12

11.2K 1.1K 13
                                    

Sepanjang koridor ia melihat tatapan semua orang yang terasa berbeda, ia memang sudah sering menerima tatapan mencomooh, namun kali ini berbeda, semua orang saling berbisik saat ia melewati mereka.

"Gila gak nyangka, padahal muka nya polos."

"Mulut nya sampah banget."

"Berani banget dia sama Callista."

Ucapan demi ucapan terdengar jelas di telinga Neo, ia mempercepat langkah nya.

Sampai di kelas teman-teman sekelas nya tak jauh berbeda, mencibir pada nya.

Abay menatap diri nya dengan iba, ia menarik Neo agar duduk.

"Lo bikin masalah sama Callista?" bisik Abay.

Neo menggeleng pelan.

"Tapi semalem, temen Callista ngirim voice note sedih di grup angkatan, katanya dia hampir dilecehin sama lo, bahkan dia gak berani sekolah, katanya takut sama lo."

Dejavu.

Neo merasa dejavu, karena ucapan Abay barusan adalah hal yang terjadi pada nya, bukan pada Callista, ia sama sekali tak berani melakukan hal itu.

"Neo gak tahu malu banget si lo!" cibir Lora.

"Anjirr....gak nyangka banget gue sama lo, padahal lo tuh kelihatan pendiem, eh aslinya cabul." cibir teman nya yang lain.

Ada apa? Neo tak tahu apapun, kenapa semua orang melempar tatapan jijik dan benci padanya.

"Gue ada disini Ne." bisik Abay.

Neo menunduk, karena cibiran dari teman sekelas nya masih belum berhenti.

"Apa karena miskin jadi dia deketin Callista mau hamilin dia, supaya nikah sama orang kaya."

Brak

Neo sudah tak tahan, ia menggeprak meja dengan keras, menatap satu-persatu orang-orang yang mencibir nya.

"Kalian semua gak tahu apapun!" teriak Neo, menyembur semua orang yang mencibir nya dengan teriakan menggema.  "Gue tahu gue gak sekaya kalian, ekonomi gue di bawah kalian, tapi gak pernah sekalipun gue mikir hal rendah kayak gitu!"

"Mana ada maling ngaku."

"Iya, anjirrr...mana dia mau lecehin Callista lagi."

"Untung juga dia gak dihabisin Galen."

"Jijik banget."

Neo mengepalkan tangan nya, ia menghampiri Aldo yang baru saja bicara.

"Ngomong sekali lagi bangsat." Neo mencengkram kerah seragam Aldo.

"Wowowo..si cupu mau jadi suhu, najis penjahat kelamin.." Aldo malah memaki nya.

Bugh

Neo memukul rahang Aldo, ia tak suka di rendahkan.

Bugh

Neo tersungkur saat punggung nya di pukul, di belakang nya Ben memukul nya dengan keras.

"Jangan berani keroyokan woy!" teriak Abay ia membantu Neo untuk bangkit.

"Gak usah belain penjahat kayak dia Bay, minggir lo, gue mau abisin cowok cabul ini, berani banget dia mau lecehin Callista." tutur Ben menggebu, ia salah-satu pemuja Callista jadi wajar saja jika sikap nya berlebihan.

"Kalau ada lagi yang berani mukul Neo, gue bakal lapor ke kesiswaan." ancam Abay, ia membawa Neo untuk duduk kembali.

"Cowok pahlawan lagi belain cowok cabul." kekeh Ben.

Namun tak di hiraukan oleh Neo dan Abay.

Abay memasangkan earphone di telinga Neo, memutar musik agar Neo tak mendengar makian orang-orang pada Neo.

Callista keterlaluan, ia pasti mengarang cerita dan mengirim video bukti yang sama sekali tak ada hubugan nya dengan Neo video itu.

Ia percaya pada Neo, mana mungkin sahabat nya melakukan hal itu.

"Itu bukan gue Bay." ucap Neo, ia menatap nanar layar ponsel nya yang memutar video pelecehan, dan sial nya kedua orang dalam video itu memakai seragam sekolah nya.

Semalam ia tak membuka ponsel karena masih merasa pusing, namun ia di kejutkan dengan sikap semua orang hari ini.

Dalam video tak jelas wajah cowok maupun cewek nya, namun di bawah nya ada voice note Callista yang menangis tersedu-sedu mengaku itu diri nya dan menuduh Neo sebagai pelaku nya.

Neo pasti akan menerima hal buruk dari galen, cowok itu pasti akan mengha bisi nya.

"Gue harus gimana Bay?" tanya Neo prustasi.

Abay menggeleng, ia juga tak punya saran bagus untuk Neo.

Sedangkan di gudang belakang, Galen menatap datar layar ponsel yang memutar video yang di kirim salah satu teman Callista.

"Gue gak percaya kalau itu Neo." Regas berucap dengan tegas. "Gue harap lo gak ke makan rumor." ucapnya pada Galen.

Sedangkan sang empu meremat ponsel nya kesal, ia sangat tak suka dengan rumor seperti ini, ia tak percaya jika Neo melakukan hal itu.

Apa mungkin Neo balas dendam pada nya lewat Callista, itu juga bisa terjadi.

"Tapi bisa juga itu Neo, dia kan emang gak baik sama Callista." ucap Dian, menimpali.

"Gue tim netral." Tio berkata santai.

Galen mengepalkan tangan nya, ia berdiri dari duduk nya, melangkah pergi.

"Mau kemana woy!" teriak Dian dan Tio.

Berakhir ketiga nya mengekori Galen, yang terlihat, marah?

Sepanjang jalan, semua orang membicarakan Neo, memaki cowok manis itu, bahkan sampai ada yang menyumpah serapahi Neo.

"Gila, warga sekolah kita ngeri ya." bisik Tio pada Regas, ia merinding mendengar makian untuk Neo itu.

Bagaimana perasaan orang nya? Ia saja merasa tertekan mendengar nya. Tio sedikit merasa kasihan pada Neo, apalagi jika harus menerima kemarahan Galen, bukan kah Callista di bawah pelindungan nya?

Galen masuk ke kelas Neo, semua orang mendadak terdiam, mereka sudah menduga hal ini pasti terjadi, Galen tak akan mengampuni Neo, ya begitulah yang mereka pikirkan.

Galen menghampiri bangku Neo, ia menatap datar pada orang yang seperti nya tak tahu kehadiran nya karena sedang memejamkan matanya dengan earphone di telinga.

"Please..Gal, Neo gak salah. Di dalam video itu bukan dia, jangan apa-apain Neo dia gak salah apapun." Abay berucap dengan panik.

Galen tak menanggapi ia masih menatap Neo yang masih damai memejamkan matanya, seakan tak terjadi apapun di sekitar nya.

"Bangun." Galen menarik earphone nya.

Neo mengerjapkan mata, ia membelalakan matanya saat melihat Galen di hadapan nya.

"Wajah manis otak cabul." Dian menatap Neo dengan dingin.

Berbeda dengan Regas yang merasa kasihan dengan raut wajah takut Neo, rasanya ia ingin merengkuh tubuh itu agar merasa aman dan tenang.

"Ikut gue." Galen menarik tangan Neo, namun Neo meronta meminta di lepaskan.

"Lepasin! Gue gak tahu apa-apa tentang video itu, lagian kemarin gue sakit." ronta Neo.

"Lepasin Neo anjing!" Abay meninggikan suara nya.

"Gak usah banyak bacot, kalau lo gak mau ikut di seret kayak dia." Tio menyahut, sebelum mengekori Galen yang sudah menyeret Neo.

Ke empat cowok itu keluar menyeret Neo, Abay hanya bisa diam tak mampu melakukan apapun, lagi pula siapa yang ingin diperlakukan seperti itu.

Abay tak memiliki dukungan untuk menolong Neo, andai saja teman-teman nya peduli mungkin ia tak akan gentar jika melawan Galen dan teman-teman nya.

















SEMESTA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang