Chapter 9

415 22 0
                                    


Arana segera membantu Erlan untuk membantu Alva berdiri. Pria muda itu nampak kesakitan, dan memegangi punggungnya sembari meringis.

Arana dilanda kepanikan. "Ka—Kamu tidak apa? Apakah sangat sakit?"

Arana ingin menepuk jidatnya sendiri. Bagaimana mungkin seseorang yang dibanting seperti itu tidak kesakitan? Anggota lain di dojo latihan saja selalu kesakitan saat terbanting oleh lawan latihannya. Dirinya bahkan sudah beberapa kali merasakannya dan rasanya sangat sakit.Bahkan membuat punggungnya memar.

Bodohnya dia bertanya.

Melihat kepanikan dimata Arana, Alva tersenyum. "Tidak, tidak begitu sakit. Sekarang sudah baik-baik saja."

Arana tidak yakin dengan jawaban pria rupawan didepannya. Tetapi meski begitu, bagaimana dia bisa tahu kalau seorang yang tiba-tiba saja memeluknya dari belakang adalah Alva, calon suaminya?

Bukan salahnya kan jika refleks fisiknya masih merespon bahkan setelah dua tahun hiatus dari dojo taekwondo?

Tapi jika diperhatikan, Alva ini sangat-sangatlah tampan.

Tapi, kenapa Alana tidak menyukainya, ya?

Erlan mengernyit. "Sebenarnya, ada apa disini? Bos, kenapa kau bisa tergeletak dilantai sambil kesakitan seperti itu?"

Sesaat teralihkan karena penampilan Alva yang tampan, Arana tiba-tiba kembali tegang saat Erlan menanyakan alasan Alva jatuh.

"Um itu .. Um, maafkan aku! Aku benar-benar tidak sengaja melakukannya, sa—sayang!" Ucap Arana.

Betapa susahnya memanggil orang asing dengan sebutan sayang!

Alva mengulurkan tangannya dan mengusap surai Arana yang nampak panik dan merasa bersalah meski tidak kentara. "Calon istriku ini hebat sekali. Jika dimasa depan ada orang lain yang berani memperlakukanmu tidak sopan, aku tidak akan khawatir kamu terluka. Jangan khawatir."

Arana ingin tertawa tapi juga menangis, tetapi dia hanya bergumam lirih. "Be—Benar juga."

"Tapi," Alva melangkah mendekati Arana, membungkuk untuk mengecup pipi kanannya penuh kasih sayang.

"Istriku ini sangatlah cantik dengan gaun yang kamu kenakan." Lanjutnya dengan senyuman.

Arana membeku. Dia menatap kosong selama beberapa saat kedepan sebelum batinnya menjerit. "Ahhhh!!! Bagaimana dia menciumku?! Pi—Pipiku!!"

Tetapi dipermukaan, Arana menyunggingkan senyuman.

Arana ingin pulang!

***

Beberapa jam berlalu setelah keduanya mencoba pakaian pernikahan yang akan mereka kenakan di resepsi pernikahan dan pesta pernikahannya. Keduanya telah menggunakan pakaian awal mereka dan keluar dari butique. Tetapi Arana masih dilanda rasa keterkejutan hingga membuatnya diam dari awal sampai akhir.

Sebelum keluar dari ruang ganti, Karina menahannya, menatapnya dengan senyuman dan mengatakan sesuatu yang membuat Arana membeku.

"Aku tidak tahu apa masalahnya. Tetapi, gaun itu lebih cocok untuk dirimu."

Arana berjalan dengan hati dan pikiran yang linglung. Apa maksudnya? Apakah wanita itu mengetahui identitasnya? Atau itu dimaksudkan Alana dan orang lain?

"Ala."

Panggilan dan sentuhan ditangannya itu membuat Arana menoleh dan mendapati Alva memandangnya dengan sedikit kekhawatiran dan kebingungan.

"Ah, apa?" Beo Arana.

Alva berkata, "Aku memanggilmu beberapa kali tadi, tapi kamu tidak menjawab. Apakah ada sesuatu yang kamu pikirkan? Apakah ada sesuatu yang mengganggumu?"

My Beloved Arana [√]Where stories live. Discover now