4(✓)

48 9 5
                                    

Author PoV

Rabu, 8 Febuari 2017

Akhirnya, Wonwoo memutuskan untuk menolong Sana, ia menggendong Sana ala bridal style dan membawanya ke kontrakannya.

Saat Wonwoo menggendongnya, kulitnya langsung meraba basahnya baju yang Sana pakai saat itu. Tidak sampai basah kuyup, hanya saja tak baik bila dipakai saat sakit begitu. Di sisi lain, ia hanya memiliki satu seprei dan satu bed di kontrakannya, dan pastinya sedikit baju Sana akan membuat sepreinya basah.

Kalau begini, mau tak mau ia harus membuka baju Sana yang basah itu demi kebaikan Sana dan sepreinya.

Kamar Wonwoo

Wonwoo terdiam menatap Sana yang kini tertidur di kasurnya.

Ia berpikir keras, bagaimana cara untuk membantu Sana membuka bajunya yang basah itu tanpa harus ia lihat auratnya, berpikir sambil menyiapkan mental dan hati juga tentunya.

Kalau meminta bantuan ibu kontrakan yang sama-sama perempuan juga tak mungkin karena yang melihat Sana hanya Wonwoo.

Tunggu. Benar juga. Kenapa aku begini?

Wonwoo baru menyadari bahwa dirinya baru saja memperlakukan Sana sebagai gadis manusia yang masih hidup. Mungkin karena ia sempat menyentuh kulit Sana dan merasakan suhu tubuhnya yang panas.

Ia terlalu nyata untuk dikatakan sebagai makhluk halus. Pikir Wonwoo.

Wonwoo menghela nafasnya, ia gugup tanpa alasan terhadap hal yang bahkan tak ada artinya. Ia tertawa kecil disana, menganggap dirinya begitu konyol. Tinggal buka bajunya, apa susahnya. Dia itu sudah jadi mayat. Pikir Wonwoo.

..

Pada akhirnya, Wonwoo tetap tak berani membuka baju Sana begitu saja. Ia pun menggunakan selimut untuk menutupi seluruh tubuh Sana, barulah ia membukanya dari balik selimut itu pelan-pelan.

Mulai dari kancing baju Sana, karena memang gadis itu menggunakan baju sekolah. Lalu, rok nya yang juga basah, terkecuali dalaman yang Sana gunakan.

Wonwoo menarik nafasnya, lalu mengeluarkannya perlahan.

Sudah selesai.

Wonwoo pun menaruh baju basah itu ke dalam keranjang kotor di tempat cuciannya.

Ia kembali ke kamarnya, lalu memegang kening Sana yang masih panas. Keadaan ini cukup membingungkan, kalaupun memang dia sakit, dia seorang arwah, pasti obatnya bukan obat yang biasa dipakai untuk manusia. Ya pikir saja, masa kuntilanak minum Bodrex? Eh, tapi Suzana makan Bakso—? itu beda cerita lapet.

Yah untuk sekarang, Wonwoo memutuskan untuk merawat Sana terlebih dahulu dengan perawatan layaknya manusia, setidaknya ia tidak membiarkannya begitu saja dan mencoba untuk berusaha.

Terlebih, ia harus mempertimbangkan perkataan Sana sebelumnya tentang rumahnya. Dia bilang rumahnya hilang, kan? Wonwoo benar-benar tidak paham akan hal itu.

Wonwoo beranjak menuju dapur, ia berniat mendidihkan air untuk mengompres hangat Sana. Sambil menunggu air mendidih, ia beranjak ke ruang tengah untuk mengambil handphonenya, memencet beberapa huruf, ia pun menelpon seseorang yang lebih paham akan dunia mistis.

Pak Haji Scoups 📞

".."

"Assalamualaikum.." Terdengar suara dari telpon.

"Waalaikumsalam, pak?"

"Eh, ujang Wonwoo, gimana kabarnya? Sehat?"

LOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang