14 => MEMBUJUK BUNDA

65 5 0
                                    

Allo, assalamualaikum!

terakhir update 8 Januari dan sekarang 21 Februari. hampir terbengkalai untuk kesekian kalinya, Alhamdulillah bisa melanjutkan kembali.

>HAPPY READING<

14 => MEMBUJUK BUNDA

^Tidak semua perubahan yang dilakukan, hanya untuk kejahatan^

-Aza Shakila Thana-

-+

Tiga hari harus tetap berada di rumah, membuat Aza dilanda bosan berkepanjangan. Berusaha semaksimal mungkin untuk membujuk sang Bunda agar mengizinkannya pergi ke sekolah, membuat dirinya lelah sendiri. Anggi tetap pada pendiriannya, tidak mengizinkan Aza pergi ke sekolah sebelum putrinya itu dalam kondisi cukup baik.

"Bundaa, Aza itu udah sembuh! Jadi please, izinin Aza sekolah ya?"

"Kalau di rumah terus, yang ada Aza lama sembuhnya. Tiap hari liat mukanya Kak Faiii terus, makin pengap aku tuh, Bundaa!" rengekannya membuat Fai menatap Ia tajam.

"Oh, bosen liat Kakak, ya? Jadi kalau kamu liat Kakak, kamu jadi makin sakit gitu?"

"Tuh kan, Bunda. Kak Fai selalu buat Aza darah tinggi!"

Fairuz kembali mendelikkan matanya tajam, "kan yang mulai kamu dulu, kenapa Kakak yang salah? Harusnya Kakak yang darah tinggi, bukan kamu!" sergah Fairuz tak terima.

"Apasi, ngga bisa banget ngalah sama Adik sendiri!" Aza mengerucutkan bibirnya sebal.

Anggi mengelus surai sang putri dengan lembut dan penuh sayang, seraya tersenyum. Setiap kali Aza merengek untuk segera diizinkan pergi ke sekolah, ingatan Anggi dimana saat melihat sang putri terbaring lemah di rumah sakit, membuat Ia lebih membatasi kegiatan Aza di luar rumah. Yang harus Anggi syukuri adalah, beruntung kejadian itu tidak menimbulkan trauma bagi mentalnya. Apalagi, ini pertama kalinya Aza mendapatkan bullyan seperti ini.

"Aku gapapa, Bunda. Aku udah sehat, aku bisa jaga diri. Aza itu anak kuat, Bunda!" ucapnya dengan cepat membuat Anggi geleng-geleng kepala.

"Aza janji, deh! Kalau ada yang gangguin aku lagi, aku bakal lawan dia. Ya Bunda, ya?" tangannya disatukan di depan dada, memohon pada sang Bunda agar diizinkan pergi ke sekolah.

Anggi menatap putrinya sendu, "Za, Bunda itu khawatir sama-"

"Bunda ngga usah khawatir," tukasnya seraya menenangkan. Anggi memejamkan matanya, berusaha menyingkirkan pikiran-pikiran buruk yang bersarang dalam kepalanya.

"Aza bisa jaga diri, Aza ngga selemah itu, Bunda."

--



Kaki jenjangnya kini menjelajah lebih dalam area Trisakti. Udara segar serta angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya, tidak membuat hilang senyum yang sedari tadi terpatri indah di wajah cantiknya. Ia merasa usahanya dalam membujuk sang Bunda kemarin tidak sia-sia. Aza di izinkan untuk kembali ke sekolah dengan catatan, selalu mengaktifkan GPS pada ponselnya. Agar bila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, bisa segera teratasi.

Awalnya Ia sedikit keberatan dengan syarat yang di ajukan Anggi. Namun, demi kedamaian dan kesejahteraan bersama, Ia menyetujuinya dengan imbalan di belikan kebab sosis keju.

"Kalau bunda punya syarat, maka Aza juga punya syarat. Bukan hanya berlaku untuk Bunda, tapi untuk semua. Setelahnya, barulah bisa hidup damai dan sejahtera." Aza mengatakannya dengan lantang di depan kedua orang tuanya serta sang Kakak, membuat Fairuz mendelik sebal. Prinsip apa itu? pikirnya.

Aza kembali tersenyum saat membayangkan wajah kesal sang Kakak saat Ia mengatakan prinsipnya itu. Sebenarnya Ia juga tidak tau, kenapa bisa mulutnya mengeluarkan kata-kata tersebut. Mungkin niatnya hanya ingin menggoda tapi tetap mendapat untung.

Berbagai jenis tatapan menghujaninya yang kini berjalan santai namun terkesan angkuh nan tegas tapi menenangkan secara bersamaan. Tatapan memuja dan mengintimidasi di layangkan oleh setiap orang yang ada di koridor. Namun, kesan angkuh yang di tampilkan, tidak begitu kentara saat senyuman manis itu menyapa setiap orang yang di lewatinya. Ini bukan pertama kali Ia menjadi pusat perhatian. Tetapi hari ini ada yang berbeda. Aza berjalan dengan sebelah tangan yang di masukkan pada saku jaket. Kepala yang biasanya menunduk malu karena saking banyaknya tatapan mata yang terarah pada dirinya, kini terangkat sempurna dengan pandangan mata lurus ke depan.

Tiga hari berada di rumah disertai dengan nasihat sang Ayah, Ia kembali memikirkan matang-matang saran yang telah diberikan Mahen padanya. Apalagi Anggi menjadi sangat overprotektif padanya. Dan hari ini, Ia membuktikan semua apa yang sudah disarankan oleh sang Ayah. Melakukan perubahan diri untuk kebaikan atau tidak melakukan perubahan diri untuk kebaikan pula.

Di samping itu, Aza memiliki alasan tersendiri dengan apa yang telah diputuskan. Berharap keputusan ini adalah yang terbaik. Aza sadar, bahkan sangat sadar untuk melakukan perubahan diri secepat ini. Apalagi kasus pembullyan kemarin adalah kasus pertama baginya. Tapi, tidak ada salahnya untuk berubah guna membela diri, kan? Dengan itu, Ia bisa kembali meyakinkan sang Bunda bahwa dirinya tidak selemah itu.

"AZA, HONEY YUHUUUU!" sebuah teriakan melengking berhasil menghentikan langkah Aza, tepat di depan pintu kelasnya. Ia memutar bola mata malas, saat mengetahui siapa pemilik teriakan melengking itu.

"Sumpah, ya, gue itu kangen banget sama Lo!" sergah Reyya yang kini telah berada tepat di depan Aza.

Plak!

Ghea menepuk sedikit keras bahu Reyya, membuat sang empu meringis seraya mendelik. "Aza ngga budek, Rey. Yang ada Lo bikin kuping kita semua budek!"

Reyya mendengus, sebelum atensinya kembali teralih pada Aza yang kini tengah terkekeh pelan melihat tingkah random Reyya. Meskipun Ia kadang terganggu dengan kehadiran Reyya yang di kenal dengan suara cemprengnya, tak ayal hal itu bisa membuatnya tersenyum bahkan tertawa tanpa alasan.

"Ihh, gue kan, kangen sama Aza!" tukasnya seraya menghentakkan kakinya di lantai.

"Tapi Lo alay!" sarkas Aluna dan Ghea serempak. Bersamaan dengan itu pula, keempat gadis bersahabat itu tertawa merutuki Reyya yang merengek dengan di bumbui tawa. Mereka berpelukan layaknya Teletubbies, sebelum suara seorang pria menginterupsi.

"Permisi, boleh saya menanyakan sesuatu?"

-+

<<TO BE CONTINUE>>


Huft, akhirnya part ini terselesaikan dengan baik. Aku liat terakhir update itu tanggal 8 Januari. Sebulan lebih aku sama sekali ga liat perkembangan cerita Elano, karena ada kesibukan yang ga bisa di tinggalkan. Apalagi aku juga sibuk persiapan ujian sekolah:(

Di part sebelumnya, pernah aku jelaskan masalah deadline selesainya cerita Elano. Yang waktu itu pernah aku bilang akan tamat di akhir Februari. Tapi sepertinya, hal itu ga akan sesuai dengan deadline yang sudah ditentukan.

Untuk saat ini, aku benar-benar ga bisa memperkirakan kapan cerita Elano akan tamat. Tapi sebisa mungkin aku akan tetap melanjutkan cerita ini. So, jangan pernah bosen untuk menunggu Elano up lagi yaw bestii^^

Lanjut or next?

See uu.

ElanoWhere stories live. Discover now