14

11.1K 1.1K 41
                                    

Neo tak habis pikir pada Galen, sikap nya sulit sitebak.

Apa lagi hari ini, ia sampai mengantar kan Neo pulang.

Neo masih termenung memandang jalanan dari jendela kamar nya, ia memikirkan perbuatan Galen hari ini.

Apa Galen punya rencana buruk terhadap nya? Neo mengelus perut nya, rasanya perut nya masih sakit, pukulan Galen bukan main-main.

Ponsel nya hilang entah kemana, bahkan Abay yang sedari tadi di kelas tak tahu ponsel nya kemana.

Ia tak bisa melihat atau menyimak berita di grup kelas, tentang diri nya.

Neo tersenyum getir, bisa-bisa nya Callista menyebar kan gosip seperti itu, apa orang yang membela Callista tak berpikir, jika benar Callista di lecehkan mana mau dia mengumbar nya ke penjuru sekolah, bahkan diri nya saja yang dilecehkan Galen, ingin menyimpan rahasia itu sendirian.

Tok

Tok

Tok

"Ini gue, buka pintu nya."

Suara Daren terdengar, Neo segera membuka pintu kamar nya.

"Kata Mama lo kangen sama gue." Daren menaik turun kan alis nya.

"Dih, percaya diri banget lo." Neo mencibir.

Daren terkekeh, ia duduk di ranjang.

"Di sekolah gak ada apa-apa kan?" tanya Daren, Neo mengerutkan kening nya.

"Enggak." jawab Neo seadanya.

"Lo gak mau cerita, tentang ini." Daren menunjukan video yang saat ini tengah membuat Neo tersiksa.

Neo menelan saliva nya, kenapa Daren bisa tahu? Pikir nya.

"Ini dari pihak sekolah, dia ngirim video ini ke Papa, terus Papa kirim ke gue." jelas Daren.

Neo tak bisa berkata-kata, yang ia pikirkan, apa dia akan selamat dari Papa nya?

"Gue percaya ini bukan lo, tapi lo tahu kan Papa kayak gimana." tutur Daren, ia mematikan ponsel nya.

"Gue...gak tahu." ucap Neo.

"Lo mau gue bawa keluar, gue gak yakin lo bakal selamat dari Papa, pas dia pulang kerja." Daren mendekat pada Neo. "Kenapa lo gak pernah cerita, kalau lo suka di ganggu di sekolah." ucap Daren kecewa, ia merasa bukan Kakak yang baik untuk Neo.

Neo menggeleng pelan, ia tak bisa lari dari amarah Papa nya.

"Gue bakal hadepin Papa." ucapnya.

"Oke, gue bakal bantu jelasin ke dia." ucap Daren.

"Makasih Bang, lo udah percaya sama gue." Neo berucap dengan lirih.

"Karena lo adek gue, gue tahu adek gue gak akan lakuin hal kayak gitu." ucap Daren.

Neo tak akan lemah, ia memiliki Daren yang percaya pada nya, ia tak akan takut.

"Neo!"

"Neo, turun kamu!"

Neo tersentak itu suara Papa nya, ia dengan ragu melangkah akan menemui Papa nya, ia melirik Daren yang tersenyum tipis mengangguk kan kepala padanya.

Neo menghembuskan napas nya, ia menuruni tangga, dapat di lihat Papa nya menatap dengan tajam.

"Ada apa Pa, kenapa kamu teriak-teriak." Dea datang menghampiri suami nya itu.

"Sini kamu, berani nya kamu melakukan hal itu, apa kamu tak tak punya malu." Papa menarik tangan Neo, menyeret nya ke ruang keluarga.

SEMESTA [TERBIT]Where stories live. Discover now