Tiga Puluh Tiga : Mewujudkan Keinginan

922 66 0
                                    

"Pa, Kala izin ya besok mau ajak kak Juna jalan setelah utbk."

Sore itu, Dhika tengah bergelut dengan pekerjaan di ruang kerjanya. Kala datang dan membuat atensi Dhika seluruhnya terpusat pada anak gadisnya itu. Matanya menatap Kala tidak suka, gadis itu pun sadar tapi ia sudah berusaha mengenyahkan segala pikiran negatif.

"Kemana?" tanyanya tentu saja dengan nada dingin, suara kertas yang dibolak balik membuat degup jantung Kala tidak beraturan. Ia gugup, padahal berbicara dengan Dhika adalah hal favorit baginya.

"Ke pantai, bareng Omar, Chandra sama Diandra juga."

Dhika terdiam, kemudian ia melanjutkan pekerjaannya lagi. "Jangan buat repot Kala,"

"Iya, Pa."

"Terserah kamu, yang penting Kak Juna harus fokus sama apa yang mau dia lakukan, nggak semua harus ikutin mau kamu." Gadis itu hanya mengangguk, ia bahkan kehabisan kata-kata untuk sekedar menjawab. Sedangkan laki-laki yang dulu selalu berada di garda terdepan hidupnya itu justru acuh menghadapi dirinya sekarang. "Kamu itu bukan pusat rotasi, semua orang berusaha mencari jati diri. Nggak cuma fokus sama satu hal, apalagi kamu. Harusnya kamu juga fokus untuk menemukan jati dirimu."

"Iya..., Pa." Ragu Kala menjawab, karena rasanya sungguh perkataan itu menohok hatinya.

"Jian saja sudah punya pandangan ke depannya akan bagaimana. MIT itu bukan main-main buat dia, sedari kecil sudah berprestasi untuk menggapai apa yang dia akan tuju. Juna juga, dia belajar siang dan malam untuk bisa lolos di kedokteran. Semua orang sedang berusaha, kamu juga seharusnya begitu."

"Kala... kurang usaha ya, Pa?"

Dhika memilih tidak menjawab, ia justru mengalihkan pembicaraan lain. "Kalau pulang jalan-jalan terus sakit, jangan nyusahin. Sudah! Keluar sana. Papa banyak kerjaan." Tanpa perlu berkata-kata lagi, gadis itu melangkahkan kakinya keluar.

***

"Lo ngelamun terus deh gue perhatiin." Omar setelah lelah bermain air, kini ia sengaja mendatangi Kala yang tengah sendiri duduk di gazebo. "Katanya mau liburan, lupain dulu dong masalah-masalah yang ngeganggu itu."

Kala masih diam, ia memperhatikan semua hal di pantai ini. Hamparan laut yang luas, pasir putih dan angin yang berembus sejujurnya sudah cukup untuk Kala menikmati hari ini. Hanya saja, ketika ia sendirian justru pikirannya yang mendorong untuk berpikir negatif.

"Yaudah, main yuk! Udah nggak terik."

Gadis itu menarik pergelangan tangan Omar, mengajaknya berlari menuju bibir pantai. Menikmati deburan ombak serta kasarnya pasir putih ini.

"Kal, lo nggak boleh kering!" Kini Diandra yang bersuara. Ia kemudian dengan semangat menyimram Kala dengan air laut. keduanya tertawa karena hal yang sudah mereka lakukan.

Chandra, Omar dan Juna pun tak luput dari aksi kejar mengejar itu. Rasanya seluruh penat Arjuna selama ini terangkat dengan sendirinya. Ia sudah berhasil melewati ujiannya, sudah pula mewujudkan salah satu keinginan adiknya yang walau dengan usaha Kala sendiri. Kala terlihat sudah lupa dengan pembicaraannya dengan Juna beberapa waktu yang lalu. Ia tampak begitu menikmati air pantai di sore ini.

"Lihat deh! Sebentar lagi mataharinya tenggelam." Chandra berucap dengan semangat, ia bahkan sudah melompat berulang kali karena senang.

"Foto! Ayo foto!" Kala mengambil ponselnya lebih dulu kemudian mengarahkan tangannya agar dapat mengambil gambar yang indah. Senyum kelimanya tampak tidak ada beban. "Makasih karena kalian udah mau kesini bareng."

Malam sepertinya mengambil posisi lebih cepat, rasanya mereka baru bermain air kemudian gelap sudah memonopoli keadaan. Setelah lelah bermain, kelimanya memutuskan untuk pergi ke penginapan dan membersihkan diri.

Kala dan Diandra berada di satu kamar, sedangkan Omar, Chandra dan Arjuna di kamar lain. Kelimanya tidak banyak bicara ketika akan kembali ke penginapan, sepertinya lelah memang menguasai diri mereka.

"Kal, minum obatnya jangan lupa. Nanti kita keluar buat makan malam, ya?" Kala mengangguk tatkala Arjuna memperingatkan tentang obat miliknya.

Kamar mereka terpisah, semua laki-laki berada di lorong sebelah kiri sedangkan perempuan berada di lorong sebelah kanan. Setelah berpisah, Kala meminta izin pada Diandra untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Gadis itu hanya mengangguk karena ia tengah fokus dengan ponselnya.

"Kal, lo bawa headset nggak? Gue pinjem!" Diandra berteriak karena takut jika Kala tidak mendengar.

"Bawa! Ambil aja di tas bagian depan."

Diandra tidak menjawab lagi, melainkan dengan sigap mencari dimana benda yang ia maksud itu berada. Tangannya terasa kaku ketika ia melihat banyak sekali bungkus obat-obatan yang dibawa Kala. Ia memasukkannya ke dalam kantong kecil, Diandra terlihat muram ketika mengingat sahabatnya memang harus berdamai dengan keadaan. Ia dengan cepat tersadar dan mengambil benda yang ingin dipinjamnya.

Kala sudah merebahkan tubuhnya ketika menunggu Diandra selesai mandi. Ia mengutak atik ponsel karena merasa sedikit bosan di kamar. Tak lama setelahnya, pesan masuk dari grup baru yang kini anggotanya bertambah Arjuna di dalamnya.

Chandra
Hey wanita!
Udah kelar mandi belum? Gue udah laper banget ini

Kala
Diandra belum

Chandra
Lama bangetttt
Gue tunggu 5 menit, kalau belum juga

Kala
Kenapa kalau belum?

Chandra
Gue tungguin lagi

Omar
Pola pikirnya udah kena banget ini sih
Kalau udah cepet kabatin ya, kita mau makan

Kala
Okeee

Setelah percakapan di grup singkat itu, Diandra keluar dengan pakaian yang sudah rapi. Ia dengan cepat mengajak Kala keluar untuk menuntaskan rasa lapar yang mendera.

"Lama banget!" Keluh Chandra ketika melihat Diandra dan Kala keluar kamar.

Diandra menatap sebal. "Namanya juga cewek."

"Ssst! Udah, ayo kita pergi makan dulu." Omar lebih memilih menengahi Diandra dan Chandra ketimbang harus memihak salah satunya.

Arjuna tak banyak bicara, ia hanya menatap Kala beberapa kali dan memastikan bahwa adiknya itu baik-baik saja.

"Mau pesen apa?" Kali ini Omar kembali berbicara, ia membawa buku menu kemudian memberikan pada teman-temannya.

Tempat makan ini berada di pinggir pantai, bersebelahan langsung dengan penginapan. Malam ini terlihat cerah, banyak bintang-bintang yang bertaburan menemani mereka. Kala sedikit merasa sebal karena ia melupakan jaket yang sudah ia siapkan sebelumnya. Kedua tangannya sesekali digosokkan hingga menimbulkan rasa hangat kemudian menempelkannya di pipi. Arjuna yang melihat itu dengan sigap membuka jaketnya dan memberikan pada Kala.

"Loh, jangan kak. Disini dingin."

"Udah, pakai aja. Lagian kakak juga pakai baju panjang nih." Ia memamerkan pakaian yang sengaja dibawakan oleh Kala. Gadis itu mengangguk dan menggunakan jaketnya dengan benar.

"Gue ikan bakar dong." Chandra menginterupsi pembicaraan antara Kala dan Arjuna. Ia berbicara cukup nyaring agar Omar mendengar apa yang dia inginkan.

"Gue mau kerang balado nih kayaknya enak." Diandra menunjuk salah satu menu yang membuatnya tertarik.

Arjuna dan Kala masih sibuk memilih makanan, akhirnya ia menjatuhkan pilihan pada udang bakar madu dan cah kangkung. Arjuna pun tak mau ketinggalan ia memilih cumi bakar untuk menu makan malamnya kali ini.

Semuanya seperti terhanyut dalam nikmatnya makan di alam terbuka. Hingga sejak awal makanan tiba tak ada satu pun yang bersuara. Hanya dentingan alat makan saja yang mendominasi.

----

30 Desember 2022

Bitterfly ✔️ [COMPLETED]Where stories live. Discover now