STD. 24

447 25 0
                                    

"Serius, Mel? Dia orangnya?" tanya Naya antusias.

"Ya sebenarnya gua juga belum pasti. Tapi entah kenapa, gua terus-menerus keinget dia," terang Amel yang tersipu malu sendiri.

"Karena lo udah terkena benih-benih cinta, makanya kek gini," seru Keyla.

"Tapi tenang saja," sambungnya yang berjalan kebelakang Amel dan memegang kedua pundaknya. "Kita pasti bakal terus ngedukung lo, kok. Apalagi cowoknya modelan kayak dia. Kami akan terus pantau sampai kalian jadian. Benar gak, guy's." Marta dan Naya pun mengangguk.

"Benar itu. Lo tenang aja, oke," seru Marta, yang kemudian memeluk Amel dari samping. Disusul oleh kedua temannya.

"Wuis ... ada apa nih, pakek acara berpelukan?" celetuk Randa yang baru saja masuk kedalam kelas, begitupun dengan Jeno dan Stefan.

Datangnya ketiga pemuda itu, membuat teman-temannya Amel melepas pelukan mereka dan menatap sinis kearah tiga laki-laki tersebut.

"Bisa gak sih, kalian jangan ganggu? Orang lagi berbahagia juga." sinis Naya.

"Dih, berbahagia gak tuh?" kekeh Jeno dan Randa.

"Melihat kalian berpelukan seperti tadi, mengingatkan gue sebuah film jadul kesukaan abang gua," ucap Stefan yang membuat keempat gadis itu mengerutkan dahinya.

"Jangan bilang itu film Teletubbies," seru Jeno yang langsung di iyakan oleh Stefen sembari terkekeh.

"Sedikit-sedikit berpelukan, sama nih kayak kalian," cetus Stefan yang melihat kearah para gadis tersebut.

"Iya ya. Dan pas banget nih, kan kalian berempat. Keyla yang jadi si hijau, Marta si ungu, Amel si kuning dan lo Naya jadi si merah. Poo," ujar Jeno yang langsung ditolak oleh para gadis itu.

"Gak-gak, gak. Apa-apaan sih, lo?!" sungut Naya.

"Tau nih," timpal Marta. "Kalau kalian gak tau apa-apa cukup diam, gak usah kepo, dan jangan sok tau urusan orang."

"Entah nih, pakai disamakan sama tuh film lagi," seru Keyla yang juga tidak terima.

"Lah, kok marah? Kan kita cuma merekomendasikan," sahut Stefan yang diangguki Jeno.

"Iya. Soalnya kalian cocok."

"Hello ...," seru Naya yang menjentikkan jarinya di depan ketiga pemuda itu.

"Jangan pernah kalian samakan dan cocokkan kami para cewek cantik dengan tuh film, understand?"

Mendengar hal itu, Stefan, Jeno dan Randa pun lantas tertawa. "Kalian, cantik? Hahaha." kekeh Randa yang memegang perutnya.

"Ngaca, oy. Kalian itu gak ada cantik-cantiknya," cetus Jeno yang terkekeh. Dan hal itu berhasil membuat Marta ternganga tidak percaya. Begitupun dengan Keyla dan Naya.

"Mungkin kaca di rumah mereka sudah pada gak ada, karena retak atau hancur saat mereka berkaca," seru Randa.

"Kalian bisa diam gak, sih?" celetuk Amel yang sudah mulai muak dengan ocehan mereka bertiga.

"Enggak," jawab Jeno.

Amel pun memutar bola matanya malas. "Kalian kenapa sih, selalu ikut campur urusan orang lain?"

"Kenapa ya?" beo Jeno yang seolah berpikir dan melirik kearah kedua temannya.

"Mungkin karena kita suka, dan supaya lo tau gimana rasanya diganggu tanpa sebab." jawabnya yang melihat kearah Amel dengan tatapan remeh.

"Maksud lo?"

"Kalau lo punya otak, seharusnya bisa dipakai untuk berpikir," seru Randa yang tersenyum miring.

Surat Terakhir Delia ( on going )Where stories live. Discover now