STD. 41

192 7 0
                                    

"Pagi, Bun," sapa Linda yang baru keluar kamar hendak sarapan.

"Pagi," jawab Rose.

"Johan belum bangun ya, Bun?" tanya Linda sembari mengunyah roti isinya.

"Sudah. Bahkan sebelum kamu bangun."

"Terus, di mana dia?"

"Sudah pergi."

"Apa? Sepagi ini?!" sentak Linda sedikit terkejut.

"Pagi apanya? Ini udah mau siang," cetus Rose menunjuk arah jam.

Linda pun menoleh. "Masih ada tiga puluh menit lagi kok," jawab Linda santai, sedangkan Rose hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah putrinya itu.

Di parkiran sekolah, circle Dival telah datang. Karena waktu yang masih cukup banyak, mereka pun memilih untuk nongkrong di sana.

"Eh, hari ini ada pelajaran Pak Mulyo, ya?" tanya Jeno pada teman-temannya yang sekelas.

"Iya, emang kenapa?" seru Stefan.

"Gak ada sih. Cuma gua gedek aja sama tuh guru, tugas mulu. Ngasi materi juga cuma suruh ngerangkum gak dijelasin. Mana gak ngotak lagi tugasnya," jawab Jeno dengan raut kesalnya.

"Bener tuh, gua setuju ma lo, Jen," sahut Lakki.

"Karna lo berdua goblok, makanya bilang begitu," cetus Randa duduk santai di atas motor sembari main game bersama Dival.

"Eh-eh, eh ... kita itu gak goblok, ya. Kita itu hanya kurang pintar karena kapasitas otak kita yang minimum," ujar Lakki sedikit kesal karena ucapan Randa.

"Minimum atau emang gak memadai untuk berpikir," celetuk Dival yang membuat Randa terkekeh pelan.

"Enggak, ya," sanggah Lakki.

"Enggak salah lagi maksudnya," seru Jeno yang membuat mereka berempat tertawa terbahak-bahak, sedangkan Lakki hanya menekuk wajahnya karena malu.

"Jeno bangsat! Gua udah belain lo, tapi lo kek tai. Fucek men!" sarkas Lakki yang menaikkan jari tengahnya pada mereka.

"Hehe ... iya deh, thanks udah mau belain. Tapi gua kan gak minta, jadi yang sabar, ya," ujar Jeno yang semakin membuat wajah pemuda itu cemberut.

"Sana lo, gak usah dekat-dekat gua!" dengus Lakki yang merajuk mendorong tubuh Jeno.

"Jangan gitu dong, adek kan gak bisa jauh-jauh dari Aa," ucap Jeno dengan nada centil memeluk Lakki.

"Gak!" sarkas Lakki. "Jangan ngondek ke gua, bangsat! Gua masih normal suka cewe!"

"Masa sih? Biasanya juga sama adek."

"AAA! Jauhkan hamba dari makhluk laknat ini Tuhan!"

***

Amel yang baru sampai di sekolah pun tidak sengaja melihat Johan yang berjalan sendirian. Dengan cepat ia menyusul pemuda itu.

"Johan, tunggu," panggil Amel yang berlari pelan.

Johan pun menoleh, lalu menaikkan sebelah alisnya. "Ada apa?"

"Ah, tidak ada. Hanya ingin berjalan bareng, boleh kan?"

Dengan wajah datar, Johan pun langsung melenggang tanpa mengiyakan permintaan dari gadis itu. Tapi namanya Amel, ia tetap mengikuti Johan yang berjalan di sebelahnya.

'Apa gua tunjukkan langsung saja ya? Tapi itu akan terkesan sengaja, dan akan membuatnya curiga,' batin Amel yang berpikir.

"Johan," panggil Amel lagi yang tidak mendapat respon.

Surat Terakhir Delia ( on going )Where stories live. Discover now