peduli."
"Bukannya Human devil adalah devil termurah hati? Mengapa ini berbeda?!"
"Bagus, berpikirlah seperti itu supaya kalian takut. Jadi aku bisa keluar dari sini secepatnya." Pikirmu kesal.
"Nama hamba Wabe Orimo, hamba ingin menjalankan kontrak dengan anda." Ucap sang pria.
"... Tidak perlu kontrak untuk mengabulkan hasrat manusia." Ucapmu datar, menatap Wabe dengan mengejek.
Wabe mengerutkan alisnya kesal, namun menutupnya dengan senyuman.
