Luka[7]

268 38 23
                                    

♧Happy Reading♧

"Halo?

"Sam! Syukur dah lo ngangkat"

"Kenapa kak? Kok panik?"

"Pokoknya lo harus ke rumah gue sekarang!"

"Kena—

"BURUAN"

Tut.

Sam menyerngitkan keningnya. Ada apa dengan Kyle? Apa terjadi sesuatu pada anak itu? Entahlah. Masa bodo dengan semuanya, Sam lebih memilih meluncur untuk memastikan Kyle baik-baik saja.



















◇◇◇
Sam sedang menggoyang-goyangkan pagar rumah Kyle. Tak ada jawaban dari dalam. Tanpa ragu Sam memajat pagar tersebut untuk masuk ke dalam.

Sam dengan cepat memencet bel rumah Kyle. Namun tetap tak ada jawaban. Rumah itu memang sedikit gelap karena tak ada pencahayaan.

"Kak? Kak Kyle?" Panggil Sam.

Namun, sama sekali tak ada sahutan dari sang pemilik nama. Sam semakin bingung, Ia merasa tak tenang sekarang. Sebenarnya dia kenapa?

"Kak Kyle! Kak! Kyle! Kak Kyle!" Teriak sam sambil mulai menggedor pintu.

"Jangan-jangan.." Sam mencoba menepis pikiran negatif dan segerang mencari cara agar berhasil masuk.

Tanpa babibu lagi, Sam mencoba mendobrak pintu utama yang lumayan besar itu.

BRAK

BRAK

BRAK

BRAK

Sayangnya tak berhasil. Pintu itu cukup kuat. Mau tak mau Sam menggunakan cara satu satunya, yaitu cara maling.

"Batu, mana batu" dengan perasaan cemas Ia mencari batu di taman depan rumah tersebut lalu mengambil dan melemparkannya ke jendela besar itu.

PRANG

"Nice!" Sam dengan tergesa-gesa melompat masuk.

"KAK KYLE" teriak Sam.

Namun masih belum ada sahutan. Sam benar-benar sangat panik. Ia bahkan sudah berdoa berkali-kali agar dapat menemukan Kyle.

"Kak! Kak!" Tetap saja.

Sam mulai menelusuri rumah dalam gelap. Rumah yang cukup besar itu benar-benar gelap.

Sam mulai menyalakan flash ponselnya agar dapat melihat dengan baik. Masih redup, tapi sedikit membantu.

"Kak?!" Panggil Sam sambil memeriksa satu persatu pintu di lantai bawah.

Merasa cukup dengan lantai bawah, Sam yang melihat tangga segera menaikinya dengan cepat. Siapa tau Kyle di atas, pikirnya.

"Kak!" Sam kembali membuka pintu satu persatu berharap Ia menemukan Kyle.

"Kak Kyle! Lo di mana!" Sial. Sam sepertinya akan.. menangis?

"Sial. Kenapa gua cengeng banget bangsat?!" Umpat Sam dalam isakan kecilnya.

Masih belum menyerah, Sam kembali turun ke lantai bawah dan mendapat sebuah pintu kaca di bagian belakang rumah. Tampak jelas sebuah kolam renang di sana.

"Ih abang! Ngapain make uji nyali sih! Mana kayak simulasi lagi!" Kesal Kyle.

"Halah penakut lo!"

"Ih abang! Gue beneran takut ini!" Panik Kyle.

"Halah! Mana temen lo? Katanya udah nelfon?" Tanya Chris.

"Em.. pasti udah di jalan sih.." jawab Kyle.

Sam hanya menjatuhkan rahangnya tak percaya. Jadi Kyle menelfonnya hanya karena simulasi rumah hantu begini?! Pantas saja banyak sarang laba-laba dan patung yang Ia lewati tadi.

"Gue udah nyampe kali" ujar Sam sambil berjalan ke arah keduanya.

Bang Chan langsung membulatkan matanha tak percaya. Adiknya mengundang anak ini?! Yang benar saja.

"Lo ngapain manggil ni anak woy?"

"Ya.. karena dia aja yang jawab telfon gue" jawab Kyle.

"Hadeuh.. di dalam jaga jarak. Awas lo nempel-nempel ade gue." Ancam Christ.

"Udah Sam ayo!" Kyle langsung menggandeng tangan Sam dan menariknya masuk.

Di dalam, benar-benar gelap. Sekali lihat saja Kyle merasa menyesal menerima tawaran sang kakak.

"Ih, serem" ujar Kyle sambil meremat kuat lengan Sam.

"Yaiyalah serem, kan rumah hantu ceritanya" Kyle kembali merengut.

Ctek

"AAAAAAAA" Sam dengan cepan menutup mulut Kyle.

"Berisik! Cuma pintu kebuka" Kyle auto meluk Sam.

"Ga mau! Huaaaa takut" Sam ngeblank. Bentar, kok?!

"Y-yaudah lanjut jalan gih"

Mereka pun lanjut jalan dengan posisi saling memeluk. Kyle benar-benar takut sekarang.

BRAK

"AAAAAAA BUNDAAAA" Kyle langsung memeluk leher Sam erat..

"Udah gapapa, gue di sini" Sam mengelus pelang punggung yang lebih tua.

"Hiks! Abaaaang! Gue mau udahaaaaan" rengek Kyle.

Dan seketika Lampu menyala membuat Kyle terkejut namun senang. Christ pun datang dengan tawa terbahak-bahak.

"HAHAHAHAHAHA Takur kan lo?" Ejek Christ.

"Heung.. takut.." Kyle masih memeluk leher Sam dan itu membuat Christ jengah.

"Udah, sini pelukin gue. Jangan peluk-peluk dia" suruh Christ.

"Gamau.. abang jahat..hiks" Kyle mulai menangis lagi.

"Ya maap, kan becanda"

"Becandany abang ga lucu! Hiks, huaa... takut...hiks"

"Sst.. gua tau, ayo gua gendong. Kita duduk" Sam mengangkat tubuh Kyle dan membawanya ke sofa ruang tamu.

Christ melihat interaksi keduanya dengan lamat. "Kayaknya Sam bisa" ujarnya.











◇◇◇
Sam membawakan semangkuk sup hangat untuk Kyle. Anak itu terkena demam setelah kejadian perundungan itu.

"Ini kak, di makan. Jangan diliatin" Kyle merengut kala Sam mengetahui niatnya.

"Ga mau.. pahit" tolak Kyle.

"Iya tau, tapi kalau ga ada isi perut juga ga nyaman. Makan ya?" Bujuk Sam.

Lagi-lagi Kyle menggeleng. "Ga mau ih, kok maksa" kesalnya.

"Kebaikan harus dipaksa" ujar Sam.

"Ga ah, gamauuu" rengek Kyle.

"Makan cil, ntar muntah lo" Christ datang membawakan segelas air.

"Apa hubungannya?!" Teriak Kyle.

"Biasanya demam itu buat perut ga nyaman, bisa aja nanti perutnya sakit karena reaksi suhu badannya terus pengen muntah karena perutnya ga nyaman. Jadi harus makan, kalau emang mau muntah setidaknya ada isi perut" jelas Sam.

"Lah, lo tau beginian?" Tanya Christ.

"Gue anak kedokteran bang" Christ hanya ber-'oh' ria.

"Keknya Kyle penting banget ampe lo pecahin kaca rumah gue" Sam hanya menggaruk tengkuknya.

"Sorry bang"















♧Thank You♧





























Luka | DoDamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang