35 | dark island

425 55 11
                                    

Itu Lord Rhoop. Salah satu dari tujuh bangsawan yang kami cari. Ditandai dari pedang yang ia genggam, sudah pasti ia merupakan salah satu bangsawan.

Pria itu berpindah tempat, seperti ingin melarikan diri dari sorotan senter Edmund. "Kau tak bisa memilikiku!" serunya.

"Menepilah," perintah Caspian kepada seluruh prajurit yang tadi mengacungkan busur. "Naikkan dia, cepat!"

Sebelum mereka menangkap Lord Rhoop dengan tali, Eustace dengan wujud naganya sudah mengambil Lord Rhoop dengan mudah, lalu mendaratkannya ke atas kapal.

"Tenanglah, Lord," ucap Caspian.

"Lepaskan aku, Iblis!" kata Lord Rhoop, mengancam para prajurit yang menangkapnya dari cengkraman Eustace dengan pedangnya. Ia terlihat ketakutan.

"Tidak, Lord. Kami disini tidak untuk melukaimu," ujar Caspian, mendekati Lord Rhoop. "Aku rajamu. Caspian."

Lord Rhoop menolehkan kepalanya ke arah Caspian. Ia terkejut. "Tuanku," Lord Rhoop memegang bahu Caspian.

Dia berdiri dan berkata dengan meyakinkan, "Kau seharusnya tak kemari. Tak ada jalan kembali."

"Cepat putar kapal ini sebelum terlambat," tegas Lord Rhoop seraya memandang para prajurit.

"Kita sudah punya pedangnya, ayo!" ujar Edmund kepada Caspian.

Caspian mengangguk. "Cepat putar kapalnya," perintahnya.

"Baik, Tuan." Lord Drinian naik ke tempat kemudi kapal.

Lord Rhoop membalikkan badannya dan berkata kepada Caspian, "Jangan berpikir! Jangan biarkan mereka tahu ketakutanmu, atau ketakutanmu akan menjadi nyata!"

Edmund terdiam. Ia memejamkan mata dan berkata, "Oh, tidak."

"Edmund." Aku memandang Edmund. "Apa yang baru saja kau pikirkan?"

"Maafkan aku," Edmund bergegas ke pinggir kapal. Ia melihat ke permukaan laut. Terlihat sesuatu yang bergerak di dalam laut, dan sedetik kemudian, kapal berguncang. Seluruh penumpang langsung bergeser, kehilangan keseimbangan.

Aku terbanting ke dinding kapal. Louis yang masih berdiri, segera menarik tanganku dan membantuku bangkit. Kami semua melihat benda yang bergerak di dalam laut tadi.

"Apa itu?" Caspian menunjuk benda itu dengan penasaran. Aku melihat itu dengan saksama. Itu seekor ular laut yang berukuran besar. Ia menyelam di dalam laut dan di sekitar kapal.

Oh, tidak.

Itu yang Edmund pikirkan tadi?

"Sudah terlambat!" teriak Lord Rhoop.

Suasana sangat menegangkan. Semua orang waspada terhadap serangan ular laut itu.

"Gael!" Lucy berseru ketika ia melihat Gael yang duduk di pinggir kapal, dan tepat di belakangnya, terlihat sosok ular laut yang baru mengeluarkan rupanya dari permukaan laut. Ular laut itu membuka mulutnya, mengancam seluruh orang yang ada di atas kapal.

Lucy berlari menghampiri Gael dan segera membawa anak perempuan itu meninggalkan tempat. "Ayolah!"

Seluruh orang mengangkat senjata. Aku bersiap menembakkan panah. Tepat sebelum kami membalas serangan ular laut raksasa itu, sebuah kobaran api membakar kepala ular tersebut. Kobaran api dari mulut Naga Eustace.

Tetapi itu tidaklah mempan untuk si ular raksasa. Eustace hinggap di kepala si ular, menahan wajah si ular, yang sekarang menggerak-gerakkan kepalanya, berusaha mengusir Eustace dari wajahnya.

"Untuk Narnia! Rasakan ini." Reepicheep menusuk bagian atas mulut ular itu, membuat si ular mengerang. Ular tersebut kembali berguncang, sehingga Reepicheep pun terbanting ke tali layar.

𝐒𝐓𝐔𝐂𝐊 𝐖𝐈𝐓𝐇 𝐘𝐎𝐔, 𝖻𝗈𝗈𝗄 𝟤 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang