Luka[1]

821 54 17
                                    

◇◇◇

Ini hanya fiksi semata. Karakter berserta nama hanya pinjaman. Tidak ada hubungannya dengan dunia nyata.

♧Happy Reading♧

"Pelan-pelan Junghwan!" Tegur seorang Pria.

"Ngga! Mau cepet-cepet!" Tolak Lelaki mungil lain.

Kita sebut mereka Sam dan Junghwan. Dua insan Tuhan yang disatukan melalui keberanian keduanya. Di mana mereka sama-sama berani menyatakan perasaan tanpa pesan anonim yang dilakukan oleh orang-orang zaman ini.

"Kalau ga pelan-pelan jatuh nanti!" Ujar Sam.

"Iya ih! Kakak bawel banget!" Kesal Junghwan.

"Gimana ga bawel kalau tingkah kamu bandel coba?" Sinis Sam.

"Ih kok kakak marah? Aku ga salah ya! Kan cuma mau main!" Junghwan tidak berhenti mengayuh sepedanya, malah menambah kecepatannya.

"Astaga.." Bisik Sam melihat kelakuan kekasihnya itu.

Mereka kembali mengayuh sepeda masing-masing mengelilingi perumahan mereka. Tentu saja ini ide si manis, Ia merasa bosan berada di rumah.










"Es teh angetnya satu bi!" Teriak Junghwan.

"Siap den!"

"Kamu mintanya buat kamu aja? Kakaknya?" Tanya Sam.

"Apasih. Kan rumah kaka! Ngapain minta aku" balas Junghwan.

Sam hanya menggeleng. Kemudian meminta segelas air putih biasa agar tubuhnya kembali memiliki cairan yang cukup.

Mereka baru saja kembali dari jalan-jalan keliling perumahan. Tentu saja lelah karena perumahan ini cukup luas. Namun mereka bersenang-bersenang karena bersama satu sama lain.

"Ini den Sam airnya" ujar bi Juya sambil menaruh segelas air putih.

"Loh?! Kok punya kakak duluan yang di bawa?! Kan aku duluan yang minta bi~" rengek Junghwan.

"Ya abisnya den Junghwan mintanya es teh anget, yaudah karena dispensernya belum kecuk saya masak aja dulu" balas bi Juya.

"Ih~ tapi aku haus bi.. minta air dingin aja deh-

"Air biasa segelas bi, tolong ya" potong Sam.

"Siap den"

"Heh! Kok air biasa?! Gerah tau kak!" Ujar Junghwan tidak terima.

"Ga baik kalau minum air dingin. Udah nurut" Junghwan merengut sebal dengan kekasihnya itu.

"Ini den~" bi Juya kembali dengan segelas air putih.

"Makasih ya bi" Sam itu orangnya penuh sopan santun. Walaupun derajatnya lebih tinggi dari bi Juya, Ia tetap sadar bahwa bi Juya lebih tua darinya.

"Iya den, sama-sama. Di minum yaa. Kalau ada apa-apa bibi di belakang" pamit bi Juya.

Bi Juya pun meninggalkan Sam yang masih tersenyum dan Junghwan yang masih merengut.

Luka | DoDamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang